Upacara
Megedong – Gedongan adalah upacara yang dilakukan untuk bayi yang masih ada
dalam kandungan ibunya, Megedong – Gedongan termasuk dalam Manusa Yadnya. Agama
Hindu khususnya di Bali tak bisa lepas dari upacara, upacara dalam agama Hindu
disebut Yadnya. Yadnya terdiri dari 5 macam yang biasa disebut Panca Yadnya,
yaitu :
Dewa Yadnya
: Upacara suci yang dipersembahkan untuk dewa-dewi, Tuhan Yang Maha Esa.
Bhuta Yadnya
: Upacara suci yang dilakukan untuk menyucikan alam beserta isinya.
Manusa Yadnya:
Upacara suci yang dilakukan pada manusia.
Pitra Yadnya
: Upacara suci yang dipersembahkan kepada roh leluhur.
Rsi Yadnya
: Upacara suci yang dilakukan untuk para orang suci umat Hindu.
Masing-masing
Yadnya tersebut memilik bagian-bagian lagi. Untuk upacara yang termasuk Manusa
Yadnya mulai dari Megedong-Gedongan, Otonan, Tiga Bulanan, Metatah (potong
gigi), Pawiwahan (pernikahan) dan lainnya.
Pelaksanaan
upacara Megedong – Gedongan adalah ketika kehamilan berumur 7 bulan Bali (1
bulan Bali = 35 hari) atau sekitar 8 bulan masehi. Namun di beberapa tempat di
Bali ada juga yang melaksanakan ketika kehamilan berumur 6 bulan Bali. Di
tempat saya, upacara Megedong – Gedongan dilakukan ketika kehamilan berumur 7
Bulan Bali dan dicari agar bertepatan dengan hari Purnama.
Rangkaian
upacara Megedong – Gedongan diawali dengan upacara melukat di “kelebutan” yaitu
sumber air alami yang dianggap suci. Kemudian dilanjutkan dengan melukat di
gria yang dilakukan oleh sulinggih (Ida Pendanda). Sore harinya upacara
Megedong – Gedongan dilaksanakan di rumah yang dipuput oleh Pemangku.
Pelaksanaan upacara Megedong – Gedongan kurang lebih seperti upacara Otonan,
namun ada beberapa sesajen yang berbeda.
Terakhir
pasangan suami istri akan duduk berdampingan untuk mendengarkan kekawin (kidung
suci) yang berisi tentang petuah dan nasehat untuk ibu hamil dan juga suaminya.
Dalam petuah tersebut banyak hal yang berisi tentang larangan dan juga saran
untuk pasangan suami istri. Misalnya suami tidak boleh berkata kasar atau
berbuat kasar pada istri, suami tidak boleh membangunkan istri dengan tiba-tiba
dan berbagai hal lainnya.
Walaupun
upacara Megedong – Megedongan hanya ada dalam agama Hindu, tetapi di daerah
Jawa juga ada upacara serupa, biasa disebut dengan Tujuh Bulanan. Namun upacara
Tujuh Bulanan tersebut bukan upacara agama melainkan upacara adat. Ini mungkin
tidak lepas dari sejarah dimana dulunya agama Hindu adalah agama yang dianut di
nusantara sebelum agama lain masuk Indonesia.
Upacara
tersebut hingga kini masih dilaksanakan oleh sebagian penduduk di Jawa apapun
agamanya karena upacara tersebut merupakan warisan leluhur yang pada dasarnya
mempunyai tujuan suci dan kebaikan khususnya bagi bayi yang ada dalam kandungan
sang ibu.
0 comments:
Post a Comment