GALUNGAN
‘MAKNA PERJUANGAN DALAM KEHIDUPAN’
“Satyam Eva Jayate Nanritam”
Om
Swastyastu
Galungan
adalah hari raya yang dijadikan momentum untuk merayakan kemenangan dharma
melawan adharma, oleh seluruh umat hindu khususnya di Indonesia. Sehingga
dengan melakukan persembahyangan Galungan, kita semua mampu mengalahkan dan
mengendalikan diri kita dengan memohon bantuan para dewa dan leluhur, supaya
kita bisa melaksanakan kewajiban – kewajiban berdasarkan dharmanya
masing-masing.
Bapak-bapak dan ibu-ibu serta
seluruh umat sedharma yang kami hormati.
Apakah
semua sudah memahami apa arti Galungan? Galunagn berasal dari kata Galung yang
artinya perjuangan, maknanya adalah hidup di dunia ini adalah perjuangan untuk
mengalahkan dharma. Kita membahas dharma, dharma yang bagaimana yang harus kita
perjuangkan? Dan didalam kehidupan kita, siapa yang disebut musuh? Bagaimana
menimalisirnya? Kalau kita melihat di zaman treta yoga musuh berada diseberang
lautan, seperti didalam kisah Ramayana. Sedangkan di zaman Dvapara yoga musuh
berada didalam lingkungan keluarga,atau sepupunya seperti didalam kisah
Mahabharata.
Bapak-bapak dan ibu-ibu seluruh
umat sedharma yang berbahagia.
Dimanakah
yang disebut musuh pada zaman kali yuga atau modernisasi dan globalisasi? Dalam
kitab Sarasamuccaya menyebutkan:
Manuse sarva bhutesu
Vartate vai subha subbe
Asubhesu samawistam
Subhesvevava karayet
Yang
terjemahannya:
Diantara
semua mahluk hidup, yang hanya dilahirkan sebagai manusia sajalah yang dapat
melaksanakan perbuatan baik atau buruk.
Dari
sloka ini, jelas bahwa musuh yang dimaksud adalah dalam diri kita sendiri.
Bapak-bapak
dan ibu-ibu serta seluruh umat sedharma yang penuh kasih.
Pernakah
kita melihat orang menyatakan merdeka tangannya tidak mengepal? Tentu
jawabannya adalah tidak ada. Didalam konsep agama hindu, ada enam musuh yang
ada pada diri manusia yang disebut Sadripu yang terdiri dari:
1. (Rajas)Keinginan.
Keinginan yang berlebihan yang tidak mementingkan orang lain, atau merampas hak
milik orang lain, membuat orang lain rugi itu akan merugikan diri kita sendiri.
2. (tamas)
Rakus. Orang yang ingin memiliki segalanya demi kepentingan diri sendiri tanpa
memikirkan akibat yang akan ditimbulkannya.
3. (krodha)
Marah, marah yang berlebihan tanpa melihat situasi dan kondisi serta perasaan
orang lain yang belum tentu dilakukannya. Kurang mengerti dari Vasudaiva kutumbhakam(kita semua
bersaudara)
4. (mada)
Mabuk. Terutama karena minuman keras pasti tidak akan bisa mengontrol diri
sendiri sehingga akan menimbulkan kerugian untuk diri sendiri dan orang lain
apalagi karena mabuk karena kegelapan.
5. (moha)
Bingung/kurang tenang. Orang yang bingung akan kesulitan memilih mana yang baik
dan buruk, karena menurutnya itu tiada bedanya, karena ketenangan merupakan
kunci kebahagiaan.
6. (Matsarya)Iri
hati, adalah hal yang paling sering terjadi dan kita jumpai atau cemburu
terhadap barang milik orang lain yang ujung-ujungnya menyebabkan penderitaan.
Karena
itulah kita diingatkan tentang adanya putih dan hitam sadar yang kita perbuat
didalam dunia yang sebenarnya hanyalah maya. Yang tidak nyata adalah nyata
untuk itu kita harus menaklukan sifat-sifat raksasa dan binatang yang
didominasi sifat manusia. Maka dari itu, sebelum perang melakukan perjuangan
diperlukan persiapan yang matang. Persiapan seperti apa yang kita butuhkan?
Melalui
sugihan jawa penyucian dalam lontar Sadarigma disebutkan sugihan jawa untuk
bhuana agung, dan sugihan bali untuk menyucikan manusia (bhuana alit). Setelah
itu ada juga penampahan galungan yang menggambarkan manusia terkontaminasi limbah-limbah
adharma akan kenikmatan duniawi. Penampahan adalah pertarungan sifat raksasa
dan hewan untuk mengganti dengan sifat kedewaan dalam wujudnya dilaksanakan
pemotongan babi dan ayam (rajasika dan tamasika).
Bapak-bapak
dan ibu-ibu serta seluruh umat sedharma.
Kalau
kita cermati dengan baik, umat hindu tidak memuja Sang Hyang Widhi saja, kita
juga memuja leluhur karena dalam jangka waktu 10 hari leluhur mendampingi
keturunannya karena pada waktu itu, pintu pitra loka terbuka. Untuk membantu ketururnannya
memperjuangkan kebajikannya didalam dirinya. Dari berbagai penjelasan dan
symbol tadi sudah jelas untuk mendapatkan kedamaian, kemenagan diri perlu
adanya perjuangan. Perbedaan bukan menjadi sebuah masalah tetapi seni didalam
kehidupan. “ bhineka tunggal ika tan
hana dharma mangriwa” berbeda-beda tetapi hanya satu kebenaran yang abadi.
Kesimpulan:
Demikian
tadi tentang hari raya galungan, sedikit yang dapat kami sampaikan.
Mudah-mudahan apa yang kami sampaikan bisa bermanfaat bagi kita semua sehingga pada hari raya
galungan yang dating setiap 210 hari berdasarkan panca wara dan sapta wara serta pawukon umat hindu
merayakan kemenangan dharma atasadharma sehingga kedamaian itu bisa kita raih
baik jasmani maupun rohani. Dan akhir kata dengan puja parama shanty
Om
Santih, Santih, Santih Om
0 comments:
Post a Comment