Headlines News :
Home » » pengertian sad darsana (darsana vaisiseka)

pengertian sad darsana (darsana vaisiseka)

Written By balinuse on Saturday, June 20, 2015 | 7:13 PM

BAB I
PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang
Darsana berasal dari kata “drs” yang artinya melihat kedalam atau mengalami dan oleh karena itu darsana merupakan sebuah pandangan tentang realitas. Darsana merupakan filsafat yaitu pencarian rasional ke dalam sifat kebenaran atau realitas yang juga memeberikan pemecahan yang jelas dalam mengemukakan permasalahan-permasalahan dari kehidupan ini, dimanaia juga menunjukkan jalan untuk mendapatkan pembebasan abadi dari penderitaan akibat kelahiran dan kematian.
Sad Darsana merupakan enam sistem filsafat Hindu dan juga merupakan enam sarana pengajaran atau pembuktian kebenaran. Enam sistem filsafat ortodox bagian-bagiannya yaitu, : 1) Nyaya, 2) Vaisesika, 3) Samkhya, 4) Yoga, 5) Purva Mimamsa, 6) Uttara Mimamsa atau Vedanta. Masing-masing kelompok alairan filsafat ini memiliki seorang atau beberapa orang sutrakara yaitu penyusun doktrin-doktrin dalam ungkapan-ungkapan pendek disebut sutra. Sedangkan ulasan-ulasannya disebut Bhasya, para pengulas disebut Bhasyakara. Ke enam aliran filsafat tersebut secara langsung berasala dari kitab-kitab Veda. Berbeda cara maupun metode namun memiliki tujuan yang sama yaitu menghilangkan ketidak-tahuan dan pengaruh-pengaruhnya berupa penderitaan maupun pencapaian kebabasan, kesempurnaan, kekekalan dan kebahagiaan yang abadi dengan penyatuan Jivatman dengan Paramatman.
Dengan mempelajari ke enam aliran filsafat dari Hindu tersebut. Penulis disini akan menganalisa beberapa pandangan dari berbagi kalangan masyarakat Hindu yang berstatus pelajar, mahasiswa dan pekerja. Semua narasumber yang berhasil diwawancarai masing-masing memepunyai pandangan yang berbeda-beda mengenai Darsana. Karena mereka bukanlah seseorang yang belajar di Perguruan Tinggi Agama Hindu. Jadi mereka hanya mengandalkan pengetahuan tentang Agama Hindu dari Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas maupun pengetahuan yang di dapat dalam kehidupan sehari-hari.
Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu agar para pembaca dan masyarakat luas memahami tentang ajaran Darsana. Selain itu makalah ini juga dipergunakan untuk mengetahui seberapa besar tingkat pemahaman umat Hindu sendiri terhadap pandangan-pandangan mengenai ajaran Agama Hindu terutama ajaran Darsana.
1.2  Rumusan Masalah
1.      Bagaimana pandangan umat Hindu tentang Brahman?
2.      Bagaimana pandangan umat Hindu tentang Atman?
3.      Bagaimana pandangan umat Hindu tentang Moksa?
1.3  Tujuan penulisan
1.      Untuk mengetahui bagaimana pandangan umat Hindu tentang Brahman
2.      Untuk mengetahui bagaimana pandangan umat Hindu tentang Atman
3.      Untuk mengetahui bagaimana pandangan umat Hindu tentang Moksa






BAB II
PEMBAHASAN
     Semua yang ada di alam semesta ini tidak sepenuhnya sama, banyak hal yang berbeda. Dan dengan demikian perbedaan inilah yang membuat alam semesta ini menjadi lebih beragam. Begitu pula pandangan umat manusia dengan umat yang lain pun juga berbeda-beda terhadap ajaran agama yang dianutnya. Perbedaan pandangan inilah yang dapat dilihat dalam pembahasan makalah berikut. Hal ini dapat dibuktikan dengan membandingkan jawaban hasil wawancara yang diajukan kepada masing-masing narasumber. Pada dasarnya setiap orang boleh berargumen berbeda-beda, asalkan pemikirannya tertuju pada hal yang bersifat positif.
     Dari Makalah ini yang berjudul “Pandangan Umat Hindu Terhadap VaisisekaDarsana”, penulis menguraikan pandangan-pandangan tersebut dari ke 10 narasumber yang diwawancarai. Penulis mengajukan 7 pertanyaan kepada 10 narasumber yang berdeda-beda profesinya. Narasumber ini ada bemacam-macam, ada yang pelajar, perawat, karyawan swasta dan mahasiswa. Kemudian dari 7 pertanyaan kepada ke10 narasumber, hasilnya akan dibahas dalam makalah ini. Hasil wawancara dan analisa dapat dilihat dalam bahasan berikut ini :

2.1  Pandangan Umat Hindu tentang Brahman
Sebagian besar umat Hindu yang berhasil diwawancarai, mereka berpendapat bahwa Brahman adalah sang pencipta sumber dari segala sumber yang ada. Beliau lah yang menyebabkan segala keberadaan yang ada di dunia ini. Demikian pula dengan Atman yang diciptakan oleh Brahman. Ada pendapat lain yang mengatakan bahwa Brahman adalah sebagai sumber, maksudnya adalah apapun yang diciptakan oleh Brahman nantinya juga akan kembali kepada Brahman pula. Ada juga yang mengatakan bahwa Brahman merupakan kumpulan dari Atman yang sudah menyatu dengan Tuhan.

Masyarakat yang mengatakan bahwa Brahman sebagai pencipta alam semesta maka mereka masih menganggap sebagai Tuhan Sang Pencipta ( Yang Maha Esa ). Ada kemungkinan bahwa Brahman bagi mereka masih asing. Jadi mereka mengilustrasikan Brahman sebagai Tuhan yang disebutkan masyarakat pada umumnya.
Dalam hal ini yaitu pandangan masyarakat Hindu tentang kebaradaan Brahman dapat disamakan dengan filsafat Vaisiseka. Filsafat Vaisisekamengatakan bahwa Tuhan adalah yang berperandalammenggerakan atomataupenyebabterjadinya pennciptaan, memelihara dan melenyapkan alam semesta beserta segala isinya. Kemudian dikatakan pula bahwa Tuhan menciptakan alam semesta untuk Sang Jiva menikmati kesenangan dan phala dari perbuatannya dalam hidup ini.
Dalam filsafat Vaisesika dikatakan pula bahwa Tuhan itu Maha Kuasa dan Maha Sempurna yang tunggal dan memiliki sifat tidak terbatas. Filsafat Nyaya dan Vaisesika memiliki kesamanaan pandangan terhadap Tuhan. Berbeda dengan filsafat Mimamsa yang memang tidak mengakui adanya Tuhan. Filsafat Mimamsa mengatakan bahwapengaturan atom-atom dilakukan oleh hukum karmaitu sendiri. Sedangkan dalam filsafat Vaisesika dikatakan bahwa atom-atom dan jiwa hadir dan abadi bersama-sama dengan Tuhan, dan pengaturnya adalah Sang Pencipta sendiri yaitu Tuhan.
Jika dalam filsafat Samkhya berdpendapat bahwa eksistensi Tuhan tidak dapat dibuktikan melalui jalan apapun. Sehingga Samkhya tidak menerima jika Tuhan digunakan untuk menjelaskan dunia ini. Karena bagi Samkhya Prkerti merupakan sebagai penyebab terjadinya keseluruhan alam semesta ini. Jadi antara filsafat Mimamsa dan Samkhya memiliki kesamaan diman Mimamsa tidak percaya dengan adanya Tuhan sedangkan Samkhya tidak menerima keberadaan Tuhan.

2.2  Pandangan Umat Hindu tentang Atman
Dari hasil wawancara yang telah dianalisis, sebagian besar berpendapat bahwa atman adalah percikan terkecil dari Brahman atau Tuhan. Mereka berpendapat bahwa atman memiliki sifat-sifat yang sama dengan Brahman. Selain sebagai percikan terkecil dari Brahman ada pula yang berpendapat atman adalah jiwa yang ada pada tubuh manusia, yang menyebabkan badan kasar ini untuk hidup. Adapun yang berpendapat lain lagi bahwa atman merupakan suatu zat kerohanian yang penuh dengan kesadaran. Dari ke 10 narasumber memiliki pandangan yang berbeda mengenai atman.
Dalam filsafat Nyaya mengatakan bahwa atman adalah roh yang hanya dapat dibuktikan dengan pikiran dan tubuh. Filsafat ini juga mengatakan bahwa atman adalah Brahman yang bagaikan suatu aliran listrik melalui kabel-kabel. Aliran listrik ini tidak dapat dilihatnamun jika dipegang maka akan dapat dirasakan. Begitu juga dengan atman dapat dirasakan melalui pikiran dan tubuh kita. Namun dalam Nyaya atman adalah kesadaran yang tidak merasakan penderitaan dan hanya badan kasar yang akan menerima segala perbuatan yang dilakukan melalui indriya-indriya dalam tubuh.
Pernyataan Upanisad mengatakan bahwa atman atau jiwa perorangan sama dengan Brahman. Dalam filsafat Vasistadvaita mengemukakan bahwa atman merupakan percikan terkecildari Brahman. Atman bukanlah unsur manas, indriya dan tubuh melainkan bagian dari Brahman. Brahman, jiwa dan alam semesta digambarkan dengan lingkaran yang memiliki satu titik pusat yaitu Brahman. Dari penggambaran ini dapat dikemukakan bahwa Brahman, jiwa dan alam semesta adalah sama-sama nyata, namun tidak berada pada tingkat yang sama. Kesimpulan nya adalah  bahwa Brahman, jiwa dan alam semesta memang berbeda, tetapi tidak dapat dipisahkan sekalipun ketiganya sama-sama kekal.
Menurut Mimamsa jiwa berbeda dengan tubuh, indriya dan budhi. Jiwa jumlahnya sangat banyak dan tak terhitung, tiap tubuh ada satu jiwa. Semua jiwa memiliki kesadaran yang bersifat kekal, berada dimana-mana dan meliputi segala sesuatu. Disamping menjadi subyek pengetahuan jiwa juga menjdai obyek pengetahuan. Artinya kesadaran akan adanya obyek mengandung didalamnya kesadaran akan adanya pribadi.
Menurut Samkhya roh jumlahnya tak terbatas. Dan roh-roh tersebut satu samalain berbeda secara abadi. Masing-masing roh berhubungan dengan satu badan. Bahwa jiwa adalah yang kekal sebagai sakasi perubahan mental dan badan dan pikiranlah yang merasakan senang dan susah.
Sedangkan menurut Advaita Vedanta atman identik dengan Brahman. Atman adalah Brahman seutuhnya yang menampakkan diri disertai dengan sarana tambahan atau upadhi yang membatasi wujudnya yang abadi. Adapun sarana tambahan itu adalah budhi, ahamkara, manas dan Jnanendriya serta Karmendriya.  Jadi sifat-sifat yang ada pada atman sama dengan Brahman seperti kekal abadi. Namun ketika atman memasuki badan manusia sifat atman berbeda dengan Brahman karena atman disini sudah terpengaruh oleh keduniawian dan menyebabkan atman menjadi terikat. Dan ketika atman sudah tidak lagi berada dalam tubuh manusia atau sudah meninggalkan tubuh manusia maka atman dapat dikatakan sama dengan Brahman. Dapat dikatakan demikian karena atman sudah terbebas dari ikatan keduniawian.

2.3  Pandangan Umat Hindu tentang Alam Semesta
Adwaita wedanta menyatakan dalam ajarannya hanya Brahman yang adaAlam semesta atau dunia dipandang sebagai suatu penampakannya khayalan dari Brahman, oleh karena itu keadaanya tidak nyata atau semu. Mengenai proses terjadinya alam semesta yaitu pertemuan Purusa dan Prakerti, Sankara menerima teori Samkhya, dimana purusa dan prakerti  bertemu dan dari pertemuan itu munculah secara berturut – turut  Budhi, Ahamkara, Manas, sepuluh individu, Panca Tanmantra, Panca maha butha dan gabungan dari Panca maha bhuta ini akan muncul alam semesta beserta isinya. Dalam ajaran Adwaita Purusa disamakan dengan Brahman dan prakerti disamakan dengan maya. Alam merupakan hasil dari Maya atau Awidya. Brahman yang tak berubah tampak sebagai alam yang melalui maya. Maya adalah daya misterius yang tak dapat digambarkan, dari Tuhan yang menyembunyikan yang nyata dan mewujudkan dirinya sebagai tidak nyata. Maya tidak nyata, karena ia lenyap apabila kita mencapai pengetahuan dari yang abadi. Dengan demikian alam semesta hanyalah merupakan penampakan khayalan dari Brahman.
Filsafat Samkhya dan Yoga memiliki kesamaan yang mengatakan bahwa tanpa adanya salah satu dari Purusa ataupun Prakerti maka dunia ini tidak akan ada ciptaan. Misalnya dalam contoh kehidupan  jika laki-laki dan perempuan yang salah satunya tidak ada maka tidak akan ada keturunan.Karena Purusa bersifat pasif sedangkan Prakerti bersifat aktif. Tanpa Purusa evolusitidak akan pernah terjadi karena Prakerti tanpa kesadaran.
Dari hasil wawancara yang telah di analisis, ke 7 narasumber berpendapat bahwa alam semesta adalah maya namun alasan mereka mengatakan maya berbeda-beda. Dari ke 7 yang menjawab bahwa alam semesta ini maya maka dapat dimasukkan dalam filsafat Adwaita Vedanta. Karena Advaita Vedanta mengatakan bahwa alam semesta ini hanya penampakan (maya/ilusi/tidak nyata) dari Brahman. Ada yang berpendapat kalau alam semesta kadang maya dan abadi, dengan alasan jika umat manusia mampu berbuat baik maka alam semesta akan abadi. Namun jika umat manusia tidak lagi mampu untuk berbuat baik maka alam semesta akan bersifat maya. Ada juga yang berpendapat lain yang mengatakan bahwa alam semesta ini adalah abadi namun beliau tidak memberikan alasan nya mengapa. Kesimpulan dari jawaban ini dimungkinkan narasumber masih belum memahami bagaimana tentang alam semesta

2.4  Pandangan Umat Hindu tentang Moksa
Moksa merupakan salah satu dari kelima Sradha yang dipegang teguh oleh umat Hindu. Moksa juga berarti lepas dari segala keterikatan benda-benda keduniawian. Sehingga mencapai titik kesunyatan yaitu titik sunyata yang merpakan tempat Brahman. Adapun kendala untuk mencapai Moksa yaitu ketika menjalankan kehidupan di dunia ini yang selalu diselimuti dengan keterikatan akan duniawi. Dan kita sebagai manusia tidak bisa untuk melewati tahap ini dengan langsung menuju Moksa. Apa yang dilakukan di dunia inilah yang menyebabkan seseorang menuju Moksa. Ketika berada di dunia inilah yang dijadikan tolak ukur untuk menuju Moksa. Jadi Moksa itu akan terjadi tergantung apa yang telah dilakukan ketika berada di dunia.
Setiap makhluk hidup tidak akan lepas dari karma, maka untuk mencapai Moksa haruslah terlahir sebagai manusia terlebih dahulu  denganmelaksanakan kebaikan yang berlimpah. Sehingga atman tersebut akan mudah mencapai Moksa dengan kebaikan yang telah dilakukan selama berada di dunia. Seperti dalam filsafat Nyaya dan Vaisesika yang memiliki pandangan bahwa untuk mencapai kebebasan itu adalah dengan melaksanakan dan mempelajari pengetahuan tentang  Tuhan kemudian menjalankan maupun mengikuti ajaran-Nya.
Tujuan tertinggi menurut Advaita Vedanta adalah untuk mengetahui dan merealisasikan bahwa atman adalah Brahman. Barang siapa saja yang dapat mengetahui sang diri sejati itu maka ia mencapai kelepasan yaitu bersatu dengan Brahman
Menurut Vasisthadvaita yang dikemukakan oleh Ramanuja menjelaskan pandangan terhadap pernyataan Upanisad yang mengajarkan  bahwa Tuhan dan jiwa itu sama, namun bukan persamaan yang absolut dan tidak mungkin manusia disamakan dengan Tuhan. Yang dimaksud oleh Upanisad disini adalah bahwa Tuhan tidak dapat dibedakan dengan jiwa, sebagaimana membedakan jiwa dengan badan. Menurut Ramanuja, Moksa adalah berlalunya roh dari kesulitan hidup duniawimenuju semacam surga (Vaikuntha) dimana ia akan tetap selamanya dalam kebahagiaan pribadi yang tenang dihadirat Tuhan.
Dari hasil wawancara yang telah dianalisis, mereka berpendapat bahwa Moksa adalah tujuan tertinggi umat Hindu. Moksa adalah penyatuan Atman dengan Brahman. Dari ke 10 narasumber berpendapat demikian. Dan cara untuk mencapai moksa yaitu dengan melaksanakan segala sesuatu sesuai dengan ajaran Dharma serta melaksanakan apa yang diperintahkan oleh Nya. Jadi kesimpulannya umat Hindu rata-rata memahami apa yang dimaksud dengan Moksa




BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Setelah menganalis dari ke 10 hasil wawancara kepada 10 narasumber, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa pengetahuan masyarakat Hindu tentang ajaran Sad Darsana sangatlah minim. Hal ini mungkindikarenakan mereka tidak mempelajari secara spesifik, dan mungkin hanya mempelajari ajaran Hindu ketika mereka duduk di bangku SD, SMP dan SMA.
Dari ke10 narasumber, ada yang percaya kepada Brahman sebagai Tuhan pencipta segalanya. Dan ada pula yang berpendapat bahwa Brahman merupakan kumpulan dari atman. Ada pula yang mengatakan bahwa Brahman itu tumbuh.   Namun mereka percaya terhadap Brahman, pendapat mereka bisa dikatakan masuk  dalam filsafat Nyaya, Vaisesika, Yoga dan Vedanta. Untuk pandangan filsafat Mimamsa dan Samkhya yang tidak percaya Tuhan belum menemukan dalam hasil wawancara ini.
Kemudian pada atman, sebagian besar berpendapat bahwa atman adalah percikan terkecil dari Brahman atau Tuhan. Mereka berpendapat bahwa atman memiliki sifat-sifat yang sama dengan Brahman. Argument ini masuk dalam kategori filsafat Vasisthadvaita yang mengatakan atman adalah percikan terkecil dari Brahman.
Pandangan ntuk alam semesta, para narasumber mengatakan bahwa alam semesta ini adalah maya. Argument ini dapat dimasukkan dalam filsafat Advaita Vedanta yang mengatakan bahwa alam semesta merupakan penampakan khayal dari Brahman. Bahwa alam semesta ini hanya semu atau tidak nyata.
Dari hasil wawancara mereka berpendapat bahwa Moksa adalah tujuan tertinggi umat Hindu. Moksa adalah penyatuan Atman dengan Brahman. Dari ke 10 narasumber berpendapat demikian. Untuk pandangan Moksa narasumber hampir mengerti. Pendapat yang demikian dapat dimasukkan dalam filsafat  Nyaya dan Advaita Vedanta, ketika sang atman mampu mmpelajari sepenuhnya tentang Brahman maka atman akan mencapai Moksa.
  


DAFTAR  PUSTAKA
1.      Maswinara, I Wayan,1999, Sistem Filsafat Hindu, Surabaya,Paramita
2.      Sudiani, Ni nyoman, Materi ajaran Darsana, Jakarta.
3.      Pandit, Bansi. 2006.Pemikiran Hindu, Surabaya, Paramita.
                                                                                                                                   





Share this article :

0 comments:

KALENDER BALI

Translate

 
Support : OM Santi-Santi-Santi OM by Blogger
Terbit Tahun © 2014. BALINUSE
TERIMA KASIH by All Right ON SUARA BALAM