Friday, October 17, 2014

Makna Hari Raya Saraswati



(Acara Agama Hindu)
HARI RAYA SARASWATI
Oleh Kelompok :
Komang Alit Purwasih
I Wayan Tarna
Ni Wayan Sastra Dewi
Dosen Pembimbing: Dra.AA.Oka Puspa, M.Fil.H


SEKOLAH TINGGI AGAMA HINDU DHARMA NUSANTARA
JAKARTA
2014/2015



KATA PENGANTAR

Om svastyastu
Puji dan syukur kita panjatkan kehadiran Hyang Widi atas Asung Waranugraha yang telah diberikan kepada kita semua. Penyusun sangat bersyukur kepada-Nya karena dalam penulisan makalah ini dapat berjalan lancar dan selesai tepat pada waktunya. Dalam makalah ini sengaja saya mengangkat judul Makna Hari Raya Saraswati.
Di Indonesia khususnya di Bali, perayaan ini sudah amat terkenal di kalangan umat Hindu. Tetapi belum begitu banyak yang memahami apa makna dan inti perayaan suci ini. Karena tradisi atau upacara ini berasal dai warisan nenek moyang dan adat secara turun-temurun. Kita hanya meneruskan saja tradisi ini, dan kurang memahami apa makna dan inti yang sebenarnya. Maka dari itu, kami akan mengulas kembali makna Hari Raya Saraswati bagi umat Hindu.
Dengan kerendahan hati kami mengucapkan terima kasih terhadap semua pihak yang telah membantu. Jika dalam penulisan makalah ini ada kesalahan, kami mohon maaf yang setulus-tulusnya, karena kesalahan ini bukan disengaja, tetapi karena ketidaktahuan dan kekurangan dari kami.
 Om Santih, Santih, Santih Om



                                                                     Jakarta,17 Oktober 2014

                                                                                           Penyusun




DARTAR ISI

Judul                                                                                                 i
Kata Pengantar                                                                               ii
Daftar Isi                                                                                         iii
BAB I
PENDAHULUAN
1

1.1 Latar Belakang
1

1.2 Rumusan Masalah
2

1.3 Tujuan Penulisan
2



BAB II
PEMBAHASAN


2.1 Pengertian Hari Raya Saraswati

4

2.2 Makna Perayaan Hari Raya Saraswati

5

2.3 Dewi Saraswati Adalah Dewa Brahma

5

2.4 Makna dan Simbol Dewi Saraswati
6
BAB III
PENUTUP
8

3.1 Kesimpulan
8

3.2 Saran
8

3.4 Daftar Pustaka
9



BAB I
PENDAHULUAN

1.1   Latar Belakang
Berbagai kasus yang tidak sejalan dengan etika, moralitas, sopan santun atau perilaku yang menunjukkan rendahnya karakter telah sedemikian marak dalam masyarakat. Lebih memprihatinkan lagi, perilaku itu tidak sedikit ditunjukkan oleh  orang-orang yang terdidik namun kurang beragama. Ini membuktikan bahwa pendidikan saja, kurang berhasil dalam membentuk watak (karakter) yang terpuji.
Beranjak dari permasalahan itulah, perlu adanya media inisiasi untuk meningkatan karakter yang sejatinya sudah terbentuk namun belum dioptimalkan. Hari Raya Saraswati sebagai momentum turunnya ilmu pengetahuan yang menjadi penerang hidup manusia didunia sudah sepatutnya dimaknai untuk membebaskan diri dari avidya (kebodohan) dengan vidya dan menuju pencerahan. Berbagai media telah digunakan untuk membentuk karakter bangsa, namun sekali lagi, media yang mampu membentuk karakter dengan tetap mempertahankan etika serta moral yang baik dari setiap generasi adalah agama. Dalam makalah ini, penyaji berusaha untuk mengungkap apa sebenarnya makna perayaan Hari Raya Saraswati dalam implementasinya terhadap karakter dan budaya bangsa.
Di Indonesia khususnya di Bali, perayaan ini sudah amat terkenal di kalangan umat Hindu. Tetapi belum begitu banyak yang memahami apa makna dan inti perayaan suci ini. Karena tradisi atau upacara ini berasal dari warisan nenek moyang dan adat secara turun-temurun. Kita hanya meneruskan saja tradisi ini, dan kurang memahami apa makna dan inti yang sebenarnya. Hari raya Saraswati adalah hari raya turunnya ilmu pengetahuan (vidya) dan Tuhan Yang Maha Esa melalui sinar suci-Nya Dewi Saraswati. Pada hari ini adalah waktu yang sangat baik dan tepat untuk memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa agar dianugrahkan vidya (ilmu pengetahuan) dan kecerdasan, sehingga kita akan terbebas dari avidya (kebodohan) dan menuju ke pencerahan atau kebahagiaan abadi[1].

1.2   Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka ada beberapa rumasan masalah yang akan kami bahas yaitu,
1.      Apakah yang dimaksud hari raya Saraswati?
2.      Apakah makna perayaan hari raya Saraswati?
3.      Siapakah Dewi Saraswati itu?
4.      Apakah makna dari symbol-simbol Saraswati ?

1.3   Tujuan Penulisan
Makalah ini bertujuan untuk membangun karakter masyarakat agar memahami makna dan inti perayaan hari raya saraswati. Tradisi ini sudah dilkukan sejak lama. Kita hanya meneruskan saja tradisi ini, dan kurang memahami apa makna dan inti yang sebenarnya. Hari Raya Saraswati ini sebagai salah satu bagian dari Hari Raya besar di Bali. Dimana pengetahuan menjadi tema yang utama dalam Hari Raya ini.




BAB II
PEMBAHASAN
  
2.1 Pengertian Hari Raya Saraswati
            Hari Raya Saraswati adalah perayaan hari diturunkannya ilmu pengetahuan (vidya) dan Tuhan Yang Maha Esa melalui sinar suci-Nya Dewi Saraswati. Pada hari ini adalah waktu yang sangat baik dan tepat untuk memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa agar dianugrahkan vidya (ilmu pengetahuan) dan kecerdasan, sehingga kita akan terbebas dari avidya (kebodohan) dan menuju ke pencerahan atau kebahagiaan abadi.
Di Bali perayaan Saraswati sering disebut piodalan buku, lontar dan sastra agama yang dianggap sebagai sumber ilmu pengetahuan. Ada juga menyebutkan sebagai hari untuk melakukan puja saraswati. Setelah kita melakukan Hari Saraswati, besok harinya pada Redita Paing Sinta, yang disebut dengan hari Raya Banyupinaruh. Pada hari suci Saraswati dan Banyupinaruh, umat mempersembahkan banten nistha, Madhya, dan utama sebagai berikut :
1.      Nistha, bantenya terdiri dari suci, pras, daksina, penek ajuman, sesayut saraswati, banten saraswati, banten segara gunung dan sodaan putih kuning dengan telur daging guling itik ( bebek).
2.      Madhya, bantenya terdiri dari banten nistha diatas, ditambahkan daksina pngadengan, pesucian, rantasan payasan lengkap, canang yasa, mohon tirta pada sanghyang surya candra serta air kumkuman, banten ayaban,prayascitta, durmanggala, bayuan ,air kumkuman, perangkatan putih kuning dan rerujakan.
3.      Utama. Upakara banten yang diperlukan antara lain mendirikan Sanggar Tutuan dengan persembahan suci  muka, daksina gede serba empat dan catur rebah dengan perlengkpannya. Banten ini juga dilengkapi penek beras seperempat ( dewa dewi ) dengan daging itik. Dibawah Tutuan, dipersembahkan babangkit dengan guling bebek, sesayut tujuh jenis , prayascitta luwih, tumpeg guru satu buah dan pula gembal satu unit. Keesokan harinya( Banyupinaruh), umat mempersembahkan suci dua buah, banten saraswati di sanggar tutuan dilengkapai dengan nasi pradnyan. Pada hari ini juga dipersiapkan tataban untuk diri sendiri, terdiri dari sasayut lima jenis, yaitu sasayut sidapurna, sesayut dirgayusa, sesayut pagehurip, sesayut durmanggala, sesayut atma rawuh dan sesatut yoga siddha. Sesayut ini dipersembahkan diatas tempat tidur. Semua banten ini kemudian ditatab.
Hari Saraswati mendapat perhatian istimewa bagi umat Hindu di Bali, apalagi bagi masyarakat kalangan anak-anak muda. Umat merayakanya dengan mempersembahkan banten atau sesajen kepada Hyang Widi dalam manifestasinya sebagai Sang Hyang Aji saraswati. Setelah itu dilanjutkan dengan melakukan persembahyangan di pura, pemerajan dan tempat-tempat suci lainnya. Kalau di rumah biasanya persembahyangan dilakukan di depan buku-buku, lontar atau sumber pustaka yang ditumpuk sedemikian rupa menyerupai gunung atau bangunan candi. Sumber-sumber pustaka yang ditulis dengan aksara ini kemudian dibuatkan banten, diupacarai. Yang menarik dan beda dengan hari-hari suci Hindu lainnya, banten yang dipersembahkan saat Saraswati adalah banten khusus yang disamakan banten Saraswati sama dengan nama hari sucinya.
 Hari Saraswati adalah hari raya untuk Memuja Hyang Widhi ( Tuhan Yang Maha Esa ) dalam manifestasinya dan kekuataannya menciptakan ilmu pengetahuan dan ilmu kesucian. Hari Raya Saraswati merupakan piodalan Sang Aji Saraswati atau turunnya weda yang dirayakan setiap Wuku Sabtu Umanis Wuku Watugunung, yang jatuhnya setiap 210 hari sekali. Kekuatan Hyang Widhi dalam manifestasi-Nya menurunkan ilmu pengetahuan yang dilambangkan dengan seorang “ Dewi”. Dewi Saraswati merupakan Dewi Ilmu Pengetahuan Suci, karena itu bagi para arif bijaksana, pelajar dan kaum cendekiawan, saraswati ini merupakan hari penting untuk memuja kebesaran Hyang Widhi atas segala ilmu pengetahuan suci yang telah dianugrahkan itu[2].
2.2 Makna Perayaan Hari Raya Saraswati

            Dari perayaan ini kita dapat mengambil hik-mahnya Hari Raya Saraswati yaitu, kita harus bersyukur kepada Hyang Widhi atas kemurahan-Nya yang telah menganugrahkan vidya (ilmu pengetahuan) dan kecerdasan kepada kita semua. Dengan vidya kita harus terbebas dari avidya (kebodohan) dan menuju ke pencerahan, kebenaran sejati (sat) dan kebahagiaan abadi. Selama ini secara spiritual kita masih tertidur lelap dan diselimuti oleh sang maya (ketidak-benaran) dan avidyam (kebodohan). Dengan vidya ini mari kita berusaha untuk melek/eling/bangun dan tidur kita, hilangkan selimut maya, sadarilah bahwa kita adalah atma, dan akhirnya tercapailah nirwana. Kita belajar dari angsa untuk menjadi orang yang lebih bijaksana. Angsa bisa menyaring air, memisahkan makanan dan kotoran walaupun di air yang keruh/kotor atau lumpur. Juga jadilah orang baik, seperti burung merak yang berbulu cantik, indah dan cemerlang walaupun hidupnya di hutan. Kita masih memerlukan/mempelajari ilmu pengetahuan dan sains yang sekuler, tetapi harus diimbangi dengan ilmu spiritual dengan peng-hayatan dan bhakti yang tulus. Laksanakan Puja/sembahyang sesuai dengan kepercayaannya masing-masing secara sederhana dengan bhakti yang tulus/ihlas, bisa dirumah, kuil, atau pura dan lain-lain[3].
2.3 Dewi Saraswati Adalah Dewa Brahma

            Dewi Saraswati adalah Shakti (pedamping) dari Dewa Brahma. Semenjak jaman permulaan Beliau sudah dianggap sebagai bundanya alam semesta dan segala penciptaan ini. Karena Beliaulah yang mendapat tugas khusus dan Dewa Brahma/Sang Pencipta untuk mencipta dan merancang semua cip-taan ini.
Kata “Saraswati: berasal dari ‘Sara’ yang berarti “Dia yang memberi essensi/arti”, ‘Swa’ berarti ‘diri sendiri’,dan ‘Thi, berarti: ‘dia yang mengetahui’. “Sarasvati” juga berarti “yang mengalir”, di dalam Rig Weda beliau digambarkan sebagai sebuah sungai yang senantiasa mengalir, beliau memberi kesuburan setiap kandungan wanita dan juga kesuciaan bagi semua pemujanya. Oleh karena itu di India terdapat tiga sungai suci, yaitu: Gangga, Yamuna, dan Saraswati, yang selalu di puja dan dihormati. Nama-nama lain dari Dewi Saraswati adalah: Sarada (Pemberi arti), Vagiswari (Guru tutur bahasa), Brahmi (Pendamping Brahma), Mahavidya (ilmu yang maha tinggi). Beliau adalah personifikasi dari semua bentuk vidya (ilmu), seni, culture, literature, sains, musik, keterampilan, ukir, pahat, patung dan lain-lain.
2.4 Makna dan Simbol Dewi Saraswati      

Dewi Saraswati merupakan sakti Brahma(manifestasinya Hyang Widhi dalam hal mencipta), yang mempunyai kekuatan yang luar biasa dalam bidang ilmu pengetahuan. Dari ilmu pengetahuan inilah timbul ciptaan-ciptaan baru yang ada didunia, tanpa ilmu pengetahuan manusia tidak mungkin dapat menciptakan yang baru. Dewi Saraswati ini dilukiskan Dewi yang sangat cantik dan bertangan empat yang masing-masing memegang Genitri , kropak, Wina dan Teratai serta didekatnya, terdapat burung merak dan angsa. Semua lukisan (lambang) di atas merupakan suatu simbol yang masing-masing memiliki makna :
a.       Dewi ( wanita cantik ), ialah sebagai lambang bahwa sifat dari ilmu pengetahuan itu sangat mulia, lemah lembut, indah dan menarik.
b.      Genitri ialah lambang dari sifat kekekalan ilmu pengetahuan itu, tidak terbatas dan tidak akan ada akhirnya serta tidak akan habis untuk dipelajari.
c.       Kropak ialah lambang dari sumber ilmu pengetahuan.
d.      Wina ialah lambang bahwa ilmu pengetahuan itu sangat mempengaruhi rasa yang sangat halus ( lambang seni budaya yang agung).
e.       Teratai melambangkan kesucian Hyang Widhi dan merupakan simbul dari ilmu pengetahuan itu sangat suci.
f.       Merak ialah lambang sifat ilmu pengetahuan itu memberikan suatu kewibawaan kepada orang yang telah menguasaianya.
g.      Angsa ialah lambang bahwa ilmu pengetahuan itu sangat bijaksana untuk membedakan antara yang baik dan buruk.
Secara Tradisional. Hari Saraswati dirayakan pada waktu pagi hari dipura atau ditempat-tempat suci Hindu lainnya. Pada saat itu, semua yang mengandung sumber ilmu pengetahuan,  baik kitab suci, buku-buku umum maupun lontar-lontar dipasupati dan dibuatkan banten saraswati untuk mohon anugerah dari Hyang Widhi.
Pada Hari Saraswati ini diadakan persembahyangan bersama dan para bijaksana biasanya melakukan tapa, brata , yoga dan Samadhi, yang kadang-kadang dilengkapin dengan monabrata yaitu tidak berbicara. Sedangkan malam harinya diadakan malam sastra dan seni. Hal ini bertujuan untuk menghormati dan mengagungkan Hyang Widhi dan memohon anugrahnya, serta meneliti dan mengkaji secara teliti, sejauh mana kita mampu menjalankan ajaran suci dan ilmu pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari.




BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Hari Raya Saraswati adalah perayaan hari diturunkannya ilmu pengetahuan (vidya) dan Tuhan Yang Maha Esa melalui sinar suci-Nya Dewi Saraswati. Dari perayaan ini kita dapat mengambil hik-mahnya Hari Raya Saraswati yaitu, kita harus bersyukur kepada Hyang Widhi atas kemurahan-Nya yang telah menganugrahkan vidya (ilmu pengetahuan) dan kecerdasan kepada kita semua. Kita belajar dari angsa untuk jadi orang yang lebih bijaksana.

3.2 Saran
Masyarakat Hindu, khususnya di Bali merayakan Hari Raya Saraswati setiap 6 bulan (210) hari sekali. Namun, masyarakat Hindu belum memahami makna dan arti dari perayaan Hari Raya Saraswati tersebut. Karena hal tersebut merupakan warisan tradisi dari nenek moyang atau leluhurnya orang dulu. Terkait hal itu, kita sebagai generasi Hindu muda harus memahami arti dari parayaan Hari Raya Saraswati .





DAFTAR PUSTAKA


·         Sudharta dan Ida Bagus Oka. 2005. Upadesa (Tentang Ajaran-Ajaran Agama Hindu): Paramita-surabaya
·         Ida  Bagus Supriadi, I Wayan Mirta Astawa dan I Wayan Sujana. 2004. Buku Pelajaran Agama Hindu (Untuk Kelas IV SD): Paramita-Surabaya.
·         I Gede Rudia Adiputra, I Nengah Sudipta dan Ni Kompiang Sri Erawati. 2004. Dasar- Dasar Agama Hindu. Lestari Karya Mega-Jakarta.



[1] Tjok Rai Sudharta, Upadesa (Paramita,Surabaya), hlm 37
[2] Ibid, hlm 39
[3] Ida Bagus Supriadi, Buku Pelajaran Agama Hindu(Paramita-Surabaya),hlm 67

No comments:

Post a Comment