(Acara Agama Hindu)
HARI RAYA SARASWATI
Komang Alit Purwasih
I Wayan Tarna
Ni Wayan Sastra Dewi
Dosen
Pembimbing: Dra.AA.Oka Puspa, M.Fil.H
SEKOLAH
TINGGI AGAMA HINDU DHARMA NUSANTARA
JAKARTA
2014/2015
KATA
PENGANTAR
Om
svastyastu
Puji dan syukur kita
panjatkan kehadiran Hyang Widi atas Asung Waranugraha yang telah diberikan
kepada kita semua. Penyusun sangat bersyukur kepada-Nya karena dalam penulisan
makalah ini dapat berjalan lancar dan selesai tepat pada waktunya. Dalam
makalah ini sengaja saya mengangkat judul Makna
Hari Raya Saraswati.
Di
Indonesia khususnya di Bali, perayaan ini sudah amat terkenal di kalangan umat
Hindu. Tetapi belum begitu banyak yang memahami apa makna dan inti perayaan
suci ini. Karena tradisi atau upacara ini berasal dai warisan nenek moyang dan
adat secara turun-temurun. Kita hanya meneruskan saja tradisi ini, dan kurang
memahami apa makna dan inti yang sebenarnya. Maka dari itu, kami akan mengulas
kembali makna Hari Raya Saraswati bagi umat Hindu.
Dengan
kerendahan hati kami mengucapkan terima kasih terhadap semua pihak yang telah
membantu. Jika dalam penulisan makalah ini ada kesalahan, kami mohon maaf yang
setulus-tulusnya, karena kesalahan ini bukan disengaja, tetapi karena
ketidaktahuan dan kekurangan dari kami.
Om Santih, Santih, Santih Om
Jakarta,17 Oktober 2014
Penyusun
DARTAR ISI
Judul i
|
||
Kata
Pengantar ii
|
||
Daftar
Isi
iii
|
||
BAB I
|
PENDAHULUAN
|
|
1.1 Latar Belakang
|
1
|
|
1.2 Rumusan Masalah
|
2
|
|
1.3 Tujuan Penulisan
|
2
|
|
BAB II
|
PEMBAHASAN
|
|
2.1 Pengertian Hari Raya Saraswati
|
4
|
|
2.2 Makna Perayaan Hari Raya Saraswati
|
5
|
|
2.3 Dewi Saraswati Adalah Dewa Brahma
|
5
|
|
2.4
Makna dan Simbol Dewi Saraswati
|
6
|
|
BAB
III
|
PENUTUP
|
8
|
3.1 Kesimpulan
|
8
|
|
3.2 Saran
|
8
|
|
3.4 Daftar Pustaka
|
9
|
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Berbagai
kasus yang tidak sejalan dengan etika, moralitas, sopan santun atau perilaku
yang menunjukkan rendahnya karakter telah sedemikian marak dalam masyarakat.
Lebih memprihatinkan lagi, perilaku itu tidak sedikit ditunjukkan oleh orang-orang yang terdidik namun kurang
beragama. Ini membuktikan bahwa pendidikan saja, kurang berhasil dalam
membentuk watak (karakter) yang terpuji.
Beranjak
dari permasalahan itulah, perlu adanya media inisiasi untuk meningkatan
karakter yang sejatinya sudah terbentuk namun belum dioptimalkan. Hari Raya
Saraswati sebagai momentum turunnya ilmu pengetahuan yang menjadi penerang
hidup manusia didunia sudah sepatutnya dimaknai untuk membebaskan diri dari
avidya (kebodohan) dengan vidya dan menuju pencerahan. Berbagai media telah
digunakan untuk membentuk karakter bangsa, namun sekali lagi, media yang mampu
membentuk karakter dengan tetap mempertahankan etika serta moral yang baik dari
setiap generasi adalah agama. Dalam makalah ini, penyaji berusaha untuk
mengungkap apa sebenarnya makna perayaan Hari Raya Saraswati dalam
implementasinya terhadap karakter dan budaya bangsa.
Di
Indonesia khususnya di Bali, perayaan ini sudah amat terkenal di kalangan umat
Hindu. Tetapi belum begitu banyak yang memahami apa makna dan inti perayaan
suci ini. Karena tradisi atau upacara ini berasal dari warisan nenek moyang dan
adat secara turun-temurun. Kita hanya meneruskan saja tradisi ini, dan kurang
memahami apa makna dan inti yang sebenarnya. Hari raya Saraswati adalah hari
raya turunnya ilmu pengetahuan (vidya)
dan Tuhan Yang Maha Esa melalui sinar suci-Nya Dewi Saraswati. Pada hari ini
adalah waktu yang sangat baik dan tepat untuk memohon kepada Tuhan Yang Maha
Esa agar dianugrahkan vidya (ilmu
pengetahuan) dan kecerdasan, sehingga kita akan terbebas dari avidya (kebodohan) dan menuju ke pencerahan
atau kebahagiaan abadi[1].
1.2
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas maka ada beberapa rumasan masalah yang akan kami bahas
yaitu,
1. Apakah yang dimaksud hari raya Saraswati?
2. Apakah makna perayaan hari raya Saraswati?
3. Siapakah Dewi Saraswati itu?
4. Apakah makna dari symbol-simbol Saraswati ?
1.3
Tujuan
Penulisan
Makalah
ini bertujuan untuk membangun karakter masyarakat agar memahami makna dan inti
perayaan hari raya saraswati. Tradisi ini sudah dilkukan sejak lama. Kita hanya meneruskan saja tradisi ini, dan kurang
memahami apa makna dan inti yang sebenarnya. Hari Raya Saraswati ini sebagai
salah satu bagian dari Hari Raya besar di Bali. Dimana pengetahuan menjadi tema
yang utama dalam Hari Raya ini.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Hari Raya Saraswati
Hari
Raya Saraswati adalah perayaan hari diturunkannya ilmu pengetahuan (vidya) dan
Tuhan Yang Maha Esa melalui sinar suci-Nya Dewi Saraswati. Pada hari ini adalah
waktu yang sangat baik dan tepat untuk memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa agar
dianugrahkan vidya (ilmu pengetahuan)
dan kecerdasan, sehingga kita akan terbebas dari avidya (kebodohan) dan menuju ke pencerahan atau kebahagiaan
abadi.
Di
Bali perayaan Saraswati sering disebut piodalan buku, lontar dan sastra agama
yang dianggap sebagai sumber ilmu pengetahuan. Ada juga menyebutkan sebagai
hari untuk melakukan puja saraswati. Setelah kita melakukan Hari Saraswati,
besok harinya pada Redita Paing Sinta, yang disebut dengan hari Raya
Banyupinaruh. Pada hari suci Saraswati dan Banyupinaruh, umat mempersembahkan
banten nistha, Madhya, dan utama sebagai berikut :
1. Nistha,
bantenya terdiri dari suci, pras, daksina, penek ajuman, sesayut saraswati,
banten saraswati, banten segara gunung dan sodaan putih kuning dengan telur
daging guling itik ( bebek).
2. Madhya, bantenya terdiri dari banten nistha diatas,
ditambahkan daksina pngadengan, pesucian, rantasan payasan lengkap, canang
yasa, mohon tirta pada sanghyang surya candra serta air kumkuman, banten ayaban,prayascitta,
durmanggala, bayuan ,air kumkuman, perangkatan putih kuning dan rerujakan.
3. Utama. Upakara banten yang diperlukan antara lain
mendirikan Sanggar Tutuan dengan persembahan suci muka, daksina gede serba empat dan catur
rebah dengan perlengkpannya. Banten ini juga dilengkapi penek beras seperempat
( dewa dewi ) dengan daging itik. Dibawah Tutuan, dipersembahkan babangkit
dengan guling bebek, sesayut tujuh jenis , prayascitta luwih, tumpeg guru satu
buah dan pula gembal satu unit. Keesokan harinya( Banyupinaruh), umat
mempersembahkan suci dua buah, banten saraswati di sanggar tutuan dilengkapai
dengan nasi pradnyan. Pada hari ini juga dipersiapkan tataban untuk diri
sendiri, terdiri dari sasayut lima jenis, yaitu sasayut sidapurna, sesayut
dirgayusa, sesayut pagehurip, sesayut durmanggala, sesayut atma rawuh dan
sesatut yoga siddha. Sesayut ini dipersembahkan diatas tempat tidur. Semua
banten ini kemudian ditatab.
Hari Saraswati mendapat perhatian
istimewa bagi umat Hindu di Bali, apalagi bagi masyarakat kalangan anak-anak
muda. Umat merayakanya dengan mempersembahkan banten atau sesajen kepada Hyang
Widi dalam manifestasinya sebagai Sang Hyang Aji saraswati. Setelah itu
dilanjutkan dengan melakukan persembahyangan di pura, pemerajan dan tempat-tempat
suci lainnya. Kalau di rumah biasanya persembahyangan dilakukan di depan
buku-buku, lontar atau sumber pustaka yang ditumpuk sedemikian rupa menyerupai
gunung atau bangunan candi. Sumber-sumber pustaka yang ditulis dengan aksara
ini kemudian dibuatkan banten, diupacarai. Yang menarik dan beda dengan
hari-hari suci Hindu lainnya, banten yang dipersembahkan saat Saraswati adalah
banten khusus yang disamakan banten Saraswati sama dengan nama hari sucinya.
Hari Saraswati adalah hari raya untuk Memuja
Hyang Widhi ( Tuhan Yang Maha Esa ) dalam manifestasinya dan kekuataannya
menciptakan ilmu pengetahuan dan ilmu kesucian. Hari Raya Saraswati merupakan
piodalan Sang Aji Saraswati atau turunnya weda yang dirayakan setiap Wuku Sabtu
Umanis Wuku Watugunung, yang jatuhnya setiap 210 hari sekali. Kekuatan Hyang
Widhi dalam manifestasi-Nya menurunkan ilmu pengetahuan yang dilambangkan
dengan seorang “ Dewi”. Dewi Saraswati merupakan Dewi Ilmu Pengetahuan Suci,
karena itu bagi para arif bijaksana, pelajar dan kaum cendekiawan, saraswati
ini merupakan hari penting untuk memuja kebesaran Hyang Widhi atas segala ilmu
pengetahuan suci yang telah dianugrahkan itu[2].
2.2 Makna Perayaan Hari Raya Saraswati
Dari perayaan ini kita dapat
mengambil hik-mahnya Hari Raya Saraswati yaitu, kita harus bersyukur kepada
Hyang Widhi atas kemurahan-Nya yang telah menganugrahkan vidya (ilmu
pengetahuan) dan kecerdasan kepada kita semua. Dengan vidya kita harus terbebas
dari avidya (kebodohan) dan menuju ke pencerahan, kebenaran sejati (sat) dan
kebahagiaan abadi. Selama ini secara spiritual kita masih tertidur lelap dan
diselimuti oleh sang maya (ketidak-benaran) dan avidyam (kebodohan). Dengan
vidya ini mari kita berusaha untuk melek/eling/bangun dan tidur kita, hilangkan
selimut maya, sadarilah bahwa kita adalah atma, dan akhirnya tercapailah
nirwana. Kita belajar dari angsa untuk menjadi orang yang lebih bijaksana.
Angsa bisa menyaring air, memisahkan makanan dan kotoran walaupun di air yang
keruh/kotor atau lumpur. Juga jadilah orang baik, seperti burung merak yang
berbulu cantik, indah dan cemerlang walaupun hidupnya di hutan. Kita masih
memerlukan/mempelajari ilmu pengetahuan dan sains yang sekuler, tetapi harus
diimbangi dengan ilmu spiritual dengan peng-hayatan dan bhakti yang tulus. Laksanakan
Puja/sembahyang sesuai dengan kepercayaannya masing-masing secara sederhana
dengan bhakti yang tulus/ihlas, bisa dirumah, kuil, atau pura dan lain-lain[3].
2.3 Dewi Saraswati Adalah Dewa Brahma
Dewi Saraswati adalah Shakti (pedamping)
dari Dewa Brahma. Semenjak jaman permulaan Beliau sudah dianggap sebagai
bundanya alam semesta dan segala penciptaan ini. Karena Beliaulah yang mendapat
tugas khusus dan Dewa Brahma/Sang Pencipta untuk mencipta dan merancang semua
cip-taan ini.
Kata
“Saraswati: berasal dari ‘Sara’ yang
berarti “Dia yang memberi essensi/arti”, ‘Swa’
berarti ‘diri sendiri’,dan ‘Thi,
berarti: ‘dia yang mengetahui’. “Sarasvati” juga berarti “yang mengalir”, di
dalam Rig Weda beliau digambarkan sebagai sebuah sungai yang senantiasa
mengalir, beliau memberi kesuburan setiap kandungan wanita dan juga kesuciaan
bagi semua pemujanya. Oleh karena itu di India terdapat tiga sungai suci,
yaitu: Gangga, Yamuna, dan Saraswati, yang selalu di puja dan dihormati. Nama-nama
lain dari Dewi Saraswati adalah: Sarada (Pemberi arti), Vagiswari (Guru tutur
bahasa), Brahmi (Pendamping Brahma), Mahavidya (ilmu yang maha tinggi). Beliau
adalah personifikasi dari semua bentuk vidya (ilmu), seni, culture, literature,
sains, musik, keterampilan, ukir, pahat, patung dan lain-lain.
2.4 Makna dan Simbol Dewi Saraswati
Dewi
Saraswati merupakan sakti Brahma(manifestasinya Hyang Widhi dalam hal
mencipta), yang mempunyai kekuatan yang luar biasa dalam bidang ilmu
pengetahuan. Dari ilmu pengetahuan inilah timbul ciptaan-ciptaan baru yang ada
didunia, tanpa ilmu pengetahuan manusia tidak mungkin dapat menciptakan yang
baru. Dewi Saraswati ini dilukiskan Dewi yang sangat cantik dan bertangan empat
yang masing-masing memegang Genitri , kropak, Wina dan Teratai serta
didekatnya, terdapat burung merak dan angsa. Semua lukisan (lambang) di atas
merupakan suatu simbol yang masing-masing memiliki makna :
a. Dewi
( wanita cantik ), ialah sebagai lambang bahwa sifat dari ilmu pengetahuan itu
sangat mulia, lemah lembut, indah dan menarik.
b. Genitri ialah lambang dari sifat kekekalan ilmu
pengetahuan itu, tidak terbatas dan tidak akan ada akhirnya serta tidak akan
habis untuk dipelajari.
c. Kropak ialah lambang dari sumber ilmu pengetahuan.
d. Wina ialah lambang bahwa ilmu pengetahuan itu sangat
mempengaruhi rasa yang sangat halus ( lambang seni budaya yang agung).
e. Teratai melambangkan kesucian Hyang Widhi dan
merupakan simbul dari ilmu pengetahuan itu sangat suci.
f. Merak ialah lambang sifat ilmu pengetahuan itu
memberikan suatu kewibawaan kepada orang yang telah menguasaianya.
g. Angsa ialah lambang bahwa ilmu pengetahuan itu sangat
bijaksana untuk membedakan antara yang baik dan buruk.
Secara
Tradisional. Hari Saraswati dirayakan pada waktu pagi hari dipura atau
ditempat-tempat suci Hindu lainnya. Pada saat itu, semua yang mengandung sumber
ilmu pengetahuan, baik kitab suci,
buku-buku umum maupun lontar-lontar dipasupati dan dibuatkan banten saraswati
untuk mohon anugerah dari Hyang Widhi.
Pada
Hari Saraswati ini diadakan persembahyangan bersama dan para bijaksana biasanya
melakukan tapa, brata , yoga dan Samadhi, yang kadang-kadang dilengkapin dengan
monabrata yaitu tidak berbicara. Sedangkan malam harinya diadakan malam sastra
dan seni. Hal ini bertujuan untuk menghormati dan mengagungkan Hyang Widhi dan
memohon anugrahnya, serta meneliti dan mengkaji secara teliti, sejauh mana kita
mampu menjalankan ajaran suci dan ilmu pengetahuan itu dalam kehidupan
sehari-hari.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hari Raya
Saraswati adalah perayaan hari diturunkannya ilmu pengetahuan (vidya) dan Tuhan
Yang Maha Esa melalui sinar suci-Nya Dewi Saraswati. Dari perayaan ini kita dapat
mengambil hik-mahnya Hari Raya Saraswati yaitu, kita harus bersyukur kepada
Hyang Widhi atas kemurahan-Nya yang telah menganugrahkan vidya (ilmu
pengetahuan) dan kecerdasan kepada kita semua. Kita belajar dari angsa untuk jadi orang yang lebih
bijaksana.
3.2
Saran
Masyarakat Hindu, khususnya di Bali merayakan Hari
Raya Saraswati setiap 6 bulan (210) hari sekali. Namun, masyarakat Hindu belum
memahami makna dan arti dari perayaan Hari Raya Saraswati tersebut. Karena hal
tersebut merupakan warisan tradisi dari nenek moyang atau leluhurnya orang
dulu. Terkait hal itu, kita sebagai generasi Hindu muda harus memahami arti
dari parayaan Hari Raya Saraswati .
DAFTAR
PUSTAKA
·
Sudharta
dan Ida Bagus Oka. 2005. Upadesa (Tentang Ajaran-Ajaran Agama Hindu):
Paramita-surabaya
·
Ida Bagus Supriadi, I Wayan Mirta Astawa dan I
Wayan Sujana. 2004. Buku Pelajaran Agama Hindu (Untuk Kelas IV SD):
Paramita-Surabaya.
·
I
Gede Rudia Adiputra, I Nengah Sudipta dan Ni Kompiang Sri Erawati. 2004. Dasar-
Dasar Agama Hindu. Lestari Karya Mega-Jakarta.
No comments:
Post a Comment