Sarasamuscaya dan Manawa Dharmasastra
Kitab Sarasamuscaya adalah tuntunan bagi mereka
yang sudah meliwati Grhasta Asrama, atau tepatnya sudah meningkat ke Wanaprasta
Asrama, apalagi sudah menjadi Sanyasin/ Bhiksuka.
Khusus mengenai wanita, demikian dianggap
‘berbahaya’ bagi kedua Asrama itu, misalnya seperti apa yang diuraikan dalam
pasal 80, 81,82, 83, 84, 85, 86, 87, dst.
Sedangkan untuk mereka yang akan menuju ke
Grhasta Asrama, atau yang sudah berada di Grhasta Asrama, dalam memandang/
menilai seorang wanita, pedomannya adalah Manawa Dharmasastra Buku ke-3
(Tritiyo dhayah) mulai pasal 4 dst. Terutama pasal 56, 57, 58, 59, 60, 61, 62,
di mana dinyatakan betapa mulia dan pentingnya peranan seorang wanita sebagai
Ibu Rumah Tangga.
Oleh karena itu dalam proses belajar Agama,
sebaiknya meminta tuntunan seorang Nabe (guru) yang mampu memberikan
bahan-bahan pelajaran apa yang patut ditekuni, sesuai dengan tahapan kehidupan
Catur Asrama.
Selain itu juga Nabe bisa memberikan tuntunan
sedemikian rupa sehingga ‘sang sisya’ (murid) mencapai tingkat kesucian
spiritual setahap demi setahap, dalam artian ada keteraturan proses, misalnya
tidak melompat ke hal yang dalam sebelum mengetahui dasar-dasarnya (basic
ground).
Misalnya untuk belajar Yoga, seorang sisya harus
berdisiplin terlebih dahulu antara lain dalam hal-hal yang disebut ‘Yama-brata’
dan ‘Niyama-brata’. Tentu saja dalam hal ini faktor usia dan ‘kematangan’ serta
kedewasaan perilaku merupakan unsur utama.
Pada pengamatan saya selama ini, banyak sekali
anak-anak muda yang ‘terlanjur’ tidak memperhatikan prosedur/ proses ini, dan
lebih mengagetkan lagi ketika saya tahu bahwa mereka belajar sesuatu dengan
tujuan utama mencapai hal-hal yang supranatural, misalnya bisa nerang hujan,
bisa mempengaruhi orang, bisa menolak ‘leak’, bahkan ada yang meminta supaya
bisa kebal senjata.
Padahal hal-hal seperti itu tidak perlu
dikejar-kejar/ dicari-cari, hal-hal itu akan datang dengan sendirinya apabila
bathin kita benar-benar suci, karena di saat itulah ‘astha aiswarya’ dari Atman
= Brahman akan muncul secara otomatis.
Misalnya kalau kita berjalan dari Singaraja ke
Denpasar, pasti akan meliwati Bedugul. Jadi tidak perlu secara khusus datang ke
Bedugul, apalagi berhenti di sana, alias lupa ke Denpasar.
Kesimpulan: tujuan hidup kita adalah mencapai
Moksah. Untuk itu perlu pensucian atma dan stula sarira. Dalam tahapan mencapai
moksah, kekuatan-kekuatan supra natural akan muncul, tetapi jangan berhenti di
sana, teruskan menuju ke tujuan utama yaitu Moksah.
Semoga dapat dipahami.
Sumber : http://stitidharma.org/sarasamuscaya-dan-manawa-dharmasastra/
0 comments:
Post a Comment