Headlines News :
Home » , » Kepemimpinan Menurut Hindu

Kepemimpinan Menurut Hindu

Written By balinuse on Tuesday, November 4, 2014 | 10:36 PM




         Dalam kehidupan manusia didunia ini banyak ditemui usaha kerjasama untuk mencapai suatu tujuan yang disepakati bersama. Keseluruhan proses kerjasama itu dinamakan organisasi. Dengan kata lain organisasi adalah proses atau rangkaian kegiatan kerja sama sejumlah orang, untuk mencapai tujuan tertentu (Nawawi da Handari, 1995:8).
         Setidaknya ada dua jenis organisasi yaitu Organisasi formal dan non formal. Organisasi formal memiliki struktur yang relatif permanen, prosedur dan mekanisme yang statis, pasti dan teratur.
         Sedangkan Organisasi non formal memiliki struktur yang semi permanen, prosedur dan mekanismenya mudah berubah sesuai dengan kebutuhan dan keputusannya cenderung ditentukan oleh kesepakatan bersama.
         Baik organisasi formal maupun non formal, pasti memerlukan seseorang untuk menempati posisi pemimpin (Leader). Seorang pemimpin didalam sebuah organisasi mengemban tugas melaksanakan kepemimpinan. Dengan kata lain pemimpin adalah orangnya dan kepemimpinan(Leadership) adalah kegiatannya.
         Sehubungan dengan itu maka kepemimpinan dapat diartikan sebagai  kemampuan / kecerdasan mendorong kearah pada tujuan bersama (Nawawi dan Handari, 1 995:9).
         : http://www.yowanadharmopadesa.org

MENGENAL ARTI  DAN DEFINISI KEPEMIMPINAN
         Stogdill (1974) menyimpulkan bahwa banyak sekali definisi mengenai kepemimpinan, dan diantaranya memiliki beberapa unsur yang sama.
         Menurut Sarros dan Butchatsky (1996), istilah ini dapat didefinisikan sebagai suatu perilaku dengan tujuan tertentu untuk mempengaruhi aktivitas para anggota kelompok untuk mencapai tujuan bersama yang dirancang untuk memberikan manfaat individu dan organisasi.
         Sedangkan menurut Anderson (1988), “leadership means using power to influence the thoughts and actions of others in such a way that achieve high performance.
         Berdasarkan definisi-definisi di atas, kepemimpinan memiliki beberapa implikasi, antara lain :
         Kepemimpinan berarti melibatkan orang atau pihak lain, yaitu para karyawan atau bawahan (followers) yang setia dan fanatik atas pimpinannya.
         Seorang pemimpin yang efektif adalah seseorang yang dengan kekuasaan dan kekuatanya (power) mampu menggugah pengikutnya untuk mencapai kinerja yang memuaskan.
         Kepemimpinan harus memiliki kejujuran terhadap diri sendiri (integrity), sikap bertanggungjawab yang tulus (compassion), pengetahuan (cognizance), keberanian bertindak sesuai dengan keyakinan (commitment), kepercayaan pada diri sendiri dan orang lain (confidence) dan kemampuan untuk meyakinkan orang lain (communication) dalam membangun organisasi.
              Kepemimpinan adalah proses memotivasi, mendorong, mempengaruhi, mengarahkan orang lain untuk bekerja secara antusias guna mencapai tujuan kelompok secara sukarela.
             Dengan kata lain kepemimpinan adalah proses mempengaruhi orang lain untuk mengerjakan apa yang diinginkan untuk dikerjakan oleh orang lain. Konsep demikian kelihatanya sederhana, tetapi pada kenyataannya sering kali sangat kompleks, karena didalam kepemimpinan hadir suatu proses    memotivasi orang perorang maupun kelompok
             mengarahkan kegiatan pada target & sasaran 
             mempengaruhi tugas-tugas yang berhubungan dengan kegiatan antar kelompok.
         Ada empat implikasi penting dalam kepemimpinan, yaitu :
         1). Kepemimpinan selalu melibatkan orang lain sebagai pengikutnya. Dengan keinginan mereka untuk menerima pengarahan dari pimpinan, maka status pemimpin menjadi jelas dan membuat proses kepemimpinan teraktualisasi.
         2). Kepemimpinan melibatkan sebuah pembagian kekuatan,  yang tidak seimbang antara pemimpin dan anggota kelompok. Seorang pemimpin harus mempunyai kekuatan lebih dari kelompok yang dipimpin.
         3). Kepemimpinan adalah kemampuan menggunakan bentuk-bentuk kekuatan dalam sejumlah cara yang berbeda dan variatif untuk mempengaruhi perilaku-perilaku pengikut.
         4). Aspek gabungan dari ketiganya yang mengakui bahwa kepemimpinan adalah sebuah Nilai (Value). Meskipun kepemimpinan dihubungkan dalam kepetingan dalam manajemen, tetapi kepemimpinan dan manajemen bukanlah konsep yang sama (Manager bukan Leader)
         Menurut Bennis and Nanus (1995), pemimpin berfokus mengerjakan yang benar, memastikan tangga yang kita daki bersandar pada tembok secara tepat.
         Sedangkan manajer memusatkan perhatian pada mengerjakan secara tepat sedangkan manajemen mengusahakan agar kita mendaki tangga seefisien mungkin.
         Berikut perkembangan pemikiran ahli-ahli manajemen mengenai model-model kepemimpinan :
  • Model Watak Kepemimpinan
  • Model Situasional
  • Model Kepemimpinan yang Efektif
  • Model Kepemimpinan Kontingensi
  • Model Transformasional
  •                                                                                              www.AnneAhira.com
TEORI  KEPEMIMPINAN
         TRAIT THEORY ( Teori Pembawaan )
         BEHAVIOURIST THEORIES ( Teori Perilaku )
         SITUATIONAL THEORY (Teori Situasional )
         PATH – GOAL THEORY (Teori Jalan/Lintasan – Tujuan)
         TEORI GENETIS (Keturunan ) “Leader are born and not made”
         TEORI SOSIAL,”Leader are made and not born”
         TEORI EKOLOGIS , “Successful leader if they have combination Knowledge and Talent.
         KRITERIA  PEMIMPIN SAAT INI ADALAH SEORANG  YANG MEMPUNYAI  KARAKTERISTIK  SEBAGAI :
         “ACTORS “ (Active, Competence, Trust , Objective, Responsible, Support).
BEBERAPA CIRI PEMIMPIN YANG EFEKTIF
  • Seorang Pemimpin yang efektif (tepat dan Jelas) menentukan Arah bagi sekelompok orang/organisasi, meminta komitmen (denganTegas) dari anggota atas arah yang telah ditentukannya, (dengan Lugas) memotivasi para anggota untuk mencapai sasaran sesuai arah yang telah disepakati. (Jay A. Conger)
  • Seorang Pemimpin yang efektif, selalu dan terus belajar sepanjang hayat, berorientasi pada pelayanan, menebarkan semangat positif, mempercayai orang lain, berperikehidupan yang seimbang, memandang hidup sebagai tantangan, bersifat sinerjik, melakukan pelatihan untuk peningkatan dan pembaharuan diri, (Stepen R. Covey)
PANCA STHITI DHARMANING PRABHU
( LIMA KEWAJIBAN SEORANG RAJA OLEH  HARJUNA SASTRABAHU )
  • Tut Wuri Handayani, seorang Pemimmpin senantiasa memberikan dorongan/motivasi bagi anggotanya untuk melangkah kedepan tanpa ragu-ragu.(Pemimpin yang baik harus menghasilkan pemimpin-pemimpin baru)
  • Ing Madya Mangun Karsa , ditengah-tengah masyarakatnya, seorang Pemimpin senantiasa memberikan bimbingan dan mengambil Keputusan secara musyawarah dan mufakat serta mengutamakan kepentingan masyarakat.(Sabdha Pandito Ratu)
  • Ing Ngarsa Sung Tulada, seorang Pemimpin sebagai orang yang terdepan dan terpandang senantiasa memberi contoh panutan yang baik dan benar, sehingga dapat dijadikan sebagai “Suri tauladan” (di Gugu lan di tiRu) bagi masyarakat.
  • Sakti Tanpa Aji, seorang Pemimpin tidaklah selalu menggunakan kekuatan atau kekuasaan didalam mengalahkan musuh-musuhnya, namun berusaha menggunakan pendekatan pemikiran dan komunikasi (Diplomasi) sehingga dapat menyadarkan dan disegani para lawannya. (Menang Tanpa Ngasor ake).
  • Nglurug Tanpa Bala,  seorang Pemimpin adalah seorang Kesatria Sejati, yang senantiasa bersedia secara ikhlas berada terdepan didalam beryadnya baik berkorban waktu, tenaga, materi, pikiran dan bahkan jiwanya sekalipun untuk mencapai kesejahteraan, keadilan, kemakmuran dan kelangsungan hidup masyarakat.(Dharmaning Kesatrya Mahotama).
TUNTUNAN NITISASTRA DAN DHARMASASTRA
  • Pedoman bagi sang pemimpin adalah Tuntunan Niti dan Hukum.
  • ”sakanikang rat kita yan wenang manut, manupadesa prihatah rumaksa ya, Ksaya nikang papa nahan prayojana, Jananuragadi tuwi kapangguha ”.
  • Artinya:
  • Tiang negaralah engkau jika bisa mengikuti petunjuk-petunjuk hukum Manu (Manawa dharmasastra) usahakan itu dipegang teguh. Hilangnya segala penderitaan bagi rakyat adalah tujuan Kepemimpinanmu.  Sehingga rasa hormat, dicinta dan disegani orang tentu akan kita jumpai.
  • Petunjuk-petunjuk seperti ini sangat banyak dijumpai dalam sastra sastra Jawa Kuna, yang memberikan petunjuk bahwa seorang pemimpin tidak boleh bertidak sesuka hatinya ketika ia memegang kekuasaan (Ojo Dumeh). Dalam kakawin Ramayana, Bhismaparwa dan lain-lain dijumpai uraian bahwa : Dharma adalah sebagai pedoman bagi seorang raja (pemimpin) dalam memimpin negaranya. Termasuk Nitisastra........................!!!
  • TATA TATA , ATINTA TATA , TATAS TUTUR , ITI NITI TATA TITI….
TIPS FOR GREAT PRESENTATIONS
  • BE FOCUS ON CONTENT : Think very deeply about the Value of messages that you want to send to the Audience.
  • BE CONFIDENCE SPEAKERS.
  • HAVE STRONG OPENING  AND  BEST CONCLUSIONS.
  • REMEMBER KEY WORDS,  NOT THE WHOLE OF SPEECH.
  • PREPARE WITH A WATCH : to make sure you will not waste the listener’s time.
  • USE STORIES AS AN ANALOOGY OR CASE STUDY.
  • SPEAK WITH EMOTION NOT MONOTONE.
  • RELAX  BUT  KEEP IN  ATTACH OR EYES CONTACT
  • THINK THROUGH ALL OVER SPEECH, BUT SPEAK IT SLOWLY, CLEARLY AND ACCURATLY.
  • VIDEOTIPE YOURSELF.
BHISMAPARWA
  • Nasehat Bhagawan Bhisma kepada Prabhu Yudistira :
    Wiramanya : ---/00-/0-0/00-/000/000/-0-/00 Jagathita  (23)
  • Ika ta prassidha Dharma ulahaning kadi
    kita Prabhu, si mangraksa rat juga,
    Mtangian mangkana, asihning wwang ring
    sarwa bhuta marikang Dharma mangkana ngaranya.
    Kotamaning asih ika pagawenta piratrana ring rat,
  • Ika ta sang Prabu, Makambek mangkana
  • Terjemahan:
  • Demikianlah Dharma yang sempurna engkau kerjakan sebagai raja untuk melindungi negara. Mengapa demikian, karena kasih sayangmu pada semua makhluk, itulah Dharma namanya,penampilan kasih sayang itulah yang harus kamu kerjakan, untuk melindungi negara, demikianiah sang Prabhu (Pemimpin) seharusnya bertingkah laku.
MASYARAKAT  SEJAHTERA
  • Setiap orang yang hidup di bumi ini pasti mengharapkan hidup aman damai dan sejahtera. Sebagaimana dalam Manawa Dharmasastra I.89 menyatakan:
  • Prajanam raksanam danam... Maksudnya, para ksatriya (pemerintah) agar senantiasa mengupayakan rasa aman dan damai (raksanam) serta hidup sejahtera (danam) bagi masyarakat (praja). Ini artinya bahwa para ksatriya yang duduk di pemerintahan negara agar senantiasa menciptakan iklim untuk mendorong masyarakat mendapatkan rasa aman damai dan sejahtera.
  • Ingin Hidup Sejahtera, Lindungi Lima Hal
    Dharrnam dhanam ca dhanyan ca,
    guror vacanam ausadham,
    sugritah ca kartavyam,
    anyatha tu jivati
    [Canakya Nitisastra, XII. 18]
  • Maksudnya: Kalau ingin hidup sejahtera lindungi dan peliharalah agama yang dianut (dharma), kekayaan (dhana) bahan makanan (dhanyan). Kata-kata bijak guru (guru vacana) dan kesehatan (ausadha). Kalau hal ini tidak dipelihara baik-baik hidup sejahtera itu tidak akan pernah didapatkan.
DHARMA- AGAMA
  • Nitisastra XIV. 18 sbb: Agama (dharma), kekayaan (dhana), bahan makanan (dhanyan), kata-kata bijak guru (guru vacana) dan sistem memelihara kesehatan (ausadha) dengan cara benar, baik dan tepat. Lima hal itu adalah:
  • Agama: Lindungi dan peliharalah agama yang dianut dengan benar, baik dan tepat Guna menguatkan  sraddha dan bhakti kita kepada Tuhan.
  • Dengan sraddha dan bhakti kita pada Tuhan akan menguatkan daya spiritual untuk meningkatkan kwalitas moral dan daya tahan mental dalam menghadapi berbagai dinamika dan hiruk pikuknya kehidupan Globalisasi saat ini.
  • Agama harus dijadikan kekuatan untuk mengantisipasi godaan-godaan tersebut. Sehingga dapat memberi kontribusi positif pada kehidupan individu dan kehidupan bersama (bermasyarakat dan bernegara) di bumi ini.
  • Agama seyogyanya berkontribusi mengatasi berbagai kekerasan dan sifat-sifat kasar yang dipentaskan oleh berbagai individu dan kelompok dengan mengatasnamakan agama.
  • Agama jangan dirumuskan menjadi berbagai kewajiban yang ruwet dan memberatkan kehidupan. Jangan agama dijadikan dasar membuat berbagai kegiatan yang boros sumberdaya alam, boros finansial, boros waktu, tenaga dan membuat lalu lintas terganggu. (Satyam, Sivam, Sundharam).
DHANA DAN DHANYAN
  • Dhana adalah aset yang dimiliki agar dilindungi dan dipelihara dengan sebaik-baiknya sebagai sarana menguatkan upaya manusia mewujudkan tujuan hidupnya. Dalam Sarasamuscaya 177 dan 178 dinyatakan bahwa kegunaan dhana itu adalah : untuk dinikmati dan di-danapunia-kan secara baik, benar dan tepat.
  • Bhagawad Gita XVII. 20 menyatakan danapunia itu dilakukan sesuai  desa, kala, patra.
  • Sarasamuscaya 271 menyatakan: Ikang artha danakena ri sang patra, patra ngaran sang yogia wehana dana.
  • Artinya : artha itu hendaknya di-danapunia-kan pada Sang Patra. Patra namanya orang baik yang seyogianya diberikan dana punia. Ini artinya dana punia itu harus diberikan pada orang yang tepat.
  • Dhanyan artinya bahan makanan. Hal ini harus dijaga dan dilindungi baik dari segi kuantitas dan kualitasnya. Dalam berbagai pustaka Hindu banyak sekali dibahas masalah makanan ini. Karena untuk hidup sejahtera dimulai dari makan makanan yang baik, benar dan tepat. Bhagawad Gita XVII, 8-10 ada dijelaskan tentang tiga jenis makanan yaitu satvika, rajasika dan tamasika ahara. Makanan yang ideal adalah makanan yang satvika.
  • “An apple a day keeps the doctor away”………
  •                     How should we eat to stay healhty.
GURU  VACANA
  • Guru vacana artinya kata-kata bijak dari guru suci. Dalam Wrehaspati Tattwa 26 ada dinyatakan: Kawarah sang Hyang Aji kaupapatyan de sang guru agama ngaran.
  • Artinya apa yang dinyatakan oleh kitab suci dan diajarkan oleh guru itulah agama namanya.
  • Sarasamuscaya 181 juga menyatakan bahwa: Agama ngaran kawarah sang Hyang Aji. Agama namanya apa yang dinyatakan oleh kitab suci.
  • Mantra Weda sebagai sabda Tuhan itu dipelajari oleh para guru rsi dan  dirumuskan kembali oleh menjadi kata-kata bijak yang dapat dipahami oleh umat.
  • Kata-kata bijak yang disebut juga subha sita inilah yang harus disosialisasikan oleh guru.
  • Kata-kata bijak guru (subha sita) ini dalam Canakya Nitisastra XIII.21 disebut sebagai salah satu tiga ratnapermata bumi. Dua yang lainnya adalah air dan tunbuh-tumbuhan bahan makanan dan obat-obatan.
  • Subha sita inilah harus dipelihara oleh umat manusia sebagai sesuluh kehidupan.
  • Manusiapun dibagi menjadi tiga jenis berdasarkan cara makannya yaitu :
      yogi makan sekali sehari,
      bhogi makan dua kali sehari dan
      rogi makan hanya berdasarkan dorongan hawa nafsu belaka.
AUSADHA
  • Ausadha artinya sistem pemeliharaan kesehatan.
  • Untuk hidup sejahtera menurut Ayur Weda ada tiga yang wajib dikelola dengan sebaik-baiknya yaitu:
  • Ahara makanan dengan konsep yang benar dan tepat.
  • Wihara gaya hidup yang cerdas dan tepat dan
  • Ausadha artinya mengelola sistem kesehatan jasmani dan rohani agar senantiasa sehat dan bugar.
  • Kesehatan adalah suatu kekayaan yang paling tinggi nilainya dalam hidup.
  • Karena itu pola ”sikap hidup sehat” agar senantiasa dilakukan dengan penuh disiplin. Baik menyangkut soal makanan dan gaya hidup. Kalau makanan dan gaya hidup ini dapat dikelola dengan sebaik-baiknya maka hidup sehat dan sejahtera niscaya akan dapat diwujudkan
DHANWANTARI   MANTRA
(AYURVEDA)
  • Om NAMO Bhagavate Maha Sudharshana
  • Vasudevaya Dhanvantaraye;
  • Amrutha Kalasa Hastaya
  • Sarva Bhaya Vinasaya
  • Sarva Roga Vinasaya ;
  • Thri Lokya Pathaye
  • Thri Lokya Nithaye ;
  • Sri Mahavishnu Swarupaya
  • Sri Dhanvantari Swarupaya ;
  • Sri Sri Sri, AOUShatha Chakra Narayana Swaha.
PANCA TALANING WISATA BUDAYA
  • Raja identik dengan pemimpin. Kalau dicermati kata dasar dari pemimpin adalah “pimpin” yang artinya “tuntun”. Maksudnya adalah seorang pemimpin memerlukan tuntunan, agar mampu berjalan sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang telah disepakati.
  • Untuk dapat dikatakan sebagai seorang pemimpin yang bijaksana maka harus mendasarkan diri kepada konsep Agama, Ugama dan Igama, dalam ajaran Agama Hindu.

    Konsep berasal dari Panca Talaning Wisata Budaya, terdiri dari : Agama, Ugama, Igama, Sila Krama dan Sima Krama.
  • Agama adalah agama Hindu sebagaimana yang ada di Bali, sangat  kaya akan falsafah dan mythologi serta ajaran-ajarannya karena ia merupakan perpaduan yang serasi antara Hinduisme, Hindu Jawa dan unsur kebudayaan Bali asli.
  • Ugama adalah pelaksanan dari ajaran agama di bidang upacara dan upakara. Kemudian menimbulkan adanya seni tari, seni sastra, seni krawitan, seni ukir dan seni budaya yang lainnya.
  • Igama adalah ajaran ketata susilaan bagi kehidupan dan penghidupan masyarakat di Bali.
  • Sila Krama adalah Pelaksanaan ajaran-ajaran di atas di dalam tata kehidupan masyarakat Bali yang disesuaikan dengan  desa, kala dan patra.
  • Sima Krama adalah Pekraman anggota masyarakat desa adat yang sudah dilaksanakan sejak waktu yang lalu, maka ia merupakan adat yang mempunyai kesamaan dan perbedaan di masing-masing desa adat.
DHARMA SIDHIYARTHA
  • Seorang pemimpin yang baik menurut ajaran Hindu haruslah memperhatikan masalah kesejahteraan para pengikutnya (Dharma-sidhiyartha). Petunjuk tentang itu dapat dilihat pada nasehat Rama kepada Wibisana berikut ini:
      Wirama wasantatilaka : - - 0/ - 00/0- 0/0- 0/- 0  (14)
  • Dewa kusala salam mwang dharma ya pahayun,
    Mas ya ta pahawreddhin bhya ring hayu kekesan,
    Bhukti sakaharepta wehing bala kasukan,
    Dharma kalawan artha mwang kama ta ngaranika.
    (Kakawin Ramayana III, 54)
  • Terjemahan:
  • Pura-pura (tempat suci), rumah sakit dan pedarman supaya diperbaiki, supaya biaya untuk pembangunan diperbanyak dan disimpan baik-baik. Nikmatilah apa yang kamu ingini tapi berilah kesejahteraan pada masyarakat , serta apa yang disebut  Dharma, artha, dan kama.
  • Santasih nitya thaganan.
    Kasih sayang hendaknya engkau selalu lakukan. (Ramayana III, 65)
  • Kutipan ini juga mengandung makna bahwa raja atau pemimpin harus mengembangkan nilai kejujuran (satya ta sira mojar) dan karena itu semua rakyat akan segan terhadap raja atau pemimpinnya.
WAHYA ADHYATMIKA – SIDHI
  • Membangun hidup sukses secara duniawi (Wahya Sidhi) maupun hidup sukses secara rohani (Adhyatmika Sidhi) menurut Wrehaspati Tattwa 33 ini dengan cara belajar terus (Life Long Learning) demi tegaknya Dharma dalam Kehidupan ini.
  • Dana adhyaynam sabdam tarka sotrddhamaiua ca.
    trayo duhke vighnatanca. Sidha yosta prakirtitah.
       (Wrhaspati Tattwa. 33).
  • Maksudnya: Belajar terus (dhyayana), terapkan ilmu itu dalam praktek (tarka jnyana) sampai memberikan kontribusi pada kehidupan (dana) itu tiga ciri hidup sukses secara duniawi (wahya siddhi). Dapat mengatasi tiga sumber duka (adhibhautika-, adyatmika-, adhidaivika-duhka) demi hidup sukses secara rokhani (adyatmika siddhi).
  • Membangun hidup sukses secara duniawi ini dengan cara belajar terus (dhyayana), dengan menterjemahkan ilmu itu dalam praktek kehidupañ (tarka jnyana) sampai mampu mewujudkan nilai tambah, sehingga dapat memberikan kontnibusi pada kehidupan individual dan sosial (dana). Itulah ciri hidup sukses secara duniawi yang disebut wahya siddhi.
  • Sedangkan hidup sukses secara rokhani atau adyatmika siddhi ada tiga cirinya yaitu:
  • adibhautika duhkha yaitu derita yang berasal dari luar diri,
  • adyatmika duhkha adalah derita yang disebabkan oleh diri sendiri,
  • adidaivika duhkha yaitu derita yang disebabkan oleh karma pada masa penjelmaan sebelumnya.
           Dalam Serat Wedanta dikatakan :
           Ngelmu Iku Kelakone Kanti Laku ,
   Lekase Lawan Kas,
   Tegese Lawan Kas Nyantosani,
   Satya Budhi Pangkasing Dur Angkoro.
           (Weda Tama, Pucung No.1)….Maskumambang
          Maksudnya  :
Ilmu harus dipelajari sampai dapat diamalkan, dimulai dengan konsep pengertian yang mendalam, serta tekad yang sungguh-sungguh bagaikan tanpa beban, serta berusaha mengeliminir sifat-sifat Angkara Murka.
Sukses hidup duniawi dan hidup rokhani diawali dengan menerapkan hidup untuk belajar terus menerus dari tahap hidup brahmacari, grhastha, wanaprastha dan sampai mencapai tahapan hidup sanyasin asrama dengan ilmu yang berbeda-beda sebagai penuntunnya.
SYARAT PEMIMPIN DALAM NAWA NATYA
  • Dalam naskah Jawa Kuna, Nawa Natya, disebutkan tentang tatacara memilih pemimpin pembantu raja, diibaratkan seperti memilih bibit bunga yang akan disemaikan dalam taman bunga. Dalam Lontar Nawa Natya itu disebutkan bahwa bibit bunga yang baik untuk disemaikan dalam taman adalah bunga yang mekar, indah warnanya, harum baunya, tahan lama, tidak disukai oleh hama penyakit, hijau daunnya, dan tak mudah layu.
  • Dalam Nawa Natya digambarkan adanya sembilan syarat bagi seseorang yang dapat dipilih sebagai pemimpin pembantu raja. Sembilan syarat yang disebut Nawa Natya adalah:
  • * Pradnya widagda, artinya bijaksana dan mahir dalam berbagai ilmu pengetahuan. Orang yang mampu menjadikan ilmu sebagai alat untuk memperkuat diri dan mampu menjadikan dirinya seorang bijaksana inilah yang disebut pradnya widagda.
  • * Parama artha, artinya orang yang memiliki cita-cita mulia dalam hidupnya, adalah orang yang dalam mencari sumber hidup dan kehidupan melalui bhakti pada Tuhan dan mengabdi pada sesama dengan penuh cinta kasih. Dari bhakti-nya pada Tuhan dan pengabdiannya pada sesama itulah mereka mendapatkan sumber hidup dan kehidupan.
  • * Wira sarwa yudha, artinya pemberani dalam menghadapi pertempuran, baik dalam keadaan perang ikut berperang maupun dalam keadaan damai tidak takut menghadapi masalah yang terjadi dalam melakukan tugas-tugas kepemimpinan. Pemimpin itu jangan lari dari persoalan yang dihadapi dalam pekerjaannya. Setiap persoalan yang timbul hendaknya diselesaikan secara baik  atau berbadasarkan kebenaran dan menuju kebenaran.
  • * Dirotsaha, artinya teguh dan tekun dalam berupaya. Dirotsaha berasal dari kata dira artinya teguh atau tekun dan utsaha artinya berupaya. Keteguhan dan ketekunan itu bukanlah suatu keangkuhan, namun didasarkan pada kuatnya rasa bhakti pada Tuhan dan disertai dengan keyakinan bahwa Tuhan pasti akan memberikan petunjuk pada mereka yang teguh dan tekun berusaha untuk menemukan kebenaran.
  • * Pragi wakya, artinya pandai menyusun kata-kata dalam pembicaraan. Salah satu tugas seorang pemimpin adalah menyampaikan buah pikirannya dalam suatu pembicaraan dengan pihak lain secara jelas, lugas, tepat dan teliti. Pragi wakya akan diperoleh melalui kegemaran membaca dan latihan-latihan berbicara.
  • * Sama upaya, artinya taat pada janji. Janji adalah mahkota yang menentukan wibawa seorang pemimpin. Karena itu, pemimpin tidak boleh sembarang berjanji.. Kepercayaan adalah napas bagi seorang pemimpin.
  • * Lagha wangartha, artinya orang yang tidak memiliki pamrih pribadi yang sempit, karena keyakinan nya sangat mendalam tentang kebenaran ajaran karma phala. Karena hanya perbuatan yang baiklah yang akan memberikan hasil yang baik. Oleh karena itu, berkonsentrasilah untuk selalu berbuat yang baik sesuai dengan swadharma.
  • * Wruh ring sarwa bhastra, artinya tahu mengatasi kerusuhan, mirip dengan ilmu "manajemen krisis" dewasa ini. Seorang pemimpin harus sudah memperhitungkan semua kemungkinan tersebut dan harus sudah memiliki berbagai upaya dan konsep pencegahannya.
  • * Wiweka, artinya kemampuan untuk dapat membeda-bedakan mana yang salah dan mana yang benar, mana yang tepat dan mana yang kurang tepat. Juga mampu mengambil sikap mana yang lebih penting dan mana yang kurang penting, dan seterusnya. Hal ini tidak dapat diperoleh hanya dengan membaca buku saja, namun harus dilakukan melalui latihan-latihan yang tekun dalam masyarakat di samping itu harus juga ada bakat.
  • sumber: BaliPost
LOKASAMGRAHA
(Nomor: 4 /Kep/P.A. Parisada/XII/2003 :
Kesejahteraan Umat Hindu)
  • Tujuan hidup manusia menurut Weda adalah kebahagiaan yang di dalamnya tekandung makna kesejahteraan, ketertiban, keselamatan dan kebebasan. Secara khusus tujuan hidup ini dirumuskan sebagai Catur Purusaartha, yaitu dharma, artha, kama dan moksha. Untuk mencapai tujuan ini Weda menekankan pada upaya-upaya ritual (karmakanda). Upanisad lebih menekankan pada pencapaian kebebasan individu (jivanmukti) melalui jnana yoga, khususnya pengetahuan tentang Brahman dan atman. Bagawad Gita menjadikan ketertiban dan kesejahteraan masyarakat (lokasamgraha) yang dicapai melalui karmayoga sebagai ajaran sentralnya. (Narayan Champawat).
  • "Adalah kewajiban bagi setiap orang untuk mendedikasikan (membaktikan) hidupnya, intelejensi (kepandaiannya), kekayaannya, kata-katanya, dan pekerjaannya bagi kesejahteraan mahluk lain“   (Bhagawata Purana : 10.22.35)
  • Dr. Sarvepalli Radhakrishnan mengartikan lokasamgraha sebagai : "The maintenance of the world, stands for the unity of the world, the interconnectedness of society" (pemeliharaan dunia, berarti kesatuan dunia, kesalingterhubungan antar masyarakat"). Supaya dunia tidak jatuh ke dalam penderitaan phisik dan degradasi moral, supaya kehidupan bersama menjadi pantas dan terhormat, etika agama seharusnya mengontrol perilaku sosial.
  •  Lokasamgraha, secara umum berarti "kesejahteraan bagi semua" (universal well-being). Di dalam keputusan ini Lokasamgraha, "Kesejahteraan bagi semua", lebih difokuskan kepada kesejahteraan bagi semua pemeluk Hindu. Pemeluk Hindu merupakan bagian dari masyarakat dunia. Tidak mungkin tercapai ketertiban dan kesejahteraan dunia, bila salah satu bagiannya, dalam hal ini para pemeluk Hindu, tidak sejahtera.
  • Lokasamgraha adalah ideal masyarakat Hindu, mengisyaratkan, adanya kesadaran sosial dari masing-masing pemeluk Hindu, bahwa pencapaian masyarakat yang sejahtera, masyarakat yang bebas dari kemiskinan material maupun spiritual, memerlukan adanya kesetiakawanan, solidaritas, saling tolong menolong, ( bahasa Bali “paras-paros, salunglung sabayantaka“ ), atau kesaling terhubungan dari seluruh pemeluk Hindu.
  • Kesadaran, solidaritas sosial dan kesalingterhubungan ini melintasi klan, soroh, marga, dadia, padarman, suku bangsa. Dengan kata lain, setiap pemeluk Hindu, dimanapun dia berada, apapun klan, marga atau suku bangsanya adalah saudara bagi pemeluk Hindu lainnya. Solidaritas keumatan ini, dalam masyarakat Hindu di Bali disebut "suka duka"
"SIMBUL-SIMBUL DALAM AGAMA HINDU"
  • Setiap agama memiliki simbul-simbul yang disakralkan, dan dihormati baik oleh pemeluk agama itu maupun oleh orang lain. Demikian pula halnya dengan agama Hindu. simbul-simbul itu digunakan sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Simbul mengandung arti sesuatu atau menggambarkan sesuatu, khususnya sesuatu yang immaterial, abstrak, suatu ide, kualitas, tanda-tanda sebuah objek, proses dan lain-lain.
  • Dalam bahasa Sanksekerta kata Simbol adalah "praktika" yang mengandung arti "yang datang ke depan, yang mendekati" Hal ini bermakna "menunjukkan, menampilkan atau menarik kembali sesuatu dengan analogi kualitas kepemilikan atau dengan mengasosiasikannya ke dalam fakta atau pikiran" , beberapa padanannya di dalam bahasa Sanskerta antara lain cihnam, laksanam, lingga, samjna, pratirupa. Selain itu secara umum dikenal pula istilah: arca, pratima, prativimbha, nyasa, murti dan lain-lain.
  • Karena itu makna dan cara pandang kita terhadap simbul-simbul itu haruslah benar. Pratima dan arca pada sebuah pura, walaupun terbuat dari batu, kayu, kertas atau logam sangat berharga bagi seorang penyembah, karena Pratima atau arca itu merepresentasikan sesuatu yang disucikan.
  • Bentuk bentuk simbul dalam agama Hindu adalah sebagai berikut :
  • 1. Huruf Suci (Wijaksara)
  • 2. Gambar/Rajah (Swastika, Padma dan lain-lain)
  • 3. Arca dewa dewi
  • 4. Nama-nama Tuhan (Prabhawa nama)
  • 5. Bangunan-bangunan suci (Meru, Padmasana dan lain-lain)
  • 6. Bentuk Teks dan literel lainnya
  • Semua simbul simbul itu mengandung nilai sakral dan kesucian.
  • Nomor: 3 /Kep/P.A. Parisada/XII/2003
Analoog to “AULD LANG SYNE”
  • May God go with you now my friend, and till we meet again.
  • May His love keep you safe and sure, as we seek to follow Him.
  • For God’s glory live and serve, for His will obey.
  • My God’s bleesings fall on you, as we live for Him each day.
  • So till we meet again my friend, or till God calls us home.
  • May your life be as He as planned, knowing you are not alone.
Anandoham…. Anandam Brahmanandam
Janmana jayate sudra, samskarairdvija ucyate,
Veda pathat bhavet viprah, brahmana janati brahmanah” (Veda Smerthi)
Terjemahannya :
 Dikatakan bahwa ketika lahir dari rahim ibu, seseorang dikatakan Sudra, dengan askara/diksa seseorang menjadi dvijati, dengan mempelajari Veda (Vedadhyayana) seseorang mencapai kedudukan sebagai orang suci, dan siapapun mempunyai pengetahuan tentang Brahman (Tuhan) disebut Brahmana.
Om Papo’ham papakarmaham, Papatma papa sam-bhavah, Trahi mam Pundarikaksa sabahyabhyantara sucih”… (Trisandhya m. 4 = Ksamamahadevastuti 2)
Brahmavit Apnoti param ….(Taitt.Up.II.11) 
Ia yang memahami Brahman mencapai yang tertnggi.
Satyam Jnanam Anatam Brahman….(Taitt.Up. II.1.1)
Brahman adalah Kebenaran Pengetahuan Tertinggi dan Tak Terbatas.

KEPEMIMPINAN HINDU DALAM KAUTILYA
  • Kautilya dianggap salah seorang penulis pola kepemimpinan Hindu paling komprehensif (pada abad IV SM) di antara penulis kitab Niti  lainnya. Beliau juga dikenal dengan nama Rsi Wisnu Gupta dan atau Rsi Canakya. Beliau telah membuktikan kebesaran dan keluasan wawasannya di antara penulis kitab Niti  dengan menyusun kitab yang berjudul Kautilya Arthasastra yang terdiri atas enam jilid. Karena karyanya itulah kemudian Kautilya disebut sebagai Bapak Ilmu Politik Hindu. Kautilya Arthasastra dapat dikatakan sebagai sebuah buku yang memadukan seluruh pemikiran yang terdapat dalam kitab-kitab Nitisastra sebelumya. Karena itu, Kautilya Arthasastra ini dianggap buku terlengkap.
               
    Menurut Kautilya, seorang pemimpin (Hindu, tentunya) harus mampu memandang bahwa jabatan yang diduduki itu bersifat manusiawi dan bukan sebagai lembaga yang bersifat ilahi. Maksud pernyataan itu adalah jika jabatan itu adalah sebuah lembaga ilahi, maka siapapun tidak boleh melakukan kritik, koreksi dan, dan sejenisnya terhadap lembaga dan pemimpinnya.
    Akibatnya, pemimpin cenderung akan berlaku absolut, otoriter, dan berlindung di balik sesuatu yang suprame. Kepemimpinan Hindu harus mendasarkan diri pada dasar-dasar humanisme.

    Dalam kepemimpinan Hindu ditegaskan pentingnya seorang pemimpin memiliki pengetahuan filsafat (anviksiki), pengetahuan Veda (trayi), ekonomi (varta), dan politik (dandaniti). Pengetahuan filsafat dan Veda membantu menajamkan dan menyehatkan pikiran pemimpin sehingga mampu membuat kebijakan
  • Niccolo Machiavelli (1469-1527) penulis buku terkenal “Sang Penguasa” (Il Principe, Itali: The Prince, Inggris) bukan nama asing, Machiavelli seorang tokoh ‘reformis’ yang menerapkan ajaran-ajaran kepemimpinan dengan mendobrak legitimasi magis-religius. juga memperkenalkan pemikiran lain di antaranya “pertahankan dan perluas kekuasaan sebelum kekuasaan itu melorot dan hancur. Karena desakan waktu, karena pendeknya kekuasaan untuk berkuasa, maka para penguasa sebaiknya tidak tenggelam dalam mewujudkan cita-cita moral dan religius, melainkan penguasa harus menjadi lihai dan secara terencana memanfaatkan keterbatasan-keterbatasan kodrat manusia yang pada dasarnya egoistis. Kekuatan-kekuatan nyata harus digunakan secara spontan, demikian pula legalitas konstitusional harus difungsikan dengan maksimal untuk melancarkan aksi-aksi politik, dan memanfaatkan bonafiditas lembaga agama untuk membangun publik opini bahwa penguasa adalah pendukung moralitas. (Sastraprateja. 1987: XXIII-XXIV).
  • Ditulis Oleh: Ida Bagus Komang Suyasa
Sanghyang Siksa Kandang Karesian
  • Naskah berbahasa Sunda Buhun dari tahun 1518 mengandung rucita (konsep) kepemimpinan yang dapat dijadikan rujukan dalam upaya memahami citra kepemimpinan tradision
  • Nihan sinangguh Dasaprebakti ngaranya, anak bakti di bapa, ewe bakti disalaki, hulun bakti di pacandaan, sisya bakti di guru, wang tani bakti di wado,waso bakti di mantri, mantri bakti di nu nangganan, nu nangganan bakti dimangkubumi, mangkubumi bakti di ratu, ratu didewata, dewata bakti di hyang, yata sinangguh dasaprebakti ngaranna.
  • Inilah yang disebut Dasarprebakti 'sepuluh kebaktian': Anak berbakti kepada ayah, istri berbakti kepada suami, hamba berbakti kepada majikan, siswa berbakti kepada guru, petani berbakti kepada wado, wado berbakti kepada nu nangganan, nunangganan berbakti kepada mantri, mantri berbakti kepada mangkabumi, mangkabumi
    berbakti kepada raja, raja berbakti kepada dewata, dewata berbakti kepada Hyang.
    Ya itulah yang disebut Dasaprebakti namanya
  • ( * Svami = ngayomi, ngayemi, ngayani )
ASTA BRATA
  • Asta Brata artinya delapan ajaran utama tentang kepemimpinan yang merupakan petunjuk Sri Rama kepada Bharata (adiknya) yang akan dinobatkan menjadi Raja Ayodhya. Asta Brata disimbulkan dengan sifat-sifat mulia dari alam semesta yang patut dijadikan pedoman bagi setiap pemimpin, yaitu :
  • Indra Brata
    Seorang pemimpin hendaknya seperti hujan yaitu senantiasa mengusahakan kemakmuran bagi rakyatnya dan dalam setiap tindakannya dapat membawa kesejukan dan penuh kewibawaan.
  • Yama Brata
    Pemimpin hendaknya meneladani sifat-sifat Dewa Yama, yaitu berani menegakkan keadilan menurut hukum atau peraturan yang berlaku demi mengayomi masyarakat.
  • Surya Brata
    Pemimpin hendaknya memiliki sifat-sifat seperti Matahari (surya) yang mampu memberikan semangat dan kekuatan pada kehidupan yang penuh dinamika dan sebagai sumber energi.
  • Candra Brata
    Pemimpin hendaknya memiliki sifat-sifat seperti bulan yaitu mampu memberikan penerangan bagi rakyatnya yang berada dalam kegelapan/kebodohan dengan menampilkan wajah yang penuh kesejukan dan penuh simpati sehingga masyarakatnya merasa tentram dan hidup nyaman.
  • Vayu Brata (maruta)
    Pemimpin hendaknya ibarat angin, senantiasa berada di tengah-tengah masyarakatnya, memberikan kesegaran dan selalu turun ke bawah untuk mengenal denyut kehidupan masyarakat yang dipimpinnya.
  • Bhumi (Danada)
    Pemimpin hendaknya memiliki sifat-sifat utama dari bumi yaitu teguh, menjadi landasan berpijak dan memberi segala yang dimiliki untuk kesejahteraan masyarakatnya.
  • Varuna Brata
    Pemimpin hendaknya bersifat seperti samudra yaitu memiliki wawasan yang luas, mampu mengatasi setiap gejolak (riak) dengan baik, penuh kearifan dan kebijaksanaan.
  • Agni Brata
    Pemimpin hendaknya memiliki sifat mulia dari api yaitu mendorong masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan, tetap teguh dan tegak dalam prinsip dan menindak/menghanguskan yang bersalah tanpa pilih kasih.
PANCA PANDAWA
  • Seorang pemimpin harus mampu mempersatukan 5 sifat-sifat utama/luhur yang dimiliki ole Panca Pandawa (Yudisthira, Bhima, Arjuna, Nakula dan Sahadewa) yakni :
  • AJI                    = Ilmu Pengetahuan Suci (Dharma ; Kemoksan)
  • GIRI                  = Gunung, kuat iman, teguh dalam kebenaran.
  • JAYA               = Menang dapat mengalahkan musuh-musuhnya.
  • NANGGA         = Tangguh dan tanggap dalam segala keadaan.
  • PRYAMBADA = Membawa kebahagian, tentram dan damai.
  • (4 H = Hening, Heneng, Heling, Hawas; 3 T = Tangeh, Tangen, Tangar)
  • Ajaran tertinggi Mahabharata adalah dharma dalam pengertian sakama dan niskama dharma
  • Sebuah dialog yang menarik yang perlu disimak dalam Santi parva , yaitu antara Vidura dengan Pandava.
  • Yudhistira saudara tertua Pandava membuka dialog dengan mengatakan dharma, artha, kama menyangga kehidupan kita sehari-hari. Di antara tiga nilai ini yang mana lebih tinggi kedudukannya atas yang lainnya?
CATUR PURUSARTHA
  • Terhadap pertanyaan ini Vidura mengatakan bahwa belajar, meditasi (tapasya), kerendahan hati, kesederhanaan, keramahtamahan, kebenaran dan pengendalian diri merupakan elemen-elemen dharma. Dharma merupakan nilai tertinggi. Artha lebih rendah dari dharma. Kama lebih rendah kedudukannya dari keduanya.
  • Kemudian Arjuna mengatakan bahwa artha adalah nilai utama karena ia adalah membantu kama, yaitu mata pencarian kehidupan seperti bertani, berdagang, industri, dsb. Dengan artha seseorang dapat menikmati obejk-objek kesenangan di dunia ini, dapat melaksanakan anjuran dharma dalam cara yang lebih baik. Disamping itu motivasi untuk mendapatkan artha sangat besar pada diri manusia.
  • Nakula dan Sahadewa mengatakan dharma dan artha harus berjalan bersama-sama.
  • Bhimasena mengatakan kama atau keinginan adalah kekuatan penggerak dalam kehidupan. Adalah karena keinginan ini untuk mendapatkan kebahagiann surgawi para rsi termotivasi dan terlibat dalam kwajiban-kewajiban religius, pengendalian diri, tapa, dsb.
  • Terakhir, Yudhistira bicara. Ia mengatakan bahwa moksa adalah nilai tertinggi. Seseorang harus melaksanakan kewajiban-kewajibannya tanpa motif pribadi. Hal ini artinya mempraktekkan dharma dengan bersikap sama terhadap dosa atau kebenaran, kekayaan atau kemelaratan, kenikmatan atau penderitaan. Inilah disebut niskama dharma yang mampu memutus lingkaran kelahiran dan kematian, mengantarkan, menuju tercapainya yang absolut (moksa, brhamaprapti)
Kepemimpinan menurut Niti Sastra
  • Abhikamika
    Pemimpin harus tampil simpatik, berorientasi ke bawah dan mengutamakan kepentingan rakyat banyak dari pada kepentingan pribadi atau golongannya.
  • Prajna
    Pemimpin harus bersikap arif dan bijaksana dan menguasai ilmu pengetahuan teknologi, agama serta dapat dijadikan panutan bagi rakyatnya.
  • Utsaha
    Pemimpin harus proaktif, berinisiatif, kreatif dan inovatif (pelopor pembaharuan) serta rela mengabdi tanpa pamrih untuk kesejahteraan rakyat.
  • Atma Sampad
    Pemimpin mempunyai kepribadian : berintegritas tinggi, moral yang luhur serta obyektif dan mempunyai wawasan yang jauh ke masa depan demi kemajuan bangsanya.
  • Sakya Samanta
    Pemimpin sebagai fungsi kontrol mampu mengawasi bawahan (efektif, efisien dan ekonomis) dan berani menindak secara adil bagi yang bersalah tanpa pilih kasih/tegas.
  • Aksudra Pari Sakta
    Pemimpin harus akomodatif, mampu memadukan perbedaan dengan permusyawaratan dan pandai berdiplomasi, menyerap aspirasi bawahan dan rakyatnya.
Asta Dasa Berata Pramiteng Prabhu
  • Asta Dasa Berata Pramiteng Prabhu dari Gajah Mada adalah 18 (delapan belas) kewajiban pokok pengendalian diri seorang pemimpin yaitu :
  • 1. Wijaya                                  ; bersikap tenang dan bijaksana.
  • 2. Matri Wira                            ; berani membela yang benar.
  • 3. Natanggwan                        ; mendapat kepercayaan rakyat,
  • 4. Satya bhakti a prabhu        ; taat kepada pemimpin/pemerintah.
  • 5. Wagmi wak                          ; pandai bericara dan meyakinkan pendengar.
  • 6. Wicak saneng naya            ; cerdik menggunakan pikiran.
  • 7. Sarja wopasana                  ; selalu bersikap rendah hati.
  • 8. Dirotsaha                             ; rajin dan tekun bekerja.
  • 9. Tan satresna                       ; jangan terikat pada satu golongan atau persoalan.
  • 10. Masihi semesta Buwana  ; bersikap kasih sayang kepada semuanya.
  • 11. Sih Semesta buwana        ; dikasihi oleh semuanya;
  • 12. Negara Ginang Pratidnya ; selalu mengabdi dan mendahulukan kepentingan negara.
  • 13. Dibya cita                           ; toleran terhadap pendirian orang lain.
  • 14. Sumantri                            ; tegas dan jujur.
  • 15. Anayaken musuh              ; selalu dapat memperdaya musuh.
  • 16. Waspada Purbha wisesa  ; waspada selalu/introspeksi.
  • 17. Ambeg Paramartha           ; pandai mendahulukan hal-hal yang lebih penting.
  • 18. Prasaja                               ; hiduplah sederhana.
PENGARUH GLOBALISASI
                          Pengaruh Globalisasi terhadap Nilai Adhi Luhur Kebudayaan Bangsa :
 1.  Nilai-nilai yang saling dapat diterima
      (mutually acceptable values)
 2.  Nilai-nilai pokok universal dan global
      (universal and global core valued)
 3.  Keterbukaan  (openness)
 4.  Kebersamaan (sharing of resources)
 5.  Arus lintas sempadan barang, manusia, jasa, iptek, budaya
      (cross border flow)
          
BRAHMAN
         APAKAH TUHAN MENGHENDAKI SUATU JAWABAN DEFINITF .???
         “GOD DEFINED IS GOD CONFINED” (SWAMI RAMA TIRTHA)
         PLOTINOS (205 – 207) MENGATAKAN, YANG ESA, ADALAH KESATUAN HAKEKAT AKHIR DAN AWAL.
         R. SWINBURNE : “IT IS EVERYTHING AND NOTHING”, IA BUKAN APAPUN YANG ADA, NAMUN IA SEMUANYA DARI YANG ADA.
         APAKAH KONSEP KETUHANAN DALAM VEDANTA (UPANISAD)  :
                MONOTHEISME ATAU  POLITHEISME,
                            HENOTHEISME ATAU  MONISME,     
                                       PANTHEISME ATAU PANENTHEISME ?
         BRAHMAN (BRMH = UNTUK TUMBUH BESAR)….MAHAVAKYA :
         Rg Veda          :  Prajnanam Anandam Brahman
         Yajur Veda    :  Aham Brahma Asmi
         Sama Veda      :  Ayam Atman Brahman
         Atharwa Veda   :  Tat Twam Asi ; Sarvam Khalvidam Brahman.
GAMBARAN KEADAAN BANGSA INDONESIA  DEWASA INI
         Mengalami zaman edan, serba sulit dalam bersikap, mau ikut-ikutan edan tidak tahan, kalau tidak ikutan tidak kebagian rejeki, akirnya kelaparan. Tetapi atas kehendak Tuhan Yang Maha Esa, seuntung-untungnya orang yang lupa, masih lebih untung orang yang tetap sadar dan waspada         ( luwih begja kang Eling lawan Waspada)                           ( Kalatidha I.7 – R.Ng. Ranggawarsita).
         Luwih lara laraning kang ati, ora kaya wong tininggal artha, kang wus ilang piyandele, lipure mung yen turu, lamun tangi sungkawa malih, yaiku ukumira, wong nglirwakken tuduh,ingkang aran Budhi Daya, temah papa, asor denira dumadi, tan amor lan sasama.                        (Dharmawasita, 7 – Sri Mangku Nagara IV).
         Dunia dewasa ini tampaknya berada dalam cengkeraman krisis moral dan krisis spiritual. Dimana-mana orang merasa frustrasi dan tak berdaya serta menjadi cemas dan tercengang, apa yang masih tersisa dalam diri umat manusia ini ? Tak pernah ada demikian banyak kecurigaan, kebencian dan kekerasan seperti yang kita saksikan dewasa ini, hampir di setiap negara di dunia ini.                                    (Dr. Samuel Sandweis).
ANCAMAN GLOBAL SAAT INI   (MDGs)
         Kemajuan  sistem  ICT yang  sangat pesat saat ini, mengakibatkan   seluruh pelosok  di Dunia terhubung  secara sistemik tanpa batas , melampui batasan batasan aktual maupun konseptual, baik secara geopolitik, wilayah kedaulatan kenegaraan, kedaerahan, sosio-politik,-ekonomi ,-budaya bahkan tembok atau dinding nyata sekalipun seperti tembok  Berlin maupun Tembok Cina  serta tembok-tembok beton lainnya. Mengakibatkan kita  mau tidak mau , suka tidak suka, harus ber-adaptasi dalam era Globalisasi ini terutama terhadap pola pikir, Paradigma Baru yaitu : ………………"Open Minded”.
         Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan
         Memenuhi Pendidikan Dasar untuk semua
         Mendorong Kesetaraan Gender & Pemberdayaan Perempuan
         Menurunkan angka kematian Balita ; Meningkatkan Kualitas kesehatan  ibu melahirkan
         Memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lainya
         Menjamin kelestarian lingkungan hidup : Mengembangkan kemitraan Global untuk Pembangunan.
Life-Long Learning” Education Process.
         First of all, please be a Good and Active Listener. Don’t confuse Hearing with Listening, because you may try to hear everything that someone is saying but you’re still miss its meaning and the value of messages. That is very danger thing, when you just hearing without understanding.
         Now I would like to remind you : Listening,Learning,Live and Love.
         But above all this I wish all of you, understand that to be  a good Leader should be  a good Listener and be open minded.
         An open minded person is able to listen to the others. An open minded person is more flexible and better equipped to get new knowledge for new problems. And they don’t spend a lot of energy to get people to be like them. They valued of the otherness, because we can never know it all, there will always be someone who knows better than us in some area.
         Don’t complain, just work harder, no one is all Heaven !!!
GAMBARAN KOMPLIKASI EKSTERNAL
YANG  DIHADAPI  MASYARAKAT BALI
         Meningkatnya jumlah penduduk, khususnya pendatang tetap/tidak tetap, baik mereka yang punya skill dan yang tanpa skill (pengangguran).
         Sementara orang Bali sendiri banyak yang Urbanisasi kekota-kota besar diluar Bali maupun Transmigrasi keluar Jawa-Bali.
         Penetrasi budaya asing, melalui torisme, investor, multi kulturalisme, sekaligus dengan Gaya hidupnya (materialistik, egoistik, endowistik) yang berbeda dengan budaya Bali.
         Semaraknya perkembangan lembaga-lembaga keagamaan non Hindu (pusat studi Injil, lembaga dakwah, Sufi, kelompok pengajian, dll), maupun menjamurnya rumah-rumah ibadah (mesjid, mushola, gereja, kuil, kelenteng, ashram dll), berdampak memperkaya khasanah Pluralisme pada budaya Bali, tapi sekaligus juga dapat menimbulkan Krisis Kepercayaan, Krisis Sektoral bahkan komplikasi Eksternal maupun Internal yang bahkan merusak nilai-nilai budaya tradisional maupun keyakinan masyarakat Hindu di Bali.
         Semakin meningkatnya pembangunan sarana / prasarana Pariwisata menyebabkan semakin sempitnya ruang bagi kehidupan masyarakat dalam kaitan pengamalan konsep Tri Hitakarana.
KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA MENURUT PERSPEKTIF HINDU
         Kondisi masyarakat Indonesia yang majemuk, memungkinkan terjadinya gesekan antar umat beragama yang berdampak positif maupun negatif. Seberapa jauh dampak yang ditimbulkan sangat tergantung pada tingkat kesadaran umat beragama.
         Antar Hindu dan Budha, Jalinan yang harmonis antara kedua konsep agama ini tertuang dalam cerita Bubuksah Gagangaking. Sampai pada puncaknya pada jaman Empu Tantular, dimana peleburan diantara kedua konsep itu tertuang dalam Lontar Sutasoma dengan petikan kalimat (Wasanta Tilaka):
                      “Rwaneka dhatu winuwus, wara Budha Wiswa
                       “Bhinneki rakwa ringapan kena parwanossen”
                       “Mangkang Jinatwa kalawan Siwatatwa tunggal”
                       “Bhinneka tunggal ika tan hana Dharma mangrwa”.
         Konsep kerukunan hidup beragama menurut Hindu mencakup konsep Ajaran : Tattwam Asi, Karma phala, Ahimsa dan Satyam.
         Adapun upaya untuk membina kearah terwujudnya kerukunan antar umat beragama dapat ditempuh dengan pendekatan secara manusiawi, melalui musyawarah, berdialog, temu muka antar pemuka agama, sehingga dapat menumbuhkan kesadaran akan hidup bersama, saling membutuhkan dan saling melengkapi satu sama lainnya.
DHARMA-SADHANA DI BUMI
PERSADA – NUSANTARA
         Mengapa Dharma-sadhana (Dharma Negara , Dharma Agama), harus dilaksanakan dan dipersiapkan secara baik dan benar ??????
         Dharmo visvasya jagatah pratistha loke……………  (Mahanarayana Up. XXIX.7)
         Dharma eva hato hanti , Dharmo raksati raksitah …………………(Mds VIII.15)
         Svami Sivananda menjelaskan bahwa dharma ada beberapa jenis, antara lain : Sanatanadharma (hukum abadi), Samanyadharma (kewajiban umum), Visesadharma (kewajiban khusus), Varnasramadharma (kewajiban dan tata tertib dari golongan masyarakat berdasarkan profesi tertentu), Svadharma (kewajiban sendiri), Yugadharma (kewajiban pada zaman tertentu), Kuladharma (kewajiban keluarga), Manavadharma (kewajiban manusia), Purusadharma (Kewajiban laki-laki), Stridharma (kewajiban wanita), Rajadharma (kewajiban pemimpin), Prajadharma (kewajiban rakyat), Pravrttidharma (kewajiban dalam hidup duniawi), Nivrttidharma (kewajiban dalam kehidupan spiritual).
         Demikian, antara lain Dharma dan Rta adalah hukum yang mengatur hidup manusia dan alam semesta beserta seluruh isinya. Mereka yang tunduk pada Dharma dan Rta, hidup terasa nikmat, penuh karunia, karena segala sesuatu berjalan sesuai dengan aturan-atruran masing-masing.
SRADHA, BHAKTI  DAN “MULATSARIRA”
         Proses penciptaan manusia didasarkan pada Yadnya Suci atau bhakti persembahan dari Brahman sendiri, sehingga yadnya suci adalah merupakan kewajiban mutlak bagi setiap manusia  untuk melaksanakannya dengan penuh Sraddha dan Bhakti (keyakinan dan ke-ihklasan)  sesuai sloka Bhagawadgita XVII.28 :
      ” aśraddhayā hutam dattam  tapas taptam krtam ca yat, asad ity  ucyate pārtha na ca tat pretya no iha”
         Mulatsarira diartikan sebagai introspeksi diri atau pengamatan diri sendiri secara mendalam dan obyektif, baik pada tingkat  Stula Sarira, Suksma Sarira bahkan  kalau mampu sampai Anthakarana Sarira , untuk melihat potret sang diri dalam kiprahnya sebagai wahana Sanghyang Jiwatman dalam melakoni kehidupan didunia fana ini, kemudian untuk segera kembali kejalan Dharma apabila ada penyimpangan.
“MULATSARIRA”
         Membangun Manusia Seutuhnya
         Atmanam rathinam widhi, sariram ratham eva tu,
Buddhim tu sarathim viddhi. manah pragaham eva ca.
Indriani hayan ahur visayam tesu gicaran.
atmendriye mano yuktam bhoktety ahur manisinah.
(Katha Upanisad 1.3.3 dan 4).

Maksudnya:
         Ketahuilah Atman adalah sebagai tuannya kereta, badan jasmani adalah badan kereta.
         Ketahuilah bahwa Budhi itu adalah kusirnya kereta, sedangkan pikiran adalah tali kekang.
         Indriya disebut kudanya kereta, sasaran indriya adalah jalan. Atman dihubungkan dengan badan, indriya dan pikiran. Ialah sang Atman yang menikmati. Demikianlah dinyatakan oleh yang suci.
Membangun Manusia Seutuhnya
         Mantra Katha Upanisad itu menggambarkan bahwa agama Hindu memandang manusia itu secara utuh yaitu lahir dan batin.
         Badan raga harus dipelihara dengan sebaik-baiknya. Badan raga dipelihara agar sehat dan wajar untuk menopang kegiatan hidup sehari-hari mengarungi lautan kehidupan.
         Indria harus dikendalikan dengan upawasa. Swami Satya Narayana menyatakan upawasa itu bukanlah berarti hanya membatasi makan minum.Semua indria haruslah dipelihara dengan balk agar dapat berfungsi dengan benar. Dengan demikian ia dapat dijadikan alat oleh pikiran agar selalu berada pada jalur yang benar dan wajar.
         Sesungguhnya mengendalikan lidah bertujuan untuk mengendalikan semua indria termasuk juga panca karmendriya Yang masuk di dalamnya adalah tangan, kaki, perut, dubur dan kemaluan. Sedangkan panca budhindriya adalah mata, hidung, lidah telinga dan kulit.
         Adbhirgatrani Sudhayati, Manah Satyena Sudhayati, Vidyatapobhyam bhutatma, Budhir Jnanena Sudhyati . (Mdhs, V. 109)
         Artinya : Badan disucikan dengan air, Pikiran disucikan dengan satya (kebenaran dan kejujuran). Budhi disucikan dengan jnana atau pengetahuan yang suci, sedangkan atman disucikan dengan widya dan tapa. Widya itu hanya ada dua yaitu atma widya dan brahma widya.

Atma widya adalah pengetahuan tentang atman jiwa dan bhuwana alit. Sedangkan Brahma widya adalah pengetahuan tentang ketuhanan atau jiwa agung alam semesta (bhuwana agung).
         Tapa artinya penguasaan diri sehingga tahan dengan suka dan duka.
YOGA SADHANA…….
         Dalam Patanjali Yogasutra disebutkan secara rinci tahapan pelaksanaan yoga yang disebut dengan Astangga Yoga  tersusun sebagai berikut :  Yama, Niyama , Asana, Pranayama, Pratyahara, Dharana, Dhyana, dan Samadi.
         Delapan tahap ajaran yoga ini merupakan tangga-tangga untuk pengendalian diri dan sekaligus merupakan aspek etika dalam ajaran yoga, yang dapat di-implementasikan dalam sikap-sikap yang saling tolong-menolong, saling asah-asih dan asuh, kerjasama antara sesama anggota masyarakat shg terbentuk masyarakat yang Satsangga.
         Secara fisik dapat dimasyarakatkan/ sosialisasikan dil latihan-latihan  rutin “Yoga Asanas” maupun “Suryanamaskar”.
SUMBER AJARAN ETIKA DAN TATA SUSILA DALAM  “MULATSARIRA”
         Sumber utama ajaran etika maupun tata susila  menurut agama Hindu adalah kitab suci Veda  (Sruti) dan susastra Veda baik yang ditulis dalam Smrti (Dharmasastra), Sila (Tingkah laku orang suci), Acara (tradisi yang baik) maupun Atmanastuti (keheningan hati) yang pada dasarnya mencakup berbagai bidang yang sangat luas.
         Kitab-kitab yang termasuk susastra Veda yang mengupas masalah Pengendalian diri/ Etika dan Tata Susila antara lain dalam kitab :
      Bhagawadgita , Sarasamuscaya, Manawadharmasastra, Nitisastra,
      Patanjali Yogasutra, Mahabharata,
      kekawin Ramayana, kekawin Arjunawiwaha, dan lain-lainnya.
      
NITISASTRA DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT
         Adalah suatu kodrat bahwa manusia adalah mahluk sosial (homo socius) atau mahluk berteman yang hidup selalu harus bersama dengan orang lain , karena  hanya dalam  kehidupan bersama dengan manusia lainnya atau ber-masyarakatlah  berbagai interaksi-interaksi  sosial  dalam  rangka memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup dapat ter-realisasi dalam perspektif Budaya.
         Dalam kehidupan bermasyarakat/komune  inilah setiap manusia  menyadari  keberadaan dan keterikatan hubungan dengan manusia lainnya yang seyogyanya didasarkan  atas asas kebersamaan yang hakiki  yaitu kasih yang  sejati  atau dalam agama Hindu disebut  Parama Prema “ dan ajaran “Tat Twam Asi” , dan selalu menyadari adanya Karma phala,  dalam  tingkah laku yang Ahimsa dan Satyam.
         Sehingga setiap manusia  dalam kehidupan manusia ini mempunyai tanggung jawab mempersiapkan generasi berikutnya  dengan cara meningkatkan martabat kemanusiaannya.
WALAKA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT MODERN
         Martabat kemanusiaan seseorang dalam hidup ini ditentukan oleh moralitas (etika) dan tingkah laku yang baik (susila) dari orang tersebut, dan  bukan oleh besarnya :  kekuasaan, kebijaksanaan , kekayaan harta benda yang dimiliki  maupun  tingginya ilmu yang dimilikinya,  hal ini tertulis dalam  kitab Sarasamuscaya , sloka 160, teks Jawa Kuna :
                “Sila ktikang pradhana ring dadi wwang,  hana prawrtti ning dadi wwang dursila, aparan ta prayojana-nika ring hurip, ring wibhawa, ring kaprajnan, apan wyartha ika kabeh, yan tan hana silayukti”.
         Alamkara  Kekawin Ramayana :
                Tan tata tita tan tuten, tan tetes tan tuting tutur.
                       Titik tantri tateng tattwa, tutun tamtam titir titih.
WALAKA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT MODERN
         Prihen temen dharma dumaranang sarat,
             Saraga sang sadhu sireka tutana.
                   Tan artha tan kama pidonya tan yasa,
                         Ya sakti sang sajjana dharma raksaka.
         Sakanikang rat kita yan wenang manut,
              Manupadesa prihatah rumaksa ya.
                    Ksayanikang papa nahan prayojana,
                         Jananuragadi tuwin kapangguha.
         Guha peteng tan mada moha kasmala,
              Maladi yolanya magong mahavisa,
                   Visata sang weruh rikanang jurang kali,
                          Kalinganing sastra suluh nika prabha.


POLA PENDIDIKAN MULTI KULTURAL
         Setelah reformasi, di Indonesia mulai menguat gagasan untuk mengadopsi multikulturalisme. Banyak ahli yang memandang faham ini sangat layak dijadikan paradigma dalam proses pembangunan di Indonesia. Paling tidak ada tiga alasan rasional yang dapat dijadikan dasar untuk menerima faham multikulturalisme sebagai paradigma Pembangunan :
         (1) bahwa dalam multikulturalisme, entegritas setiap budaya diakui eksistensinya dan harus terus dipertahankan dan dikembangkan untuk kemasyarakatan pemangku budaya itu sendiri,
         (2) bahwa dalam multikulturalisme ditanamkan suatu keyakinan bahwa di dalam budaya manapun terdapat kebaikan yang layak dicontoh, dan
         (3) bahwa dalam multikulturalisme tidak saja ditanamkan semangat saling menghormati dan saling menghargai satu sama lain (seperti yang diharapkan dalam faham intercultural), tetapi juga ditanamkan seperti kesetaraan dan kesederajatan, saling percaya, saling memahami, saling membuka diri, dan saling menghargai persamaan dan perbedaan.
         Bertolak dari semangat untuk menerapkan paradigma multikutural ke dalam sistem pembangunan, sekarang ini tampak mengedepankan gagasan untuk menerapkan pola-pola pendidikan multikultural di sekolah-sekolah formal, mulai dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi.
         Semangat ini dapat di pahami, karena melalui pendidikanlah faham dan sikap multikultural yang akan diterapkan di sekolah-sekolah akan berhasil efektif bila mana pola pendidikan yang sama juga diterapkan dalam keluarga.
MASYARAKAT MULTI KULTURAL
Menganalisis kelompok sosial dalam masyarakat multikultural :
         Masyarakat multikulturalisme adalah masyarakat yang terdiri dari berbagai kultur (budaya). Secara etimologis (asal kata) dibentuk dari kata multi (banyak) dan kultur (budaya) dan isme (aliran/paham). Multikulturalisme adalah masyarakat dimana setiap manusia secara individu diakui harkat dan martabatnya yang hidup dalam komunitasnya dengan kebudayaan masing-masing.
         Dalam pendidikan dikembangkan Pedagogic Kesetaraan (equity pedagogy) atau pendidikan kesetaraan.
         Sebab-sebab terjadinya masyarakat multikultural adalah  :     
     (1) perbedaan iklim atau alam.
     (2) perbedaan ras dan ethnis
     (3) perbedaan pola ekonomi atau mata pencarian.
     (4) Letak georgrafis yang terdiri dari berpulau-pulau
         Masyarakat multikultural disebut juga Deferensiasi sosial. Artinya tingkat pebedaan berdasarkan ras, suku bangsa, klan, agama, etnisitas dan keberagaman kelompok sosial lainnya sangat tinggi.

MULTI KULTURALISME VS MONOKULTURALISME
          Keberagaman Kelompok sosial adalah terdapatnya banyak kelompok sosial dalam kehidupan masyarakat.
      Terdapat lima kriteria kumpulan individu disebut sebagai kelompok sosial :
         Setiap anggota kelompok memiliki kesadaran bahwa ia merupakan bagian atau anggota dari kelompok lainnya
         Masing-masing individu menjalin hubungan secara timbal balik
         Memiliki  motivasi bersama sebagai faktor pengikat,  seperti kesamaan kepentingan, kesamaan nasib, kesamaan ideologi-politik, agama dan seterusnya
         Berstruktur dan memiliki kaidah yang ditaati bersama
         Memiliki suatu sistem.
         Multikulturalisme adalah sebuah filosofi —terkadang ditafsirkan sebagai ideology-yang menghendaki adanya persatuan dari berbagai kelompok kebudayaan dengan hak dan status sosial politik yang sama dalam masyarakat modern. Istilah multikultural juga sering digunakan untuk menggambarkan kesatuan berbagai etnis masyarakat yang berbeda dalam suatu negara.
         Multikulturalisme bertentangan dengan Monokulturalisme dan Asimilasi yang telah menjadi norma dalam paradigma negara-bangsa (nation-state) sejak awal abad ke-19. Monokulturalisme menghendaki adanya kesatuan budaya secara normatif (istilah 'monokultural' juga dapat digunakan untuk menggambarkan homogenitas yang belum terwujud (pre-existing homogeneity). Sementara itu, Asimilasi adalah timbulnya keinginan untuk bersatu antara dua atau lebih kebudayaan yang berbeda dengan cara mengurangi perbedaan-perbedaan sehingga tercipta sebuah kebudayaan baru.
MULTI KULTURALISME  MENJAGA INTEGRITAS BANGSA & NEGARA
         Sebaiknya Depdiknas R.I. mengadopsi pendidikan multikulturalisme untuk diberlakukan dalam pendidikan sekolah, dari tingkat SD sampai dengan tingkat SLTA dan bahkan sampai Perguruan Tinggi.  
         Multikulturalisme sebaiknya termasuk dalam kurikulum sekolah, dan pelaksanaannya dapat dilakukan sebagai pelajaran ekstra-kurikuler atau menjadi bagian dari krurikulum sekolah (khususnya untuk daerah-daerah bekas konflik berdarah antar sukubangsa, seperti di Poso, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Ambon dan berbagai tempat lainnya).  
         Dalam sebuah diskusi dengan tokoh-tokoh Madura, Dayak, dan Melayu di Singkawang baru-baru ini, mereka itu semuanya menyetujui dan mendukung ide tentang diselenggarakannya pelajaran multikulturalisme di sekolah-sekolah dalam upaya mencegah terulangnya kembali konflik berdarah antar sukubangsa yang pernah mereka alami dimasa lalu.
         Sebagai penutup mungkin dapat kita pikirkan bersama apakah multikulturalisme sebagai ideologi yang mendukung cita-cita demokrasi akan hanya kita jadikan sebagai wacana ataukah sebagai sebuah tema utama dalam antropologi Indonesia yang akan merupakan sumbangan Antropologi Indonesia bagi pembangunan masyarakat Indonesia.  Semuanya terpulang pada keputusan kita bersama dan Para Penyuluh masing-masing Agama dinegeri ini.





Share this article :

0 comments:

KALENDER BALI

Translate

 
Support : OM Santi-Santi-Santi OM by Blogger
Terbit Tahun © 2014. BALINUSE
TERIMA KASIH by All Right ON SUARA BALAM