ILMU KEALAMAN DASAR
ETIKA
PENCIPTAAN MENURUT KOSMOLOGI HINDU
KELOMPOK
3
PANDE
YUNITA TENDEN
NI
NENGAH OKA TRISNAWATI
LUH
YUNIATI
NI
PUTU ALIT ARTIASA
DWI
PRAPNA WATI
KRESHNA
WIBOWO
I
MADE MERTAYASA
WAYAN TARNA
SEKOLAH
TINGGI AGAMA HINDU DHARMA NUSANTARA JAKARTA
Jl.
Daksinapati Raya No. 10, Rawamangun, Jakarta Timur.
KATA PENGANTAR
Om Swastyastu
Atas asung kertha Ida Sang Hyang Widhi Wasa,
pada akhirnya kami kelompok 3 dapat menyelesaikan makalah tentang Penciptaan
menurut Kosmologi Hindu.
Penyajian materi dalam makalah ini telah
sesuai dengan referensi yang kami dapat dalam buku-buku yang dibaca, sehingga
sesuai dengan apa yang kami inginkan.
Melalui makalah ini semoga kita sebagai
mahasiswa Hindu lebih tahu tentang evolusi atau kosmologi hindu ini. Karena
kosmologi Hindu sangat demikian luhur, sehingga kami penyusun makalah ini
sangat bahagia telah dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Kami penyusun sangat menyadari banyak
kekurangan yang terdapat dalam makalah ini, untuk itu kritik dan saran sangat
kami harapkan dari teman mahasiswa demi penyempurnaannya.
Semoga pikiran yang baik dan indah selalu
datang dari semua penjuru alam.
Om Santih, Santih, Santih Om
Penyusun
Kelompok 3
Contents
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Kosmologi Hindu
merupakan Devirat dari ilmu filsafat, sebagaimana karakter atau sifat dari ilmu
filsafat yang merupakan sumber dari semua ilmu pengetahuan, maka demikian juga
kosmologi memiliki keterkaitan dengan berbagai bidang ilmu pengetahuan.
Kosmologi berasal dari kata cosmology
yang terdiri dari kata cosmos, dan
kata logy, kata cosmos berarti jagat raya atau alam semesta, dan kata logy berarti ilmu pengetahuan. Jadi
kosmologi adalah ilmu pengetahuan tentang aalam semesta. Sedangkan kata cosmic
yang berarti berkenaan dengan alam semesta (Kamus
Kalkulator Alpa Link, Type L 628).
Sebagaimana
telah diuraikan diatas bahwa kosmologi dalam konteks umum, kosmologi merupakan
ilmu pengetahuan yang menyangkut penyelidikan, atau teori tentang asal-usul dan
perkembangan alam semesta sebagai suatu sistem yang teratur. Berbeda dengan
kosmologi umum, kosmologi Hindu menempatkan Tuhan pada posisi pertama dari alam
semesta ini.
Pemahaman
tentang perilaku macrocosmos, jagat raya atau alam semesta sebagai perilaku
semesta akan mewujudkan peradaban kasih sayang semesta sebagai gambaran sorga
di bumi yang dicita-citakan oleh setiap umat manusia yang lahir ke bumi. Moksartham jagadhita ya ca iti dharma hanya
mungkin diwujudkan melalui penghayatan terhadap persaudaraan semesta dalam
konsep kosmologi.
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa kosmologi Hindu
demikian luhurnya. Kosmologi Hindu menyangkut persaudaraan universal bagi seluruh isi alam semesta. Walaupun
demikian luhurnya wujud kosmologi Hindu itu, namun belum banyak orang, termasuk
umat Hindu sendiri belum mengetahui ajarannya secara mendalam. Untuk itu
terdapat beberapa masalah , yaitu:
·
Apakah kosmologi itu?
·
Bagaimana kosmologi Hindu itu?
·
Teori penciptaan apa saja yang
dapat menjelaskan terjadinya kosmologi Hindu?
1.3 Tujuan
Dari deskripsi singkat tentang
kosmologi Hindu di atas dapat diketahui bahwa kosmologi Hindu menganut prinsip
ideal, dan suci yaitu gagasan universal “keluarga jagat”. Adapun tujuan dari
pembuatan makalah ini, yaitu:
·
Agar mahasiswa dapat mengetahui
tentang kosmologi
·
Agar mahasiswa dapat mengetahui
tentang kosmologi Hindu
·
Agar mahasiswa dapat mengetahui
tentang teori penciptaan alam semesta
1.4 Manfaat
Dengan dibuatnya makalah ini
diharapkan akan bermanfaat bagi kita semua, yaitu:
·
Agar mahasiswa dapat mengetahui
bahwa agama Hindu terutama tentang kosmologi Hindu secara benar
·
Agar mahasiswa dapat mengetahui
dan memahami bagaimana proses serta teori penciptaan alam semesta.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
2.1 Jagat Raya atau Alam Semesta Menurut Hinduisme
2.1.1 Tuhan, Asal mula, dan unsur-unsur alam semesta
Harus
ada pengakuan yang jujur dari para
ilmuwan agama dan ilmuwan sains bahwa keduanya tidak berani menyatakan tentang
bagaimana yang sebenar-benarnya proses penciptaan alam semesta ini. Jika
memberi komentar atas kejadian masa lalu dimana pengomentarnya sendiri belum
lahir ketika alam diciptakan, maka hal itu sama dengan menghayal. Demikian pula
orang-orang sains memahami alam semesta ini hanya melalui akal saja, sedangkan
akal manusia memiliki keterbatasan (calne, 2005 : 207).
Apa
yang ditemukan oleh peneliti barat tersebut mungkin sekali mengambil inspirasi
dari konsep yuga atau zaman
sebagaimana ajaran agama Hindu. Dalam konsep caturyuga bahwa setiap satu kalpa
yang terdiri dari empat yuga yang
terdiri dari kertayuga, tertayuga,
dwaparayuga dan kaliyuga.
a.
Kertayuga : 4.800 tahun Deva,
b.
Tretayuga : 3.600 tahun Deva,
c.
Dwaparayuga : 2.400 tahun Deva,
d.
Kaliyuga : 1.200 tahun Deva.
Jadi : 1 kalpa :
12.000 tahun Deva
Sehingga kita akan mengetahui bahwa berapa
hari manusia dari Brahman dan Deva.
1.
1 hari Brahman : 1000 tahun Deva,
2.
1 hari Deva :
1000 tqhun manusia.
Jika 1 hari deva = 1000 tahun manusia, maka 1
tahun Deva = 360 hari manusia, sehingga 1 tahun Deva 360.000 tahun manusia.
Apalagi jika kita merinci tahun Brahman tentu akan sangat banyak dan begitu besar
nilainya, 1 hari Brahman saja = 360 kalpa, jika kita hitung dari 1 hri Brahman
= 4.320.000.000. jika kita kali 360 x
4.320.000.000 = 1.555.200.000.000 tahun manusia, sungguh sangat lama.
2.1.2 Tuhan adalah benih dan sumber semua mahluk
Ajaran
agama Hindu selalu melihat sesuatu dimulai dari Tuhan dan berhenti atau
berakhir pada Tuhan, karena Tuhan dan ciptaannya juga berbentuk melingkar
sepertilingkaran cincin yang tidak dapat
diketahui ujungnya dan pangkalnya. Didalam Bhagawadgita sangat jelas dinyatakan bahwa Tuhan adalah asal mula
segalanya.
Aham
sarvasya prabhavo mattah sarvam pravartate,
Iti
mattva bhajante buddha bhava samanvitah.
(
bhagawadgita X. 8)
‘Aku
(Tuhan) adalah asal mula semua yang ada, dari
Aku lahirnya segala sesuatu ini, mengetahui ini orang bijaksana memuja-Ku
dengan sepenuh kalbu’.
Dalam Bhagawadgita juga dengan jelas
ditegaskan tentang Tuhan adalah benih semua mahluk.
Bijam
mam sarva bhutanam viddhi partha sanatanam,
Buddhir
buddhimatam asmi tejas tejasvinam aham.
(
Bhagawadgita VII . 10)
‘ ketahuilah, wahai partha, Aku ini adalah benih abadi dari semua mahluk, Aku adalah akal dari kaum
intelektual, Aku adalah cemerlangnya sinar cahaya’.
2.2 Proses Penciptaan Alam Semesta Menurut Hindu
2.2.1 Penciptaan secara evolusi
Alam
semesta ini menurut Veda tidak diciptakan secara mendadak atau secara seketika.
Veda menyatakan bahwa alam semesta ini diciptaka melalui tahap evolusi.
Ternyata konsep evolusi dalam Veda dapat diterima oleh teori-teori Sains. Veda
dan Hindu mungkin dapat dikatakan sangat berani
dan jauh lebih maju berspekulasi dalam mendeskripsikan proses penciptaan
alam semesta. Sains menyatakan bahwa awal mula penciptaan adalah ledakan besar
big bang, namun Hinduisme memulai dari kehendak Tuhan untuk menciptakan alam
semesta.
2.2.2 Penciptaan menurut Regveda
Veda
diyakini sebagai nafas-Nya Tuhan dan juga sebagai kata-kata-Nya Tuhan, karena
itu maka uraian tentang penciptaan alam semesta ini diyakini berdasarkan
kata-kata atau sabda Tuhan.
Titib
(2006, 168-169) menerjemahkan beberapa mantram Nasadiyasukta ‘Terjadinya Alam
Semesta’ (Rgveda X. 129. 1-7), sebagaimana akan diuraikan dibawah ini:
Pada waktu itu,
tidak ada mahluk (eksistensi) maupun non mahluk
(non eksistensi);
pada waktu itu tidak ada atmosfir dan juga tidak ada
Lengkung langit
diluarnya. Pada waktu itu apakah yang menutupi, dan
Dimana?. Apakah air
yang tak terduga dalamnya ada disana
(Rgveda X.129.1)
Waktu itu tidak ada
kematian, pun juga tak ada kehidupan
(mahluk), tidak ada tanda yang menandakan siang dan
malam. Yang
Maha Esa bernafas
tanpa nafas menurut kekuatannya sendiri. Bernafas
Menurut
kekuatan-Nya sendiri. Di luar Dia tidak ada apapun juga
( Rgveda X.129.2)
Pada mula pertama kegelapan ditutpi kegelapan.
Semua yang
Ada ini adalah
keterbatasan yang tak dapat dibedakan. Yang ada pada
Waktu itu adalah
kekosongan dan yang tanpa bentuk. Dengan tapas
(tenaga panas) yang
luar biasa lahirlah kesatuan yang kosong.
(Rgveda X.129.3)
Pada awal mulanya keinginan (Tuhan) menjadi
bermanifestasi
Yang merupakan
benih awal dan benih semangat. Para Rsi setelah
Meditasi dalam
hatinya menemukan dengan kearifannya hubungan
Antara eksistensi dan non eksistensi.
(Rgveda X.129.4)
Sinar-Nya terentang
ke luar, apakah ia melintang, apakah ia dia di
bawah atau diatas.
Kemudian ada kemampuan untuk memperbanyak diri dan kekuatan yang luar biasa
dahsyatnya, materi gaib kesini dan
energi kesana.
(Rgveda X.129.5)
Siapa yang
sungguh-sungguh mengetahui dan memaparkannya
Disini, dari
manakah datangnya alam semesta yang menjadi ada ini?.
Orang-orang
bijaksana lebih belakang dari ciptaan alam semesta ini,
Karena itu siapakah
yang mengetahui dari mana munculnya (ciptaan) ini.
(Rgveda X.129.6)
Sesungguhnya Dia yang telah
menciptakan alam semesta
Ini, serta mengendalikannya
(di dalam kekuasaan-Nya). Dia yang
Mengawasi alam semesta ini
berada diatas angkasa yang tak terhingga,
Sesungguhnya Dia mengetahui
alam semesta ini seluruhnya dan “wahai
Manusia” janganlah mengakui eksistensi lain
yang maan pun sebagai pencipta alam semesta ini.
(Rgveda X.129.7)
Selanjutnya
Titib ( 2006:170) mengutip pendapat Reddy, bahwa didalam Rgveda I.113.1
dinyatakan alam semesta sebagai wujud Yang Agung (Supreme Form). Selain itu
Titib (2006:172) mengakhiri srutinya dengan menghadirkan mantram berikut; ‘Pada
awalnya terlahirlah Hiranyagarba, Dia
yang demikian menunjukan eksetensi-Nya menjadi raja dari semua mahluk, Dia yang
menyangga bumi dan surga’.
2.2.3 Penciptaan menurut pandangan Visnuistis
Untuk
memahami secara luas tentang konsep penciptaan, maka hal itu memaksa untuk
mengetahui berbagai pandangan. Ini
dimulai dengan pandangan Visnuitis:
Penciptaan itu
tidak terjadi hanya sekali. Seperti
halnya siklus musim yang tidak pernah berhenti. Visnu menciptakan materi dan
menariknya kembali kedalam eksestensi-Nya dari waktu ke waktu. Inilah
penciptaan itu:
Dimulai dengan
cahaya yang abadi memancar keseluruh penjurutanpa batas. Dalam satu sudut ruang
angkasa yang tidak ada ujungnyan itu, Visnu, Tuhan dari semua kehidupan,
menciptakan awan. Ia menjadikan lautan yang megah, air laut itu tak sama dengan
air lautan dunia ini.dalam kesejukan airnya Visnu berbaring untuk tidur. Dalam
ketiduran-Nya tenggelam kedalam air, Ia memulai bernafas panjang secara
teratur, maka terciptalah waktu.
Setelah itu datang suara, dari suara tersebut datanglah ether dan indera pendengaran. Dari ether tersebut menciptakan tekstur yang
akan menjadi udara dan indra perasa.
Campuran antara udara dan indra perasa menjadikan bentuk yang merupakan asal mulanya api dan indera penglihatan. Dengan mencampurkan air dan indera
pengecap terciptalah bau yang
darinya terjadilah tanah dan indera
pembau. Secara bersama-sama semua elemen
itu menjadi bahan untuk penciptaan. Setalah itu , maka terjadilah
penciptaan kedua dimana dari Visnu dalam setiap alam semesta lahirlah Brahma, Brahma menciptakan
planet-planet, bintang-bintang, dan ribuan
Dewa-dewa, yang masing-masing diberikan kekuasaan tertentu dalam tatanan kosmos.
Brahma dan para dewa menciptakan berjuta-juta mahluk hidup dari alam
semesta ini, salah satunya adalah manusia. Begitulah dunia ini menjadi Hidup,
diisi dengan kehidupan yang tak terhitung jumlahnya. Visnu mengembang diri
menjadi bentuk ketiga dan memasuki bathin semua yang hidup, untuk duduk
berdampingan dengan atma, sebagai Paramatma (Prime,2006).
2.2.4 Penciptaan menurut Upanisad
Selain
konsep penciptaan di atas terdapat juga konsep penciptaan dalam kitab-kitab Upanisad dan kitab-kitab lainnya. Kitab Chandogya Upanisad mengisahkan tentang
seluk beluk keadaan sebelum adanya ciptaan ini, sebagai berikut:
Sad eva, saumya idam agra asid ekam evaditiiyam,
taddhaika ahuh,
Asad evedam agra asid esa ekaditiiyam, tasmad asatah saj
jayata
( Candogya Upanisad VI.2.1)
satu tiada duanya.
Beberapa orang berkata bahwa pada permulaannya hanyalah yang “bukan oknum” ini,
yang satu tiada duanya. Dari “bukan oknum” itu, Oknumpun diciptakan’
Dalam
berbagai uraian Upanisad, Tuhan dipercaya berada dalam keberadaannya sendiri,
Dia dianggap Oknum. Oknum ini berada di atas semua pengertian dan berada di
atas perbedaan-perbedaan hasil pemikiran manusia biasa.
Dalam
Tattwa Darsana (Pudja dkk, 1983)
menguraikan bahwa pada waktu srsti atau
masa penciptaan,Tuhan dengan hukum kemahakuasaan-Nya mula-mula mengolah atau
menggerakkan Maya Tattwa (Acetana), sehingga dari adanya
pengolahan ini maka Acetana (prakrti)
itu dapta berevolusi secara bertahap dan perlahan-lahan. Dari evolusi yang
pertama ini muncullah “Praddhana Tattwa”
yaitu unsur yang berwujud lebih besar daripada Acatena (prakrti).
Dari
evolusi pertama ini nampak sifat-sifat tertentu dari Maya ata Acatena. Dengan
adanya sifat-sifat ini maka Acatena Tattwa ini dapat digolongkan menjdi lima
macam yang disebut “ panca tan Mantra” yaitu lima benih yang belum berukuran.
Disebut demikian karena unsur-unsur benih itu belum daapat dilihat bentuknya
secara kasat mata sehingga tidak dapat diukur.
Pudja
dkk (1983:76-78) juga menjelaskan pula bahwa walaupun halusnya panca tan matra
itu, namun karena adanya interaksi antar atom panca tan matra, maka kelima
benih itu pun mengalami evolusi, dan lambat laun semakin bertambah besar,
hingga akhirnya sampai menjadi sebesar atom yang disebut ‘paramanu’. Atom ini
juga terus mengalami evolusi yang makin besar hingga membentuk panca mahabhuta. Terkait dengan evolusi
materi ini dapat di telusuri pada sloka Wrhaspati Tattwa, sebagai berikut:
“Dari
panca tan mantra muncullah panca mahabhuta. Akasa muncul dari sabda tan
mantra, vayu keluar dari sparsa tan mantra, teja muncul dari rupa tan
mantra, apah muncul dari rasa tan mantra, dan prtiwi muncul dari gadha tan mantra. Itulah yang disebut panca mahabhuta”.
(Wrhaspati
3.3)
Unsur-unsur panca
mahabhuta terus berevolusi serta terus berkumpul dan bertambah besar, dan
akhirnya unsur prtivi menjadi bumi, apah menjadi zat cair, teja menjadi
matahari, bulan, bintang, planet dan sejenisnya. Vayu menjadi udara, angin atau
atmosfir, dan akasa menjadi ether.
Kesemuanya itu mempunyai bentuk dan gaya tarik menarik masing-masing,
sehingga yang satu sering menjadi satelit bagi yang lainnya, tergantung dari
kekuatan gaya tarik menarik tersebut ( Pudja dkk. 1983:78 ). Sepadan dengan
uarain beliau, Ganapati juga menyebutkan:
‘Dari
unsur tanah timbullah bumi, dari unsur hidrogen muncullah zat cair, dari unsur
cahaya(panas,sinar) muncullah matahari, bulan, bintang, dari unsur udara
muncullah angin, dan dari unsur ether muncullah suara atau bunyi’.
(Ganapati Tattwa)
2.2.5 Penciptaan menurut Purana
Kitab
Purana memiliki kedudukan penting dalam upaya memahami Veda, sebagaimana kitab
suci sarasamuccaya mengatakan; Veda hendaknya dipelajari secara sempurna
melalui Itihasa dan Purana (sarasamuccaya 39). Secara garis besar semua purana
memuat dasalaksana sepuluh hal), yaitu;
·
Sarga; Penciptaan dalam bentuk
halus tidak tampak oleh mata,
·
Visarga; penciptaan unsur yang
kasat mata atau nyata,
·
Vrrti; makanan,
·
Raksa; perlindungan alam semesta,
·
Manvantara; periodisasi manu
·
Vamsa; dinasti para raja,
·
Vamsanucarita; karya Tuhan Yang
Maha Esa, devata dan dinasti raja-raja,
·
Samstha; kehancuran fisik semesta,
·
Hetu; dorongan untuk melakukan
karma, dan
·
Apasraya; dukungan terakhir atau
tujuan akhir atau realitas tertinggi.
(Titib,
2003:7)
Dari
kesepuluh hal yang terkandung itu yang paling terpenting ialah sarga atau
penciptaan, karena masalah proses penciptaan merupah slah satu bagian penting
dari kosmologi.
2.2.5.1 Penciptaan
menurut Brahmanda Purana
Didalam
Bramanda Purana dijelaskan tentang proses penciptaan, yaitu
Pada awalnya tidak ada apapun. Dunia berada dalam
kegelapan total dan Brahman (esensi ilahi) ada dimana-mana. Ketika penciptaan
dimulai tiga sifat(guna) mewujudkan dirinya. Dimana-mana hanya ada air, dari
dalam air muncul sebuah Telur (anda) keemasan (hiranya), dari dalam telur itu Brahma
menciptakan dirinya sendiri. Kata svayam berarti diri sendiri dan bhu berarti
terjadi atau menciptakan maka ia juga disebut svayambhu. Dan karena rahim
Brahma keemasan ia juga disebut dengan hiranyagarbha.
Brahmanda purana memperkenalkan konsep “malam” dan
“siang” Brahman. Pada siang Brahman proses penciptaan terjadi, sedangkan pada
malam Brahman disebut dengan peleburan. Setiap hari Brahman disebut dengan satu
Kalpa, telah ada beberapa kalpa. Dalam setiap siklus telah ad beberapa
manvantara (era), dalam setiap manvantara dipimpin oleh seorang Manu. Narayana
merupakan nama sebenarnya dari Brahman, walaupun in i digunakan dalam
penyebutan Visnu. Mengapa Brahman juga disebut Narayana? Karena Ia tidur dalam
air, ketika tidak ad apapun didalam jagat raya ini.
Porses penciptaan dimulai, disini Visnu menjelma menjadi
Varaha dan menyelam kedalam air untuk menyelamatkan bumi yang tenggelam,
sehingga mengapung kembali diatas permukaan air. Disini mulai terjadi penciptaan Brahma membagi
bumi menjadi Tujuh wilayah (dvipa) da Tujuh lautan (samudra). Brahman mulai
menciptakan mahluk-malhuk, seperti Raksasa yang lahir pada malam hari, para
Deva yang lahir dari muka Beliau pada siang hari, dan para binatang serta
mahluk lainnya.
Sembilan
Rsi agung keluar dari pikiran beliau. Seperti yang telah dijelaskan, namun
Brahma tidak begitu senang dengan ciptaannya, sehingga dia membagi tubuhnya
menjadi dua , yaitu sesetengah tubuhnya menjadi wanita dan setengahnya lagi
menjadi pria. Prianya disebut Manu dan Wanitanya disebut Satarupa. Inilah manu
pertama, karena ia aktif dalam menciptakan dirinya, maka ia disebut dengan
Svayambhuva Manu. Kemudian ada Manun lain yang datang pada Zaman berikutnya.
Svayambhu manu dan Satarupa menikah da
memiliki beberapa anak, yaitu priyavrata, Uttanapada, Prasuti, dan Akuti. Daksa
keluar dari pikiran Brahma, dan ditunjuk sebagai majikan (pati) dari semua yang
lahir(praja) didunia ini,dan Ia disebut dengan Prajapati.
2.2.5.2 Penciptaan
menurut Garuda Purana
Penciptaan menurut Garuda menyatakan bahawa segalanya
adalah kosong. Yang ada hanya esensi ilahi yaitu Brahman. Ia tidak memiliki
awal dan tidak memiliki akhir(anandi ananta). Dari dalam air muncul telur
(anda) keemasan. Visnu berada dalam telur ini, dan mengambil wujud fisik untuk
melakukan penciptaan. Dari Visnu diciptakanlah Brahma, yang memiliki empat
muka(catur muka). Semuanya diciptakan didalam telur itu.brahma adalah pencipta,
Visnu sebagai pemeliharaan, dan Siva sebagai pelebur. Pada hakikatnya adalah
Brahman mengambil wujud yang berbeda-beda yaitu Brahma,Visnu dan Siva.
Pada mulanya Brahma menciptakan empat jenis mahluk.
Mereka adalah jenis Dewa, Asura, Pitri (luhur) dan Manava (manusia). Para Dewa
memiliki kekuatan pada siang hari sedangkan para Asura memiliki kekuatan pada
malam hari. Pertama-tama dari kekuatan mentalnya, dewa Brahma menciptakan
beberapa putra dari tubuhnya sendiri, Beliau juga menciptakan manusia yang bernama Svayambhu
Manu dan yang wanita bernama Satarupa.
2.2.5.3 Penciptaan Menurut
Varaha Purana
Penciptaan menurut Varaha Purana bahwa penciptaan awal
dari jagat raya (sarga) yaitu saat jagat raya ini kosong, pada akhir siang hari
Brahma, semua hal mengalami kehancuran kecuali Brahma, Visnu, Siva. Namun,
ketika siang hari Brahma tiba kembali maka akan terjadi penciptaan baru. Saat
terjadi kekosongan dan hanya ada air, Visnu tertidur diatas air yang merupakan
keberadaan awal. Setelah Visnu terbangun, maka Ia mulai menciptakan sehingga Ia
mulai mewujudkan diri-Nya dalam berbagai wujud, materi, dan sifat-sifat. Tiga
sifat mendasar memenuhi objek dijagat raya ini dalam proporsi yang
berbeda-beda. Tiga sifat itu yaitu, Sattva guna, Rajas sattwa, dan Tamas
sattwa.
Lima unsur ciptaan dikenal dengan Panca Mahabhuta, yang
terdiri dari Pritivi (bumi,tanah), tejas (panas,api,energi), marut atau Vayu
(angin,udara), apah (air), dan vyoma atau akasa (angkasa,langit). Demikian
proses penciptaan unsur-unsur yang ada ini selanjutnya deva Visnu menciptakan
mahluk-mahluk lain dijagat raya. Diciptakan bumi ini agar ad tempat kelahiran
untuk mahluk hidup.
Dalam Vahara purana juga , dijelasakn bahwa Brahma
menciptakan para Rsi (Saptarsi) dari kekuatan mental-Nya, yaitu: Marici, Brhgu,
Angira, Pulastya, Pulaha, Atri, Vasistha. Setelah itu, ia juga menciptakan
dirinya menjadi svayambhu manu yang menjadi pencipta selanjutnya.
No comments:
Post a Comment