BAB I
1.1 Latar
Belakang
Darsana berasal dari kata “drs” yang
artinya melihat kedalam atau mengalami dan oleh karena itu darsana merupakan
sebuah pandangan tentang realitas. Darsana merupakan filsafat yaitu pencarian
rasional ke dalam sifat kebenaran atau realitas yang juga memeberikan pemecahan
yang jelas dalam mengemukakan permasalahan-permasalahan dari kehidupan ini,
dimanaia juga menunjukkan jalan untuk mendapatkan pembebasan abadi dari
penderitaan akibat kelahiran dan kematian.
Sad Darsana merupakan enam sistem
filsafat Hindu dan juga merupakan enam sarana pengajaran atau pembuktian
kebenaran. Enam sistem filsafat ortodox bagian-bagiannya yaitu, : 1) Nyaya, 2)
Vaisesika, 3) Samkhya, 4) Yoga, 5) Purva Mimamsa, 6) Uttara Mimamsa atau
Vedanta. Masing-masing kelompok alairan filsafat ini memiliki seorang atau
beberapa orang sutrakara yaitu penyusun doktrin-doktrin dalam ungkapan-ungkapan
pendek disebut sutra. Sedangkan ulasan-ulasannya disebut Bhasya, para pengulas
disebut Bhasyakara. Ke enam aliran filsafat tersebut secara langsung berasala
dari kitab-kitab Veda. Berbeda cara maupun metode namun memiliki tujuan yang
sama yaitu menghilangkan ketidak-tahuan dan pengaruh-pengaruhnya berupa
penderitaan maupun pencapaian kebabasan, kesempurnaan, kekekalan dan
kebahagiaan yang abadi dengan penyatuan Jivatman dengan Paramatman.
Dengan mempelajari ke enam aliran
filsafat dari Hindu tersebut. Penulis disini akan menganalisa beberapa pandangan
dari berbagi kalangan masyarakat Hindu yang berstatus pelajar, mahasiswa dan
pekerja. Semua narasumber yang berhasil diwawancarai masing-masing memepunyai
pandangan yang berbeda-beda mengenai Darsana. Karena mereka bukanlah seseorang
yang belajar di Perguruan Tinggi Agama Hindu. Jadi mereka hanya mengandalkan
pengetahuan tentang Agama Hindu dari Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama,
Sekolah Menengah Atas maupun pengetahuan yang di dapat dalam kehidupan
sehari-hari.
Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu
agar para pembaca dan masyarakat luas memahami tentang ajaran Darsana. Selain
itu makalah ini juga dipergunakan untuk mengetahui seberapa besar tingkat
pemahaman umat Hindu sendiri terhadap pandangan-pandangan mengenai ajaran Agama
Hindu terutama ajaran Darsana.
1.2 Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
pandangan umat Hindu tentang Brahman?
2. Bagaimana
pandangan umat Hindu tentang Atman?
3. Bagaimana
pandangan umat Hindu tentang Moksa?
1.3 Tujuan
penulisan
1. Untuk
mengetahui bagaimana pandangan umat Hindu tentang Brahman
3. Untuk
mengetahui bagaimana pandangan umat Hindu tentang Moksa
BAB II
PEMBAHASAN
Semua yang ada di alam semesta ini tidak
sepenuhnya sama, banyak hal yang berbeda. Dan dengan demikian perbedaan inilah
yang membuat alam semesta ini menjadi lebih beragam. Begitu pula pandangan umat
manusia dengan umat yang lain pun juga berbeda-beda terhadap ajaran agama yang
dianutnya. Perbedaan pandangan inilah yang dapat dilihat dalam pembahasan
makalah berikut. Hal ini dapat dibuktikan dengan membandingkan jawaban hasil
wawancara yang diajukan kepada masing-masing narasumber. Pada dasarnya setiap
orang boleh berargumen berbeda-beda, asalkan pemikirannya tertuju pada hal yang
bersifat positif.
Dari Makalah ini yang berjudul “Pandangan
Umat Hindu Terhadap VaisisekaDarsana”,
penulis menguraikan pandangan-pandangan tersebut dari ke 10 narasumber yang
diwawancarai. Penulis mengajukan 7 pertanyaan kepada 10 narasumber yang
berdeda-beda profesinya. Narasumber ini ada bemacam-macam, ada yang pelajar,
perawat, karyawan swasta dan mahasiswa. Kemudian dari 7 pertanyaan kepada ke10
narasumber, hasilnya akan dibahas dalam makalah ini. Hasil wawancara dan
analisa dapat dilihat dalam bahasan berikut ini :
2.1 Pandangan
Umat Hindu tentang Brahman
Sebagian besar umat Hindu yang berhasil
diwawancarai, mereka berpendapat bahwa Brahman adalah sang pencipta sumber dari
segala sumber yang ada. Beliau lah yang menyebabkan segala keberadaan yang ada
di dunia ini. Demikian pula dengan Atman yang diciptakan oleh Brahman. Ada
pendapat lain yang mengatakan bahwa Brahman adalah sebagai sumber, maksudnya
adalah apapun yang diciptakan oleh Brahman nantinya juga akan kembali kepada
Brahman pula. Ada juga yang mengatakan bahwa Brahman merupakan kumpulan dari
Atman yang sudah menyatu dengan Tuhan.
Masyarakat yang mengatakan bahwa Brahman
sebagai pencipta alam semesta maka mereka masih menganggap sebagai Tuhan Sang
Pencipta ( Yang Maha Esa ). Ada kemungkinan bahwa Brahman bagi mereka masih
asing. Jadi mereka mengilustrasikan Brahman sebagai Tuhan yang disebutkan
masyarakat pada umumnya.
Dalam hal ini yaitu pandangan masyarakat
Hindu tentang kebaradaan Brahman dapat disamakan dengan filsafat Vaisiseka. Filsafat Vaisisekamengatakan bahwa Tuhan
adalah yang berperandalammenggerakan
atomataupenyebabterjadinya pennciptaan, memelihara
dan melenyapkan alam semesta beserta segala isinya. Kemudian dikatakan pula bahwa
Tuhan menciptakan alam semesta untuk Sang Jiva menikmati kesenangan dan phala
dari perbuatannya dalam hidup ini.
Dalam filsafat Vaisesika dikatakan pula bahwa
Tuhan itu Maha Kuasa dan Maha Sempurna yang tunggal dan memiliki sifat tidak
terbatas. Filsafat Nyaya dan Vaisesika memiliki kesamanaan pandangan terhadap
Tuhan. Berbeda dengan filsafat Mimamsa yang memang tidak mengakui adanya Tuhan.
Filsafat Mimamsa mengatakan bahwapengaturan atom-atom dilakukan oleh hukum
karmaitu sendiri. Sedangkan dalam filsafat Vaisesika dikatakan bahwa atom-atom
dan jiwa hadir dan abadi bersama-sama dengan Tuhan, dan pengaturnya adalah Sang
Pencipta sendiri yaitu Tuhan.
Jika dalam filsafat Samkhya berdpendapat
bahwa eksistensi Tuhan tidak dapat dibuktikan melalui jalan apapun. Sehingga Samkhya
tidak menerima jika Tuhan digunakan untuk menjelaskan dunia ini. Karena bagi
Samkhya Prkerti merupakan sebagai penyebab terjadinya keseluruhan alam semesta
ini. Jadi antara filsafat Mimamsa dan Samkhya memiliki kesamaan diman Mimamsa
tidak percaya dengan adanya Tuhan sedangkan Samkhya tidak menerima keberadaan
Tuhan.
2.2 Pandangan
Umat Hindu tentang Atman
Dari
hasil wawancara yang telah dianalisis, sebagian besar berpendapat bahwa atman
adalah percikan terkecil dari Brahman atau Tuhan. Mereka berpendapat bahwa
atman memiliki sifat-sifat yang sama dengan Brahman. Selain sebagai percikan
terkecil dari Brahman ada pula yang berpendapat atman adalah jiwa yang ada pada
tubuh manusia, yang menyebabkan badan kasar ini untuk hidup. Adapun yang berpendapat
lain lagi bahwa atman merupakan suatu zat kerohanian yang penuh dengan
kesadaran. Dari ke 10 narasumber memiliki pandangan yang berbeda mengenai
atman.
Dalam
filsafat Nyaya mengatakan bahwa atman adalah roh yang hanya dapat dibuktikan
dengan pikiran dan tubuh. Filsafat ini juga mengatakan bahwa atman adalah
Brahman yang bagaikan suatu aliran listrik melalui kabel-kabel. Aliran listrik
ini tidak dapat dilihatnamun jika dipegang maka akan dapat dirasakan. Begitu
juga dengan atman dapat dirasakan melalui pikiran dan tubuh kita. Namun dalam
Nyaya atman adalah kesadaran yang tidak merasakan penderitaan dan hanya badan
kasar yang akan menerima segala perbuatan yang dilakukan melalui
indriya-indriya dalam tubuh.
Pernyataan
Upanisad mengatakan bahwa atman
atau jiwa perorangan sama dengan Brahman. Dalam filsafat Vasistadvaita
mengemukakan bahwa atman merupakan percikan terkecildari Brahman. Atman
bukanlah unsur manas, indriya dan tubuh melainkan bagian dari Brahman. Brahman,
jiwa dan alam semesta digambarkan dengan lingkaran yang memiliki satu titik
pusat yaitu Brahman. Dari penggambaran ini dapat dikemukakan bahwa Brahman,
jiwa dan alam semesta adalah sama-sama nyata, namun tidak berada pada tingkat
yang sama. Kesimpulan nya adalah bahwa
Brahman, jiwa dan alam semesta memang berbeda, tetapi tidak dapat dipisahkan
sekalipun ketiganya sama-sama kekal.
Menurut
Mimamsa jiwa berbeda dengan tubuh, indriya dan budhi. Jiwa jumlahnya sangat
banyak dan tak terhitung, tiap tubuh ada satu jiwa. Semua jiwa memiliki kesadaran
yang bersifat kekal, berada dimana-mana dan meliputi segala sesuatu. Disamping
menjadi subyek pengetahuan jiwa juga menjdai obyek pengetahuan. Artinya
kesadaran akan adanya obyek mengandung didalamnya kesadaran akan adanya
pribadi.
Menurut
Samkhya roh jumlahnya tak terbatas. Dan roh-roh tersebut satu samalain berbeda
secara abadi. Masing-masing roh berhubungan dengan satu badan. Bahwa jiwa
adalah yang kekal sebagai sakasi perubahan mental dan badan dan pikiranlah yang
merasakan senang dan susah.
Sedangkan
menurut Advaita Vedanta atman identik dengan Brahman. Atman adalah Brahman
seutuhnya yang menampakkan diri disertai dengan sarana tambahan atau upadhi
yang membatasi wujudnya yang abadi. Adapun sarana tambahan itu adalah budhi,
ahamkara, manas dan Jnanendriya serta Karmendriya. Jadi sifat-sifat yang ada pada atman sama
dengan Brahman seperti kekal abadi. Namun ketika atman memasuki badan manusia
sifat atman berbeda dengan Brahman karena atman disini sudah terpengaruh oleh
keduniawian dan menyebabkan atman menjadi terikat. Dan ketika atman sudah tidak
lagi berada dalam tubuh manusia atau sudah meninggalkan tubuh manusia maka
atman dapat dikatakan sama dengan Brahman. Dapat dikatakan demikian karena
atman sudah terbebas dari ikatan keduniawian.
2.3 Pandangan
Umat Hindu tentang Alam Semesta
Adwaita
wedanta menyatakan dalam ajarannya hanya Brahman yang adaAlam semesta atau
dunia dipandang sebagai suatu penampakannya khayalan dari Brahman, oleh karena
itu keadaanya tidak nyata atau semu. Mengenai proses terjadinya alam semesta
yaitu pertemuan Purusa dan Prakerti, Sankara menerima teori Samkhya, dimana
purusa dan prakerti bertemu dan dari
pertemuan itu munculah secara berturut – turut
Budhi, Ahamkara, Manas, sepuluh individu, Panca Tanmantra, Panca maha
butha dan gabungan dari Panca maha bhuta ini akan muncul alam semesta beserta
isinya. Dalam ajaran Adwaita Purusa disamakan dengan Brahman dan prakerti
disamakan dengan maya. Alam merupakan hasil dari Maya atau Awidya. Brahman yang
tak berubah tampak sebagai alam yang melalui maya. Maya adalah daya misterius
yang tak dapat digambarkan, dari Tuhan yang menyembunyikan yang nyata dan
mewujudkan dirinya sebagai tidak nyata. Maya tidak nyata, karena ia lenyap
apabila kita mencapai pengetahuan dari yang abadi. Dengan demikian alam semesta
hanyalah merupakan penampakan khayalan dari Brahman.
Filsafat
Samkhya dan Yoga memiliki kesamaan yang mengatakan bahwa tanpa adanya salah satu
dari Purusa ataupun Prakerti maka dunia ini tidak akan ada ciptaan. Misalnya
dalam contoh kehidupan jika laki-laki
dan perempuan yang salah satunya tidak ada maka tidak akan ada keturunan.Karena
Purusa bersifat pasif sedangkan Prakerti bersifat aktif. Tanpa Purusa
evolusitidak akan pernah terjadi karena Prakerti tanpa kesadaran.
Dari
hasil wawancara yang telah di analisis, ke 7 narasumber berpendapat bahwa alam
semesta adalah maya namun alasan mereka mengatakan maya berbeda-beda. Dari ke 7
yang menjawab bahwa alam semesta ini maya maka dapat dimasukkan dalam filsafat
Adwaita Vedanta. Karena Advaita Vedanta mengatakan bahwa alam semesta ini hanya
penampakan (maya/ilusi/tidak nyata) dari Brahman. Ada yang berpendapat kalau
alam semesta kadang maya dan abadi, dengan alasan jika umat manusia mampu
berbuat baik maka alam semesta akan abadi. Namun jika umat manusia tidak lagi
mampu untuk berbuat baik maka alam semesta akan bersifat maya. Ada juga yang
berpendapat lain yang mengatakan bahwa alam semesta ini adalah abadi namun
beliau tidak memberikan alasan nya mengapa. Kesimpulan dari jawaban ini dimungkinkan
narasumber masih belum memahami bagaimana tentang alam semesta
2.4 Pandangan
Umat Hindu tentang Moksa
Moksa merupakan salah satu dari
kelima Sradha yang dipegang teguh oleh umat Hindu. Moksa juga berarti lepas
dari segala keterikatan benda-benda keduniawian. Sehingga mencapai titik
kesunyatan yaitu titik sunyata yang merpakan tempat Brahman. Adapun kendala
untuk mencapai Moksa yaitu ketika menjalankan kehidupan di dunia ini yang
selalu diselimuti dengan keterikatan akan duniawi. Dan kita sebagai manusia
tidak bisa untuk melewati tahap ini dengan langsung menuju Moksa. Apa yang
dilakukan di dunia inilah yang menyebabkan seseorang menuju Moksa. Ketika
berada di dunia inilah yang dijadikan tolak ukur untuk menuju Moksa. Jadi Moksa
itu akan terjadi tergantung apa yang telah dilakukan ketika berada di dunia.
Setiap makhluk hidup tidak akan lepas
dari karma, maka untuk mencapai Moksa haruslah terlahir sebagai manusia
terlebih dahulu denganmelaksanakan
kebaikan yang berlimpah. Sehingga atman tersebut akan mudah mencapai Moksa
dengan kebaikan yang telah dilakukan selama berada di dunia. Seperti dalam
filsafat Nyaya dan Vaisesika yang memiliki pandangan bahwa untuk mencapai
kebebasan itu adalah dengan melaksanakan dan mempelajari pengetahuan
tentang Tuhan kemudian menjalankan
maupun mengikuti ajaran-Nya.
Tujuan tertinggi menurut Advaita Vedanta
adalah untuk mengetahui dan merealisasikan bahwa atman adalah Brahman. Barang
siapa saja yang dapat mengetahui sang diri sejati itu maka ia mencapai
kelepasan yaitu bersatu dengan Brahman
Menurut Vasisthadvaita yang dikemukakan oleh
Ramanuja menjelaskan pandangan terhadap pernyataan Upanisad yang
mengajarkan bahwa Tuhan dan jiwa itu
sama, namun bukan persamaan yang absolut dan tidak mungkin manusia disamakan
dengan Tuhan. Yang dimaksud oleh Upanisad disini adalah bahwa Tuhan tidak dapat
dibedakan dengan jiwa, sebagaimana membedakan jiwa dengan badan. Menurut
Ramanuja, Moksa adalah berlalunya roh dari kesulitan hidup duniawimenuju
semacam surga (Vaikuntha) dimana ia akan tetap selamanya dalam kebahagiaan
pribadi yang tenang dihadirat Tuhan.
Dari hasil wawancara yang telah
dianalisis, mereka berpendapat bahwa Moksa adalah tujuan tertinggi umat Hindu.
Moksa adalah penyatuan Atman dengan Brahman. Dari ke 10 narasumber berpendapat
demikian. Dan cara untuk mencapai moksa yaitu dengan melaksanakan segala
sesuatu sesuai dengan ajaran Dharma serta melaksanakan apa yang diperintahkan
oleh Nya. Jadi kesimpulannya umat Hindu rata-rata memahami apa yang dimaksud
dengan Moksa
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Setelah menganalis dari ke 10 hasil
wawancara kepada 10 narasumber, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa
pengetahuan masyarakat Hindu tentang ajaran Sad Darsana sangatlah minim. Hal
ini mungkindikarenakan mereka tidak mempelajari secara spesifik, dan mungkin
hanya mempelajari ajaran Hindu ketika mereka duduk di bangku SD, SMP dan SMA.
Dari ke10 narasumber, ada yang percaya
kepada Brahman sebagai Tuhan pencipta segalanya. Dan ada pula yang berpendapat
bahwa Brahman merupakan kumpulan dari atman. Ada pula yang mengatakan bahwa
Brahman itu tumbuh. Namun mereka percaya terhadap Brahman,
pendapat mereka bisa dikatakan masuk
dalam filsafat Nyaya, Vaisesika, Yoga dan Vedanta. Untuk pandangan
filsafat Mimamsa dan Samkhya yang tidak percaya Tuhan belum menemukan dalam
hasil wawancara ini.
Kemudian pada atman, sebagian besar
berpendapat bahwa atman adalah percikan terkecil dari Brahman atau Tuhan.
Mereka berpendapat bahwa atman memiliki sifat-sifat yang sama dengan Brahman. Argument
ini masuk dalam kategori filsafat Vasisthadvaita yang mengatakan atman adalah
percikan terkecil dari Brahman.
Pandangan ntuk alam semesta, para
narasumber mengatakan bahwa alam semesta ini adalah maya. Argument ini dapat
dimasukkan dalam filsafat Advaita Vedanta yang mengatakan bahwa alam semesta
merupakan penampakan khayal dari Brahman. Bahwa alam semesta ini hanya semu
atau tidak nyata.
Dari hasil wawancara mereka berpendapat
bahwa Moksa adalah tujuan tertinggi umat Hindu. Moksa adalah penyatuan Atman
dengan Brahman. Dari ke 10 narasumber berpendapat demikian. Untuk pandangan
Moksa narasumber hampir mengerti. Pendapat yang demikian dapat dimasukkan dalam
filsafat Nyaya dan Advaita Vedanta,
ketika sang atman mampu mmpelajari sepenuhnya tentang Brahman maka atman akan
mencapai Moksa.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Maswinara, I Wayan,1999, Sistem Filsafat Hindu, Surabaya,Paramita
2. Sudiani,
Ni nyoman, Materi ajaran Darsana,
Jakarta.
3.
Pandit, Bansi. 2006.Pemikiran Hindu, Surabaya, Paramita.
0 comments:
Post a Comment