Headlines News :
Home » » ETIKA PENCIPTAAN MENURUT KOSMOLOGI HINDU

ETIKA PENCIPTAAN MENURUT KOSMOLOGI HINDU

Written By balinuse on Sunday, November 30, 2014 | 11:49 PM


ILMU KEALAMAN DASAR
ETIKA PENCIPTAAN MENURUT KOSMOLOGI HINDU


KELOMPOK 3
PANDE YUNITA TENDEN
NI NENGAH OKA TRISNAWATI
LUH YUNIATI
NI PUTU ALIT ARTIASA
DWI PRAPNA WATI
KRESHNA WIBOWO
I MADE MERTAYASA
WAYAN TARNA
SEKOLAH TINGGI AGAMA HINDU DHARMA NUSANTARA JAKARTA
Jl. Daksinapati Raya No. 10, Rawamangun, Jakarta Timur.


KATA PENGANTAR
Om Swastyastu
Atas asung kertha Ida Sang Hyang Widhi Wasa, pada akhirnya kami kelompok 3 dapat menyelesaikan makalah tentang Penciptaan menurut Kosmologi Hindu.
Penyajian materi dalam makalah ini telah sesuai dengan referensi yang kami dapat dalam buku-buku yang dibaca, sehingga sesuai dengan apa yang kami inginkan.
Melalui makalah ini semoga kita sebagai mahasiswa Hindu lebih tahu tentang evolusi atau kosmologi hindu ini. Karena kosmologi Hindu sangat demikian luhur, sehingga kami penyusun makalah ini sangat bahagia telah dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Kami penyusun sangat menyadari banyak kekurangan yang terdapat dalam makalah ini, untuk itu kritik dan saran sangat kami harapkan dari teman mahasiswa demi penyempurnaannya.
Semoga pikiran yang baik dan indah selalu datang dari semua penjuru alam.
Om Santih, Santih, Santih Om

                                   
                                                                                    Penyusun

Kelompok 3










BAB I
PENDAHULUAN

1.1      Latar belakang

Kosmologi Hindu merupakan Devirat dari ilmu filsafat, sebagaimana karakter atau sifat dari ilmu filsafat yang merupakan sumber dari semua ilmu pengetahuan, maka demikian juga kosmologi memiliki keterkaitan dengan berbagai bidang ilmu pengetahuan. Kosmologi berasal dari kata cosmology yang terdiri dari kata cosmos, dan kata logy, kata cosmos berarti jagat raya atau alam semesta, dan kata logy berarti ilmu pengetahuan. Jadi kosmologi adalah ilmu pengetahuan tentang aalam semesta. Sedangkan kata cosmic yang berarti berkenaan dengan alam semesta (Kamus Kalkulator Alpa Link, Type L 628).
Sebagaimana telah diuraikan diatas bahwa kosmologi dalam konteks umum, kosmologi merupakan ilmu pengetahuan yang menyangkut penyelidikan, atau teori tentang asal-usul dan perkembangan alam semesta sebagai suatu sistem yang teratur. Berbeda dengan kosmologi umum, kosmologi Hindu menempatkan Tuhan pada posisi pertama dari alam semesta ini.
Pemahaman tentang perilaku macrocosmos, jagat raya atau alam semesta sebagai perilaku semesta akan mewujudkan peradaban kasih sayang semesta sebagai gambaran sorga di bumi yang dicita-citakan oleh setiap umat manusia yang lahir ke bumi. Moksartham jagadhita ya ca iti dharma hanya mungkin diwujudkan melalui penghayatan terhadap persaudaraan semesta dalam konsep kosmologi.






1.2 Rumusan Masalah

    Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa kosmologi Hindu demikian luhurnya. Kosmologi Hindu menyangkut persaudaraan universal  bagi seluruh isi alam semesta. Walaupun demikian luhurnya wujud kosmologi Hindu itu, namun belum banyak orang, termasuk umat Hindu sendiri belum mengetahui ajarannya secara mendalam. Untuk itu terdapat beberapa masalah , yaitu:
·         Apakah kosmologi itu?
·         Bagaimana kosmologi Hindu itu?
·         Teori penciptaan apa saja yang dapat menjelaskan terjadinya kosmologi Hindu?

1.3 Tujuan

Dari deskripsi singkat tentang kosmologi Hindu di atas dapat diketahui bahwa kosmologi Hindu menganut prinsip ideal, dan suci yaitu gagasan universal “keluarga jagat”. Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini, yaitu:
·         Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang kosmologi
·         Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang kosmologi Hindu
·         Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang teori penciptaan alam semesta

1.4 Manfaat

Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan akan bermanfaat bagi kita semua, yaitu:
·         Agar mahasiswa dapat mengetahui bahwa agama Hindu terutama tentang kosmologi Hindu secara benar
·         Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami bagaimana proses serta teori penciptaan alam semesta.



BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Jagat Raya atau Alam Semesta Menurut  Hinduisme

            2.1.1  Tuhan, Asal mula, dan unsur-unsur alam semesta

            Harus ada pengakuan yang  jujur dari para ilmuwan agama dan ilmuwan sains bahwa keduanya tidak berani menyatakan tentang bagaimana yang sebenar-benarnya proses penciptaan alam semesta ini. Jika memberi komentar atas kejadian masa lalu dimana pengomentarnya sendiri belum lahir ketika alam diciptakan, maka hal itu sama dengan menghayal. Demikian pula orang-orang sains memahami alam semesta ini hanya melalui akal saja, sedangkan akal manusia memiliki keterbatasan (calne, 2005 : 207).
            Apa yang ditemukan oleh peneliti barat tersebut mungkin sekali mengambil inspirasi dari konsep yuga atau zaman sebagaimana ajaran agama Hindu. Dalam konsep caturyuga bahwa setiap satu kalpa yang terdiri dari empat yuga yang terdiri dari kertayuga, tertayuga, dwaparayuga dan kaliyuga.
a.      Kertayuga       : 4.800 tahun Deva,
b.      Tretayuga        : 3.600 tahun Deva,
c.       Dwaparayuga  : 2.400 tahun Deva,
d.      Kaliyuga          : 1.200 tahun Deva.
Jadi     : 1 kalpa         : 12.000 tahun Deva
Sehingga kita akan mengetahui bahwa berapa hari manusia dari Brahman dan Deva.
            1. 1 hari Brahman        : 1000 tahun Deva,
            2. 1 hari Deva             : 1000 tqhun manusia.
Jika 1 hari deva = 1000 tahun manusia, maka 1 tahun Deva = 360 hari manusia, sehingga 1 tahun Deva 360.000 tahun manusia. Apalagi jika kita merinci tahun Brahman tentu akan sangat banyak dan begitu besar nilainya, 1 hari Brahman saja = 360 kalpa, jika kita hitung dari 1 hri Brahman = 4.320.000.000.  jika kita kali 360 x 4.320.000.000 = 1.555.200.000.000 tahun manusia, sungguh sangat lama.

2.1.2 Tuhan adalah benih dan sumber semua mahluk

            Ajaran agama Hindu selalu melihat sesuatu dimulai dari Tuhan dan berhenti atau berakhir pada Tuhan, karena Tuhan dan ciptaannya juga berbentuk melingkar sepertilingkaran cincin yang tidak dapat  diketahui ujungnya dan pangkalnya. Didalam Bhagawadgita sangat jelas dinyatakan bahwa Tuhan adalah asal mula segalanya.
Aham sarvasya prabhavo mattah sarvam pravartate,
Iti mattva bhajante buddha bhava samanvitah.
( bhagawadgita X. 8)
Aku (Tuhan) adalah asal mula semua yang ada, dari Aku lahirnya segala sesuatu ini, mengetahui ini orang bijaksana memuja-Ku dengan sepenuh kalbu’.
Dalam Bhagawadgita juga dengan jelas ditegaskan tentang Tuhan adalah benih semua mahluk.
Bijam mam sarva bhutanam viddhi partha sanatanam,
Buddhir buddhimatam asmi tejas tejasvinam aham.
( Bhagawadgita VII . 10)
‘ ketahuilah, wahai partha, Aku ini adalah benih abadi dari semua mahluk, Aku adalah akal dari kaum intelektual, Aku adalah cemerlangnya sinar cahaya’.

2.2 Proses Penciptaan Alam Semesta Menurut Hindu

2.2.1 Penciptaan secara evolusi

            Alam semesta ini menurut Veda tidak diciptakan secara mendadak atau secara seketika. Veda menyatakan bahwa alam semesta ini diciptaka melalui tahap evolusi. Ternyata konsep evolusi dalam Veda dapat diterima oleh teori-teori Sains. Veda dan Hindu mungkin dapat dikatakan sangat berani  dan jauh lebih maju berspekulasi dalam mendeskripsikan proses penciptaan alam semesta. Sains menyatakan bahwa awal mula penciptaan adalah ledakan besar big bang, namun Hinduisme memulai dari kehendak Tuhan untuk menciptakan alam semesta.

2.2.2 Penciptaan menurut Regveda

            Veda diyakini sebagai nafas-Nya Tuhan dan juga sebagai kata-kata-Nya Tuhan, karena itu maka uraian tentang penciptaan alam semesta ini diyakini berdasarkan kata-kata atau sabda Tuhan.
            Titib (2006, 168-169) menerjemahkan beberapa mantram Nasadiyasukta ‘Terjadinya Alam Semesta’ (Rgveda X. 129. 1-7), sebagaimana akan diuraikan dibawah ini:
Pada waktu itu, tidak ada mahluk (eksistensi) maupun non mahluk
(non eksistensi); pada waktu itu tidak ada atmosfir dan juga tidak ada
Lengkung langit diluarnya. Pada waktu itu apakah yang menutupi, dan
Dimana?. Apakah air yang tak terduga dalamnya ada disana
(Rgveda X.129.1)
Waktu itu tidak ada kematian, pun juga tak ada kehidupan
(mahluk),  tidak ada tanda yang menandakan siang dan malam. Yang
Maha Esa bernafas tanpa nafas menurut kekuatannya sendiri. Bernafas
Menurut kekuatan-Nya sendiri. Di luar Dia tidak ada apapun juga
( Rgveda X.129.2)
 Pada mula pertama kegelapan ditutpi kegelapan. Semua yang
Ada ini adalah keterbatasan yang tak dapat dibedakan. Yang ada pada
Waktu itu adalah kekosongan dan yang tanpa bentuk. Dengan tapas
(tenaga panas) yang luar biasa lahirlah kesatuan yang kosong.
(Rgveda X.129.3)




Pada  awal mulanya keinginan (Tuhan) menjadi bermanifestasi
Yang merupakan benih awal dan benih semangat. Para Rsi setelah
Meditasi dalam hatinya menemukan dengan kearifannya hubungan
Antara  eksistensi dan non eksistensi.
(Rgveda X.129.4)
Sinar-Nya terentang ke luar, apakah ia melintang, apakah ia dia di
bawah atau diatas. Kemudian ada kemampuan untuk memperbanyak diri dan kekuatan yang luar biasa dahsyatnya, materi gaib kesini dan
energi kesana.
(Rgveda X.129.5)
Siapa yang sungguh-sungguh mengetahui dan memaparkannya
Disini, dari manakah datangnya alam semesta yang menjadi ada ini?.
Orang-orang bijaksana lebih belakang dari ciptaan alam semesta ini,
Karena itu siapakah yang mengetahui dari mana munculnya (ciptaan) ini.
(Rgveda X.129.6)
Sesungguhnya Dia yang telah menciptakan alam semesta
Ini, serta mengendalikannya (di dalam kekuasaan-Nya). Dia yang
Mengawasi alam semesta ini berada diatas angkasa yang tak terhingga,
Sesungguhnya Dia mengetahui alam semesta ini seluruhnya dan “wahai
Manusia” janganlah mengakui eksistensi lain yang maan pun sebagai pencipta alam semesta ini.
(Rgveda X.129.7)
            Selanjutnya Titib ( 2006:170) mengutip pendapat Reddy, bahwa didalam Rgveda I.113.1 dinyatakan alam semesta sebagai wujud Yang Agung (Supreme Form). Selain itu Titib (2006:172) mengakhiri srutinya dengan menghadirkan mantram berikut; ‘Pada awalnya terlahirlah Hiranyagarba, Dia yang demikian menunjukan eksetensi-Nya menjadi raja dari semua mahluk, Dia yang menyangga bumi dan surga’.



2.2.3 Penciptaan menurut pandangan Visnuistis

            Untuk memahami secara luas tentang konsep penciptaan, maka hal itu memaksa untuk mengetahui berbagai pandangan.  Ini dimulai dengan pandangan Visnuitis:
Penciptaan itu tidak terjadi  hanya sekali. Seperti halnya siklus musim yang tidak pernah berhenti. Visnu menciptakan materi dan menariknya kembali kedalam eksestensi-Nya dari waktu ke waktu. Inilah penciptaan itu:
Dimulai dengan cahaya yang abadi memancar keseluruh penjurutanpa batas. Dalam satu sudut ruang angkasa yang tidak ada ujungnyan itu, Visnu, Tuhan dari semua kehidupan, menciptakan awan. Ia menjadikan lautan yang megah, air laut itu tak sama dengan air lautan dunia ini.dalam kesejukan airnya Visnu berbaring untuk tidur. Dalam ketiduran-Nya tenggelam kedalam air, Ia memulai bernafas panjang secara teratur, maka terciptalah waktu.
Setelah itu datang suara, dari suara tersebut datanglah ether dan indera pendengaran. Dari ether tersebut menciptakan tekstur yang akan menjadi udara dan indra perasa. Campuran antara udara dan indra perasa menjadikan bentuk yang merupakan asal mulanya api dan indera penglihatan. Dengan mencampurkan air dan indera pengecap terciptalah bau yang darinya terjadilah tanah dan indera pembau. Secara bersama-sama semua elemen itu menjadi bahan untuk penciptaan. Setalah itu , maka terjadilah penciptaan kedua dimana dari Visnu dalam setiap alam semesta lahirlah Brahma, Brahma menciptakan planet-planet, bintang-bintang, dan ribuan Dewa-dewa, yang masing-masing diberikan kekuasaan tertentu dalam tatanan kosmos. Brahma dan para dewa menciptakan berjuta-juta mahluk hidup dari alam semesta ini, salah satunya adalah manusia. Begitulah dunia ini menjadi Hidup, diisi dengan kehidupan yang tak terhitung jumlahnya. Visnu mengembang diri menjadi bentuk ketiga dan memasuki bathin semua yang hidup, untuk duduk berdampingan dengan atma, sebagai Paramatma (Prime,2006).

2.2.4 Penciptaan menurut Upanisad

            Selain konsep penciptaan di atas terdapat juga konsep penciptaan dalam kitab-kitab Upanisad dan kitab-kitab lainnya. Kitab Chandogya Upanisad mengisahkan tentang seluk beluk keadaan sebelum adanya ciptaan ini, sebagai berikut:
Sad eva, saumya idam agra asid ekam evaditiiyam, taddhaika ahuh,
Asad evedam agra asid esa ekaditiiyam, tasmad asatah saj jayata

( Candogya Upanisad VI.2.1)
satu tiada duanya. Beberapa orang berkata bahwa pada permulaannya hanyalah yang “bukan oknum” ini, yang satu tiada duanya. Dari “bukan oknum” itu, Oknumpun diciptakan’
            Dalam berbagai uraian Upanisad, Tuhan dipercaya berada dalam keberadaannya sendiri, Dia dianggap Oknum. Oknum ini berada di atas semua pengertian dan berada di atas perbedaan-perbedaan hasil pemikiran manusia biasa.
            Dalam Tattwa Darsana (Pudja dkk, 1983) menguraikan bahwa pada waktu srsti atau masa penciptaan,Tuhan dengan hukum kemahakuasaan-Nya mula-mula mengolah atau menggerakkan Maya Tattwa (Acetana), sehingga dari adanya pengolahan ini maka Acetana (prakrti) itu dapta berevolusi secara bertahap dan perlahan-lahan. Dari evolusi yang pertama ini muncullah “Praddhana Tattwa” yaitu unsur yang berwujud lebih besar daripada Acatena (prakrti).
            Dari evolusi pertama ini nampak sifat-sifat tertentu dari Maya ata Acatena. Dengan adanya sifat-sifat ini maka Acatena Tattwa ini dapat digolongkan menjdi lima macam yang disebut “ panca tan Mantra” yaitu lima benih yang belum berukuran. Disebut demikian karena unsur-unsur benih itu belum daapat dilihat bentuknya secara kasat mata sehingga tidak dapat diukur.
            Pudja dkk (1983:76-78) juga menjelaskan pula bahwa walaupun halusnya panca tan matra itu, namun karena adanya interaksi antar atom panca tan matra, maka kelima benih itu pun mengalami evolusi, dan lambat laun semakin bertambah besar, hingga akhirnya sampai menjadi sebesar atom yang disebut ‘paramanu’. Atom ini juga terus mengalami evolusi yang makin besar hingga membentuk panca mahabhuta. Terkait dengan evolusi materi ini dapat di telusuri pada sloka Wrhaspati Tattwa, sebagai berikut:
“Dari panca tan mantra muncullah panca mahabhuta. Akasa muncul dari sabda tan mantra, vayu keluar dari sparsa tan mantra, teja muncul dari rupa tan mantra, apah muncul dari rasa tan mantra, dan prtiwi muncul dari gadha tan mantra. Itulah yang disebut panca mahabhuta”.
(Wrhaspati 3.3)
Unsur-unsur panca mahabhuta terus berevolusi serta terus berkumpul dan bertambah besar, dan akhirnya unsur prtivi menjadi bumi, apah menjadi zat cair, teja menjadi matahari, bulan, bintang, planet dan sejenisnya. Vayu menjadi udara, angin atau atmosfir, dan akasa menjadi ether.  Kesemuanya itu mempunyai bentuk dan gaya tarik menarik masing-masing, sehingga yang satu sering menjadi satelit bagi yang lainnya, tergantung dari kekuatan gaya tarik menarik tersebut ( Pudja dkk. 1983:78 ). Sepadan dengan uarain beliau, Ganapati juga menyebutkan:
‘Dari unsur tanah timbullah bumi, dari unsur hidrogen muncullah zat cair, dari unsur cahaya(panas,sinar) muncullah matahari, bulan, bintang, dari unsur udara muncullah angin, dan dari unsur ether muncullah suara atau bunyi’.
(Ganapati Tattwa)
            2.2.5 Penciptaan menurut Purana
Kitab Purana memiliki kedudukan penting dalam upaya memahami Veda, sebagaimana kitab suci sarasamuccaya mengatakan; Veda hendaknya dipelajari secara sempurna melalui Itihasa dan Purana (sarasamuccaya 39). Secara garis besar semua purana memuat dasalaksana sepuluh hal), yaitu;
·         Sarga; Penciptaan dalam bentuk halus tidak tampak oleh mata,
·         Visarga; penciptaan unsur yang kasat mata atau nyata,
·         Vrrti; makanan,
·         Raksa; perlindungan alam semesta,
·         Manvantara; periodisasi manu
·         Vamsa; dinasti para raja,
·         Vamsanucarita; karya Tuhan Yang Maha Esa, devata dan dinasti raja-raja,
·         Samstha; kehancuran fisik semesta,
·         Hetu; dorongan untuk melakukan karma, dan
·         Apasraya; dukungan terakhir atau tujuan akhir atau realitas tertinggi.
(Titib, 2003:7)
Dari kesepuluh hal yang terkandung itu yang paling terpenting ialah sarga atau penciptaan, karena masalah proses penciptaan merupah slah satu bagian penting dari kosmologi.
2.2.5.1 Penciptaan menurut Brahmanda Purana
Didalam Bramanda Purana dijelaskan tentang proses penciptaan, yaitu
            Pada awalnya tidak ada apapun. Dunia berada dalam kegelapan total dan Brahman (esensi ilahi) ada dimana-mana. Ketika penciptaan dimulai tiga sifat(guna) mewujudkan dirinya. Dimana-mana hanya ada air, dari dalam air muncul sebuah Telur (anda) keemasan (hiranya), dari dalam telur itu Brahma menciptakan dirinya sendiri. Kata svayam berarti diri sendiri dan bhu berarti terjadi atau menciptakan maka ia juga disebut svayambhu. Dan karena rahim Brahma keemasan ia juga disebut dengan hiranyagarbha.
            Brahmanda purana memperkenalkan konsep “malam” dan “siang” Brahman. Pada siang Brahman proses penciptaan terjadi, sedangkan pada malam Brahman disebut dengan peleburan. Setiap hari Brahman disebut dengan satu Kalpa, telah ada beberapa kalpa. Dalam setiap siklus telah ad beberapa manvantara (era), dalam setiap manvantara dipimpin oleh seorang Manu. Narayana merupakan nama sebenarnya dari Brahman, walaupun in i digunakan dalam penyebutan Visnu. Mengapa Brahman juga disebut Narayana? Karena Ia tidur dalam air, ketika tidak ad apapun didalam jagat raya ini.
            Porses penciptaan dimulai, disini Visnu menjelma menjadi Varaha dan menyelam kedalam air untuk menyelamatkan bumi yang tenggelam, sehingga mengapung kembali diatas permukaan air.  Disini mulai terjadi penciptaan Brahma membagi bumi menjadi Tujuh wilayah (dvipa) da Tujuh lautan (samudra). Brahman mulai menciptakan mahluk-malhuk, seperti Raksasa yang lahir pada malam hari, para Deva yang lahir dari muka Beliau pada siang hari, dan para binatang serta mahluk lainnya.
Sembilan Rsi agung keluar dari pikiran beliau. Seperti yang telah dijelaskan, namun Brahma tidak begitu senang dengan ciptaannya, sehingga dia membagi tubuhnya menjadi dua , yaitu sesetengah tubuhnya menjadi wanita dan setengahnya lagi menjadi pria. Prianya disebut Manu dan Wanitanya disebut Satarupa. Inilah manu pertama, karena ia aktif dalam menciptakan dirinya, maka ia disebut dengan Svayambhuva Manu. Kemudian ada Manun lain yang datang pada Zaman berikutnya.
 Svayambhu manu dan Satarupa menikah da memiliki beberapa anak, yaitu priyavrata, Uttanapada, Prasuti, dan Akuti. Daksa keluar dari pikiran Brahma, dan ditunjuk sebagai majikan (pati) dari semua yang lahir(praja) didunia ini,dan Ia disebut dengan Prajapati.

2.2.5.2 Penciptaan menurut Garuda Purana
            Penciptaan menurut Garuda menyatakan bahawa segalanya adalah kosong. Yang ada hanya esensi ilahi yaitu Brahman. Ia tidak memiliki awal dan tidak memiliki akhir(anandi ananta). Dari dalam air muncul telur (anda) keemasan. Visnu berada dalam telur ini, dan mengambil wujud fisik untuk melakukan penciptaan. Dari Visnu diciptakanlah Brahma, yang memiliki empat muka(catur muka). Semuanya diciptakan didalam telur itu.brahma adalah pencipta, Visnu sebagai pemeliharaan, dan Siva sebagai pelebur. Pada hakikatnya adalah Brahman mengambil wujud yang berbeda-beda yaitu Brahma,Visnu dan Siva.
            Pada mulanya Brahma menciptakan empat jenis mahluk. Mereka adalah jenis Dewa, Asura, Pitri (luhur) dan Manava (manusia). Para Dewa memiliki kekuatan pada siang hari sedangkan para Asura memiliki kekuatan pada malam hari. Pertama-tama dari kekuatan mentalnya, dewa Brahma menciptakan beberapa putra dari tubuhnya sendiri, Beliau juga  menciptakan manusia yang bernama Svayambhu Manu dan yang wanita bernama Satarupa.
2.2.5.3 Penciptaan Menurut Varaha Purana
            Penciptaan menurut Varaha Purana bahwa penciptaan awal dari jagat raya (sarga) yaitu saat jagat raya ini kosong, pada akhir siang hari Brahma, semua hal mengalami kehancuran kecuali Brahma, Visnu, Siva. Namun, ketika siang hari Brahma tiba kembali maka akan terjadi penciptaan baru. Saat terjadi kekosongan dan hanya ada air, Visnu tertidur diatas air yang merupakan keberadaan awal. Setelah Visnu terbangun, maka Ia mulai menciptakan sehingga Ia mulai mewujudkan diri-Nya dalam berbagai wujud, materi, dan sifat-sifat. Tiga sifat mendasar memenuhi objek dijagat raya ini dalam proporsi yang berbeda-beda. Tiga sifat itu yaitu, Sattva guna, Rajas sattwa, dan Tamas sattwa.
            Lima unsur ciptaan dikenal dengan Panca Mahabhuta, yang terdiri dari Pritivi (bumi,tanah), tejas (panas,api,energi), marut atau Vayu (angin,udara), apah (air), dan vyoma atau akasa (angkasa,langit). Demikian proses penciptaan unsur-unsur yang ada ini selanjutnya deva Visnu menciptakan mahluk-mahluk lain dijagat raya. Diciptakan bumi ini agar ad tempat kelahiran untuk mahluk hidup.
            Dalam Vahara purana juga , dijelasakn bahwa Brahma menciptakan para Rsi (Saptarsi) dari kekuatan mental-Nya, yaitu: Marici, Brhgu, Angira, Pulastya, Pulaha, Atri, Vasistha. Setelah itu, ia juga menciptakan dirinya menjadi svayambhu manu yang menjadi pencipta selanjutnya.









































































http://agamahindu9.files.wordpress.com/2012/05/alam-semesta-kitab-suci-weda.jpg?w=540
Share this article :

0 comments:

KALENDER BALI

Translate

 
Support : OM Santi-Santi-Santi OM by Blogger
Terbit Tahun © 2014. BALINUSE
TERIMA KASIH by All Right ON SUARA BALAM