BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sarasamusccaya adalah
kitab Smerti dengan 511 sloka (ayat) yang memuat sejumlah ajaran tentang moral
dan etika. Disusun oleh Bhagawan Wararuci, kira-kira pada abad ke 9-10. Kitab
ini ditulis dengan dua bahasa yaitu Sanskerta dan bahasa Jawa Kuno (Kawi).
Banyak yang menyebut Bhagawan Wararuci lahir di Nusantara karena kitab ini
ditemukan dengan terjemahan dalam bahasa Jawa Kuno dari aslinya, Sansekerta.
Kedua bahasa itu dipersandingkan. Namun, tidak ada kepastian bahwa beliau lahir
di Nusantara, bisa saja Sarasamuccaya itu datang dari India dan diterjemahkan
ke dalam bahasa Jawa Kuno oleh seseorang yang tak mau disebutkan namanya.
Hal-hal yang anonim itu jamak dalam susastra Hindu di era kerajaan-kerajaan di
Jawa.
Kitab Sarasamuccaya ini
dimaksudkan oleh Wararuci sebagai intisari dari Astadasaparwa (Mahabharata),
gubahan Rsi Wiyasa. Arti Sarasamuccaya yaitu: Sara artinya intisari, sedangkan
samuccaya artinya himpunan. Inilah himpunan dari instisari ajaran etika yang
ada dalam Astadasaparwa.
Sebelum kita
mempergunakan teori Gadamer menginterpretasikan sloka-sloka ini, maka pertama
tama kita pergunakan teks Sarasamuccaya dalam bahasa Jawa Kuno yang
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Nyoman Kadjeng dkk. Alasannya
adalah oleh karena teks Jawa Kuno tidak ditemukan siapa penterjemahnya dari
bahasa Sanskerta ke dalam bahasa Jawa Kuno. Oleh karena Nyoman Kadjeng
menterjemahkannya dari bahasa Jawa Kuno ke dalam bahasa Indonesia, maka mulai
dari sinilah kita akan melakukan upaya-upaya pemahaman terhadap kitab
Sarasamuccaya.
Berbicara masalah teori
interpretasi Gadamer, kita mempertanyakan maksud apa yang terkandung dari
penuturnya (Waisampayana), penulisnya (Wararuci), penterjemahnya ke dalam
bahasa Jawa Kuno (Anonim), dan penterjemahnya ke dalam bahasa Indonesia, sesuai
dengan perkembangan horisonnya masing-masing, dalam rentang waktu dan tempat
yang berbeda-beda. Waisampayana adalah penutur nilai-nilai, sari-sari dari
Mahabharata, ditujukan kepada pendengarnya Janamejaya, cucu Arjuna. Sebagai
penerus dinasti Pandawa yang sangat diharapkan dapat membawa kerajaan dengan
seluruh rakyatnya, laki perempuan tua muda menikmati kesejahteraan dan
kebahagiaan lahir dan batin dan mendapatkan kesempatan dan peluang secara adil,
agar tidak terulang kembali prahara Bharata Yuda seperti leluhurnya dulu.
Inilah merupakan horison berpikir dari penutur dan penulis (Bhagavan Wararuci)
serta teks Sarasamuccaya di masa lalu.
1.2
Rumusan Masalah
1.
Bagaimanakah pemahaman
umat Hindu tentang Kitab Sarasamuccaya?
2.
Bagaimanakah
penggunaan Bahasa Indonesia dalam Kitab Sarasamuccaya?
1.3
Tujuan
3.
Mahasiswa dapat memahami
Kitab Sarasamuccaya dalam ajaran Hindu
4.
Mahasiswa dapat mengetahui
penggunaan Bahasa Indonesia dalam Kitab Sarasamuccaya?
1.4
Manfaat
1.
Bagi penulis menambah wawasan
baru dan memahami lebih mendalam tentang Kitab Sarasamuccaya dalam ajaran Hindu
2.
Bagi pembaca dapat
memahami dan mengingat kembali ajaran dari Kitab Sarasamuccaya
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pemahaman Kitab Sarasamuccaya
Kitab Sarasamuscaya adalah tuntunan bagi mereka yang sudah
melewati Grhasta Asrama, atau tepatnya sudah meningkat ke Wanaprasta Asrama,
apalagi sudah menjadi Sanyasin/ Bhiksuka. Khusus mengenai wanita, demikian
dianggap ‘berbahaya’ bagi kedua Asrama itu, misalnya seperti apa yang diuraikan
dalam pasal 80, 81,82, 83, 84, 85, 86, 87, dst. Dalam Kitab Sarasamuccaya ada
beberapa sloka yang disampaikan dengan memperlakukan wanita secara tidak adil.
Contohnya:
Sloka 424:
na stribhyah kincidanyadvai papiyo bhuvi
vidyate,
striyo mulamanarthanam manasapi ca cintitah.
Artinya:
“Diantara sekian banyak yang dirindukan, tidak ada yang
menyamai wanita dalam hal membuat kesengsaraan; apalagi memperolehnya dengan
cara yang jahat; karenanya singkirilah wanita itu, meskipun hanya di angan-angan,
hendaklah ditinggalkan saja”.
Sloka 438:
prasvedamaladig dhena vahata mutrasonitam,
vranena vivrtenaiva sarvamandhikrtam jagat
Artinya:
“Ditengah-tengah kulit sebesar jejak kaki kijang,
terdapatlah luka yang menganga yang tidak pernah sembuh, yang menjadi salura
jalan air seni dan darah, penuh berisi keringat dan segala macam kotoran;
itulah yang membuat orang bingung di dunia ini, kegila-gilaan, buta dan tuli
karenanya”.
Sedangkan untuk mereka yang akan menuju ke Grhasta Asrama,
atau yang sudah berada di Grhasta Asrama, dalam memandang/ menilai seorang
wanita, pedomannya adalah Manawa Dharmasastra Buku ke-3 (Tritiyo dhayah) mulai
pasal 4 dst. Terutama pasal 56, 57, 58, 59, 60, 61, 62, di mana dinyatakan
betapa mulia dan pentingnya peranan seorang wanita sebagai Ibu Rumah Tangga.
Contoh sloka Manawa Dharmasastra:
Sloka 56
“Yatra naryastu pujyante
Ramante tatra dewata,
Yatraitastu na pujiante
Sarwastalah kriyah”
Artinya:
“Dimana wanita dihormati, disanalah para dewa-dewa merasa
senang, tetapi dimana mereka tidak dihormati, tidak ada upacara suci apapun
yang berpahala”.
Sloka 57:
”Cosanthi jamayo yatrah
Winacyatyacu tatkulam,
Na cocanti tu yatraita
Wardhate taddhi sarwada
Artinya:
”Diamana warga wanita hidup dalam kesedihan keluarga itu
cepat akan hancur, tetapi diamana wanita tidak menderita keluarga itu kan
selalu bahagia”.
Oleh karena itu dalam proses belajar Agama, sebaiknya
meminta tuntunan seorang guru yang mampu memberikan bahan-bahan pelajaran apa
yang patut ditekuni, sesuai dengan tahapan kehidupan Catur Asrama. Selain itu
juga guru bisa memberikan tuntunan sedemikian rupa sehingga murid (sisya)
mencapai tingkat kesucian spiritual setahap demi setahap, dalam artian ada
keteraturan proses, misalnya tidak melompat ke hal yang dalam sebelum
mengetahui dasar-dasarnya (basic ground).
Misalnya untuk belajar Yoga, seorang sisya harus berdisiplin terlebih dahulu
antara lain dalam hal-hal yang disebut ‘Yama-brata’ dan ‘Niyama-brata’. Tentu
saja dalam hal ini faktor usia dan ‘kematangan’ serta kedewasaan perilaku merupakan
unsur utama.
Kitab Sarasamuccaya yang seluruhnya sebanyak 511 sloka,
juga mengandung nilai-nilai yang universal, seperti apa itu manusia, semua
manusia setara, mengapa ia ada di dunia, kemana tujuannya dan bagaimana
seharusnya ia menjalankan hidupnya. Sebagai satu kesatuan pesan yang dibawa
oleh kitab Sarasamuccaya, tidaklah mungkin didalamnya itu ada pesan-pesan yang
kontradiktif satu dengan yang lainnya. Misalnya antara nilai-nilai universal
dengan nilai-nilai partikular.
2.2
Penggunaan Bahasa Indonesia Dalam Kitab Sarasamuccaya
Kitab ini relatif
unik karena menggunakan 2 bahasa (bilingual)
yaitu bahasa Sansekerta untuk ayat utama dan bahasa Kawi (Jawa Kuno) untuk
terjemahannya. Penggunaan bahasa Jawa pada bagian terjemahannya ini memunculkan
dugaan bahwa kitab ini dibuat di Nusantara.
Dengan
diterjemahkannya bahasa Sanskerta ini kedalam bahasa Kawi, sehingga lebih
memudahkan dalam memaknai Kitab ini setelah diterjemahkan kedalam bahasa
Indonesia. Penggunaan bahasa Indonesia dalam memahami Sarasamuccaya sangat
berperan penting dalam mempelajari kitab-kitab tersebut.
Terdapat beberapa Kosa-kata
dalam kitab Sarasamuccaya yang dipakai dalam bahasa Indoneia dikehidupan
sehari-hari. Namun beberapa ada yang mengalami perubuhan tulisan maupun bunyi.
Berikut ini beberapa kosa kata yang ada pada kitab Sarasamuccaya yang digunakan
dalam bahasa Indonesia:
aatmaa = atma
bhaagya = bahagia
bhaarata = barata
bhakti = bakti
chintaa = cinta
dharma = darma
doshhaah = dosa
jiiva = jiwa
|
kshaatram = ksatria
manushhya = manusia
naraka = neraka
nishchaya = niscaya
pujya = puja
putrah = putra
raajaa = raja
shuchi = suci
|
Sebelumnya kitab
Sarasamuccaya hanya diterjemahkan dalam bahasa Jawa Kuno, akan tetapi tidak ditemukan
siapa penterjemahnya dari bahasa Sanskerta ke dalam bahasa Jawa Kuno, sehingga
dengan diterjemahkannya kedalam bahasa Indonesia oleh Nyoman Kadjeng dkk,
menjadi semakin mudah untuk memahami sastra dari Sarasamuccaya ini.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1
Kesimpulan
·
Kitab Sarasamuccaya
termasuk dalam kelompok Weda Smerti yang merupakan kitab suci otoritas kedua
yang boleh diinterpretasi ulang bila ternyata nilai-nilai yang disampaikan ada
yang merasa diperlakukan tidak adil.
·
Kitab Sarasamuccaya
seluruhnya sebanyak 511 sloka, mengandung nilai-nilai yang universal, seperti
apa itu manusia, semua manusia setara, mengapa ia ada di dunia, kemana
tujuannya, bagaimana seharusnya ia menjalankan hidupnya. Sebagai satu kesatuan
pesan yang dibawa oleh kitab Sarasamuccaya, tidaklah mungkin didalamnya itu ada
pesan-pesan yang kontradiktif satu dengan yang lainnya. Misalnya antara
nilai-nilai universal dengan nilai-nilai partikular.
·
Ternyata ada 19 sloka
yang secara tekstual merupakan nilai-nilai yang partikular, yang bertentangan
dengan sebagian besar nilai-nilai universal yang terkandung di dalam kitab itu.
Sesuai dengan pemahaman baru tentang “perempuan” dalam sloka di atas ternyata
tidak benar-benar merupakan sloka-sloka yang bertentangan dengan nilai-nilai
universal Sarasamuccaya yang lainnya. Tujuan hidup manusia menurut Hindu baik
laki maupun perempuan adalah berpeluang sama untuk mencapai kesejahteraan
duniawi (Jagat Hita) dan Pembebasan (Moksa).
·
Nafsu birahi
menyebabkan keterikatan yang sangat kuat pada setiap orang. Hal ini dapat kita
lihat maraknya pornografi dan pornoaksi serta porno media sebagai tontonan yang
banyak menarik manusia modern dewasa ini, yang dalam bentuknya yang kuno dapat
kita lihat dalam sastra Kama Sutra.
·
Beberapa bahasa
Sanskerta dalam kitab Sarasamuccaya yang juga dipakai dalam bahasa Indonesia. Namun
karena terjadi perubahan zaman secara terus-menerus sehingga ada yang mengalami
perubahan bunyi maupun tulisan.
3.2
Saran
·
Sloka-sloka
Sarasamuccaya yang berbicara mengenai perempuan ini, harus diinterpretasi ulang
yang secara aktif melibatkan Wanita Hindu Indonesia (WHDI) dan tentu saja harus
memberikan kontribusi pemikiran agar tidak lagi diskriminatif, meminggirkan
perempuan dan bersifat represif.
·
WHDI juga jangan lupa
tetap aktif pula secara internal merealisasikan program penafsiran ulang
sastra-sastra Hindu yang secara tekstual masih sangat patriarkhis, sehingga
tidak malu-malu lagi kita perkenalkan kepada umat lainnya dan generasi muda
Hindu.
·
Kemunculan teknologi yang serba modern ini banyak yang menyalah
artikan beberapa sloka Sarasamuccaya oleh kepercayaan non-Hindu di beberapa
situs website dengan maksud dan tujuan tertentu. Hendaklah sebagai umat Hindu harus
kritis dan tanggap terhadap permasalahan yang ada dan tidak mudah terpengaruh oleh
arti-arti Veda yang tidak rasional.
DAFTAR PUSTAKA
Anynomous. 2012. Sarasamusccaya oleh Bhagawan Wararuci (Online). http://m.mpujayaprema.com. Diakses pada tanggal 02 Januari 2014
Anynomous. 2012. Kitab Sarasamuscaya (Online). http://dongengbudaya.wordpress.com. Diakses pada tanggal 02 Januari 2014
Anynomous. 2012. Sarasamuscaya dan Manawa Dharmasastra (Online). http://stitidharma.org. Diakses pada tanggal 02 Januari 2014
Satria. 2012. Penafsiran Ulang
Sloka Tentang Perempuan Dalam Kitab Sarasamuccaya (Online). http://stahdnj.ac.id.
Diakses pada tanggal 02 Januari 2014
Pudja, Gede. 1979. Sarasamuccaya. Proyek Pembinaan Sarana Keagamaan Hindu
Th.1984/1985: Jakarta
Arivia, Gadis. 2003. Filsafat Berspektif Feminis. Yayasan
Jurnal Perempuan: Jakarta.
Clifford, Anne M. 2002. Pemperkenalkan Teologi Feminis.
Ledalero, Maumere: Flores.
Kajeng, Dkk. 2005. Sarasamuccaya. Paramita: Surabaya.
Suryani, Luh Ketut. 2003. Perempuan Bali Kini. BP: Denpasar.
Titib, Made. 1998. Citra Wanita dalam Kakawin Ramayana. Paramita: Surabaya.
0 comments:
Post a Comment