Monday, December 8, 2014

MAKNA BIJA BAGI UMAT HINDU



Setiap hari raya agama hindu, umat hindu pasti melakukan persembahyangan di pura. Kita semua sudah mengetahui di akhirr persembahyangan umat hindu akan dibagikan tirta dan bija. namun fakta menunjukan bahwa sebagian besar umat hindu belum memahami makna dari tirta dan bija tersebut. Banyak  orang yang pasti bertanya-tanya kalau nunas bija berapa sebaiknya dan dimana sebenarnya meletakan bija yang baik dalam sembahyang sesuai dengan aturan tatva, karena banyak cara dan bagaimana yang paling benar?pertanyaan ini sangat baik sekali. mengandung filosofis tetapi juga praktis. Hal -hal seperti ini memang baik ditanyakan karena manfaatnya besar dalam kehidupan sehari-hari. 
BIJA sebaiknya dari beras yang uruh, tidak pecah atau terpotong. alasan ilmiahnya, beras yang pecah atau terpotong tidak akan bisa tumbuh. Nunas bija dimaksudkan untuk menanam dan menumbuhkan sifat kedewataan dalam setiap orang. Tempat menanamnya juga tidak sembarangan. Idaratnya menanam biji jagung di atas batu atau tanah gersang sulit sekali tumbuh. Oleh karena itu, tempat menaruh bija di badan manusia ada aturannya. Di dalam tubuh atau didaerah tertentu yang peka terhadap rangsangan atau sentuhan dari luar.
Contoh rangsangan suara, daun dan lubang telingalah yang paling peka menerimanya. Kulit adalah untuk menerimah sentuhan. Lalu kalau bija dimana sebaiknya ditaruh agar mudah tumbuh dan berkembang sifat kedewataan kita?
Ada lima titik peka untuk menerima rangsangan kedewataan yang disebut Panca Adisesa yakni titik-titik berikut ini.
1.      Di pusar yang disebut titik manipura cakra.
2.      Di hulu hati (padma hrdaya) zat ketuhanan diyakini paling terkonsentrasi di dalam bagian padma hrdaya ini (hati berbentuk bunga tunjung atau padma). Titik kedewataan ni disebut Hana hatta cakra.
3.      Di leher, diluar kerongkongan atau tenggorokan yang disebut wisuda cakra.
4.      Di dalam mulut atau langit-langit.
5.      Di antara dua alis mata yang disebut anjacakra.sebenarnya letaknya yang lebih tepat, sedikit diatas, diantara dua alis mata itu.
Pada waktu sembahyang, karena kita berpakaian lengkap, tentu agak sulit menaruh bija pada titik pusar (manipura cakra) . untuk lebih praktisnya agar tidak membuka baju atau kain, cukuplah tiga titik kedewataan yang letaknya terbuka saja yakni pada(1) anja cakra , sedikit diatas dua alis mata; (2) di mulut, langsung ditelan jangan digigit atau dikunyah. Alasannya seperti tadi kalau dikunyah beras itu akan patah dan akhirnya tak tumbuh berkembang sifat kedewataan manusia; dan (3) di leher, di wisuda cakra.
Didalam kenyataannya, banyak orang belum tahu tempat kedewataan itu  sehingga menaruh bija di tempat yang kurang  peka. Tentu saja akan agak sulit menggelitik sifat kedewataan atau tuhan yang ada dalam diri manusia. Umpanya di taruh diatas pelipis, sebelah luar atas alis kanan dan kiri. Ada pula juga menaruh pada pangkal di telingah bagian luar. Lebih aneh lagi sisa bija yang agak banyak itu dihamburkan di atas kepala sehingga memenuhi rambut. Jelas – jelas ini berlebihan dan kurang ekonomis .
Jumlah bija yang mesti ditaruh diketiga titik ketuhanan itu sebaiknya berjumlah kelipatan tiga kerena angka tiga itu adalah angka keramat dan mistik, umpanya tiga, enam, Sembilan dan seterusnya. Dapat dimaklumi bahwa kesempatan menghitung tiga bija pada saat itu baik si pemberi maupun penerima bija agak sulit dan risih. Dalam hal seperti itu, perkiraan jumlah, dapat digunakan jangan terlalu banyak . cukup satu jumput kecil dengan ujung jari saja diambil.

No comments:

Post a Comment