Nyepi
Dalam Hening Temukan Kedamaian
Nyepi
merupakan Hari Raya Umat Hindu untuk memperingati perayaan Tahun Baru Caka.
Bagi masyarakat Bali Nyepi identik dengan hari dimana kita tidak keluar rumah
seharian, Sehari setelah Ngerupuk dengan
ogoh-ogoh buta kalanya, dimana malam harinya sepi dan gelap gulita karena tidak
boleh menyalakan lampu, hari yang memberi kesempatan untuk “mulat sarira”
(introspeksi/kembali ke jati diri) dengan merenung atau meditasi, pelaksanaan
Catur Brata Penyepian atau malah ada juga yang mengidentikan dengan hari bebas
untuk meceki seharian?
Tapi
apakah sebenarnya Hari Nyepi itu, bagaimana sejarahnya perayaan Nyepi bisa
seperti saat ini? Apa tujuan dan makna dari pelaksanaan Hari Raya Nyepi?
Bagaimana cara pelaksanaannya? Itulah berbagai pertanyaan yang ada di pikiran
saya, dan dengan bekal bertanya pada berbagai sumber baik dari buku dan
internet akhirnya jadilah artikel ini. Semoga bermanfaat menambah pengetahuan
kita tentang Hari Raya Nyepi Tahun Caka 1934 ini yang jatuh pada hari Jumat 23
Maret 2012. Selamat Membaca..
Sejarah
Nyepi
Kondisi
India sebelum Masehi, diwarnai dengan pertikaian yang panjang antara suku
bangsa yang memperebutkan kekuasaan sehingga penguasa (Raja) yang menguasai
India silih berganti dari berbagai suku, yaitu: Pahlawa, Yuehchi, Yuwana,
Malawa, dan Saka. Diantara suku-suku itu yang paling tinggi tingkat
kebudayaanya adalah suku Saka. Ketika suku Yuehchi di bawah Raja Kaniska
berhasil mempersatukan India maka secara resmi kerajaan menggunakan sistem
kalender suku Saka. Keputusan penting ini terjadi pada tahun 78 Masehi. Pada
tahun 456 M (atau Tahun 378 S), datang ke Indonesia seorang Pendeta penyebar
Agama Hindu yang bernama Aji Saka asal dari Gujarat, India. Beliau mendarat di
pantai Rembang (Jawa Tengah) dan mengembangkan Agama Hindu di Jawa. Ketika
Majapahit berkuasa, (abad ke-13 M) sistem kalender Tahun Saka dicantumkan dalam
Kitab Nagara Kartagama. Sejak itu Tahun Saka resmi digunakan di Indonesia.
Masuknya Agama Hindu ke Bali kemudian disusul oleh penaklukan Bali oleh
Majapahit pada abad ke-14 dengan sendirinya membakukan sistem Tahun Saka di
Bali hingga sekarang. Perpaduan budaya (akulturasi) Hindu India dengan kearifan
lokal budaya Hindu Indonesia (Bali) dalam perayaan Tahun Baru Caka inilah yang
menjadi pelaksanaan Hari Raya Nyepi unik seperti saat ini.
Pengertian
Nyepi
Nyepi
berasal dari kata “sepi”, “sipeng” yang berarti sepi, hening, sunyi, senyap. Seperti namanya perayaan tahun baru
caka bagi umat hindu di Indonesia ini dirayakan sangat berbeda dengan perayaan
Tahun Baru lainnya, dimana perayaan umumnya identik dengan gemerlapnya pesta
dan kemeriahan, dan euforia dan hura-hura tetapi umat Hindu dalam merayakan
Nyepi malah dilaksanakan dengan Menyepi, “Sepi”, “Hening”,”Sunyi”,”Senyap”.
Mungkin
pertanyaan muncul dibenak kita, Mengapa perayaan Tahun Baru Caka tidak
dilaksanakan dengan ramai dan pesra seperti perayan tahun baru pada umumnya?
Menurut saya ini merupakan cermin kebijaksanaan dan kejeniusan lehuhur kita,
dimana seperti pada perayaan Hari Raya Siwarari, leluhur kita selalu menekankan
kita tentang konsep “mulat sarira”. Perayaan dalam hening dan sepi agar kita
belajar (instrospeksi/kembali ke jatidiri) dengan merenung, meditasi, evaluasi
diri dan bertanya tentang diri kita,
siapa kita? Mengapa kita ada disini? Akan kemanakah kita nanti? Selama setahun
ini apakah yang kesalahan kita yang perlu diperbaiki? Dan bukankah dalam sepi
dan hening kedamaian dan kejernihan pikiran lebih mudah tercapai ?
Pelaksanaan
Nyepi di Bal (Indonesia) memang unik dan istimewa, konsep “mulat sarira” dengan “Catur Brata
Penyepian” nya memang sangat relevan dengan kondisi dunia sekarang ini. Saat
ini bumi kita sedang menghadapi berbagai masalah seperti global warming, alam
yang rusak karena polusi dan eksploitasi besar-besaran, krisis energi dan
permasalahan lainnya yang disebabkan oleh kemerosotan moral.
Perayaan
Nyepi dengan Catur Brata Penyepiannya membuat Bali sebagai satu-satunya pulau
di dunia yang mampu mengistirahatkan seisi pulau secara total sehari penuh dari
berbagai aktivitas. Setahun sekali memberi kesempatan untuk kepada alam semesta
untuk bebas menghirup segarnya udara
tanpa asap dan polusi kendaraan dan mesin. Penghematan di saat krisis energi
seperti saat ini terutama energi listrik karena pada hari ini Bali mampu
mengurangi sebagian besar penggunaan listrik dengan mematikan lampu-lampu dan
mesin, Nyepi sehari ini ternyata bisa melakukan penghematan penggunaan listrik
hingga mencapai 8 Milyar. Dengan Nyepi kita diberi kesempatan memperoleh
ketenangan dan kedamaian mendengarkan kicauan burung dan nyanyian alam yang
sedang tersenyum sumringah karena bisa beristirahat sejenak pada hari ini
setelah setahun bekerja keras memenuhi keinginan manusia yang tidak ada
habisnya.
Pelaksanaan
Nyepi di Bali bisa seperti saat ini di dukung oleh Pemerintah dan Dunia
Internasional dengan penutupan semua pintu masuk ke Bali mulai dari bandara dan
pelabuhan-pelabuhan. Penghentian siaran radio dan TV di Bali selama 1 hari 24
jam untuk menghormati Umat Hindu yang merayakan, bahkan dunia internasional pun
mengakui keluhuran dan keistimewaan pelaksanaan Nyepi di Bali dengan ramainya
wacana merayakan untuk menyediakan waktu Nyepi sehari untuk dunia “World
Silence Day”, ya walaupun saat ini baru
berupa wacana saja :) .
Rangkaian
Pelaksanaan Nyepi
Perayaan
Nyepi terdiri dari beberapa rangkaian upacara yaitu :
Melasti berasal dari kata Mala = kotoran/ leteh, dan Asti =
membuang/memusnahkan, Melasti merupakan rangkaian upacara Nyepi yang bertujuan
untuk membersihkan segala kotoran badan dan pikiran (buana alit), dan juga alat
upacara (buana agung) serta memohon air suci kehidupan (tirta amertha) bagi
kesejahteraan manusia. Pelaksanaan melasti
ini biasanya dilakukan dengan membawa arca,pretima, barong yang merupakan
simbolis untuk memuja manifestasi Tuhan Ida Sang Hyang Widi Wasa diarak oleh
umat menuju laut atau sumber air untuk memohon permbersihan dan tirta amertha
(air suci kehidupan). Seperti dinyatakan
dalam Rg Weda II. 35.3 “Apam napatam paritasthur apah” yang artinya “Air yang
berasal dari mata air dan laut mempunyai kekuatan untuk menyucikan. Selesai
melasti Pretima,arca dan sesuhunan barong biasanya dilinggihkan di Bale Agung
(Pura Desa) untuk memberkati umat dan pelaksanaan Tawur Kesanga.Melasti Mekiis
Memohon Air Suci Sebelum Melaksanakan Nyepi.
Melasti Mekiis Memohon Air Suci ke Laut
Sebelum Melaksanakan Nyepi
Tawur Agung/Tawur Kesanga atau Pengerupukan
dilaksanakan sehari menjelang Nyepi yang jatuh tepat pada Tilem Sasih Sesanga.
Pecaruan atau Tawur dilaksanakan di catuspata pada waktu tepat tengah hari.
Filosofi Tawur adalah sebagai berikut tawur artinya membayar atau
mengembalikan. Apa yang dibayar dan dikembalikan? Adalah sari-sari alam yang
telah dihisap atau digunakan manusia. Sehingga terjadi keseimbangan maka
sari-sari alam itu dikembalikan dengan upacara Tawur/Pecaruan yang
dipersembahkan kepada Bhuta sehingga tidak menggangu manusia melainkan bisa
hidup secara harmonis (butha somya). Filosofi tawur dilaksanakan di catuspata
menurut Perande Made Gunung agar kita selalu menempatkan diri ditengah alias
selalu ingat akan posisi kita, jati diri kita, dan perempatan merupakan lambang tapak dara,
lambang keseimbangan, agar kita selalu menjaga keseimbangan dengan atas
(Tuhan), bawah (Alam lingkungan), kiri kanan (sesama manusia). Setelah tawur pada catus pata diikuti oleh
upacara pengerupukan, yaitu menyebar-nyebar nasi tawur, mengobori-obori rumah
dan seluruh pekarangan, menyemburi rumah dan pekarangan dengan mesiu, serta
memukul benda-benda apa saja (biasanya kentongan) hingga bersuara ramai/gaduh.
Pada malam pengerupukan ini, di bali biasanya tiap desa dimeriahkan dengan
adanya ogoh-ogoh yang diarak keliling desa disertai dengan berbagai suara mulai
dari kulkul, petasan dan juga “keplug-keplugan” yaitu sebuah bom khas bali yang
mengeluarkan suara keras dan menggelagar seperti suara bom, yang dihasilkan
dari proses gas dari karbit dan air yang dibakar mengeluarkan suara ledakan
yang mengelegar. Ogoh-ogoh umumnya dengan rupa seram, mata melotot, susu
menggelantung yang melambangkan buta kala dalam berbagai rupa, juga menunjukkan
kreativitas dari orang Bali yang luar biasa yang terkenal akan seni dan
budayanya
Ogoh
Ogoh Pengerupukan
Nyepi jatuh pada Penanggal Apisan Sasih
Kedasa (tanggal 1 bulan ke 10 Tahun Caka). Umat Hindu merayakan Nyepi selama 24
jam, dari matahari terbit (jam 6 pagi) sampai jam 6 pagi besoknya. Umat
diharapkan bisa melaksanakan “Catur Brata Penyepian” yaitu : Amati Geni artinya
tidak boleh berapi-api baik api secara fisik maupun api didalam diri (nafsu).
Amati Karya artinya tidak boleh
beraktivitas/bekerja. Amati Lelungan, dari kata lelunga yang artinya bepergian,
artinya tidak boleh bepergian keluar rumah. Amati Lelanguan artinya tidak boleh
bersenang-senang/ menyalakan TV/radio yang bersifat hiburan. Dengan adanya
Catur Brata Penyepian ini, mengingatkan kita agar belajar pendalian diri dengan
melaksanakan Catur Brata Penyepian sehingga kita bisa fokus dan berkonsentrasi
dengan baik untuk mulat sarira (kembali ke jati diri) melalui perenungan dan
meditasi. Tetapi dalam kenyataannya di masyarakat, masih banyak umat pada saat
Nyepi malah menyalahgunakannya untuk berjudi “meceki” seharian. Selain Catur Brata Penyepian, bagi yang umat
yang mampu akan sangat bagus jika pada Nyepi bisa melaksanakan tapa, brata,
yoga, samadi misalnya dengan puasa selama 24 jam, dan juga monobrata yaitu
tidak ngomong alias puasa berbicara sambil selalu memfokuskan pikiran kepada
Tuhan Ida Sang Hyang Widi Wasa.
Ngembak Geni berasal dari kata ngembak yang
berarti mengalir dan geni yang berarti api yang merupakan symbol dari Brahma
(Dewa Pencipta) maknanya pada hari ini tapa brata yang kita laksanakan selama
24 Jam (Nyepi) hari ini bisa diakhiri
dan kembali bisa beraktivitas seperti biasa, memulai hari yang baru
untuk berkarya dan mencipta alias berkreativitas kembali sesuai
swadharma/kewajiban masing-masing. Ngembak geni biasanya diisi dengan kegiatan
mengunjungi kerabat dan saudara untuk mesima krama, bertegur sapa sambil
mengucapkan selamat hari raya dan bermaaf-maafan. Dharma Santi juga biasanya
diselenggarakan setelah Nyepi yaitu dengan mengadakan dialog keagamaan
sekaligus tempat untuk mesimakrama alias bersilaturahmi dengan sesama.
Makna
Nyepi
Jika
kita renungi secara mendalam perayaan Nyepi mengandung makna dan tujuan yang
sangat dalam dan mulia. Seluruh rangkaian Nyepi merupakan sebuah dialog
spiritual yang dilakukan umat Hindu agar kehidupan ini selalu seimbang dan
harmonis sehingga ketenangan dan kedamaian hidup bisa terwujud. Mulai dari
Melasti/mekiis dan nyejer/ngaturang bakti di Balai Agung adalah dialog
spiritual manusia dengan Alam dan Tuhan Yang Maha Esa, dengan segala
manifetasi-Nya serta para leluhur yang telah disucikan. Tawur Agung dengan segala
rangkaiannya adalah dialog spiritual manusia dengan alam sekitar dan ciptaan
Tuhan yang lain yaitu para bhuta demi keseimbangan bhuana agung bhuana alit.
Pelaksanaan catur brata penyepian merupakan dialog spiritual antara diri sejati
(Sang Atma) umat dengan sang pendipta (Paramatma) Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
Dalam diri manusia ada atman (si Dia) yang bersumber dan sang Pencipta
Paramatma (Beliau Tuhan Yang Maha Esa). Dan Ngembak Geni dengan Dharma
Shantinya merupakan dialog spiritual antara kita dengan sesama.
Sehingga
melalui Perayaan Nyepi, dalam hening sepi kita kembai ke jati diri (mulat
sarira) dan menjaga keseimbangan/keharmonisan hubungan antara kita dengan
Tuhan, Alam lingkungan (Butha) dan sesama sehingga Ketenangan dan Kedamaian
hidup bisa terwujud.
Hari
Raya Nyepi merupakan hari raya umat Hindu yang dirayakan setiap Tahun Baru
Saka. Dimana pada hari ini umat hindu melakukan amati geni yaitu mengadakan
Samadhi pembersihan diri lahir batin. Pembersihan atas segala dosa yang sudah
diperbuat selama hidup di dunia dan memohon pada yang Maha Kuasa agar diberikan
kekuatan untuk bisa menjalankan kehidupan yang lebih baik dimasa mendatang.
Hari
Raya Nyepi jatuh pada hitungan Tilem Kesanga (IX) yang diyakini saat baik untuk
mendekatkan diri pada Tuhan Yang Maha Esa dan dipercayai merupakan hari
penyucian para dewa yang berada dipusat samudra yang akan datang kedunia dengan
membawa air kehidupan (amarta) untuk kesejahteraan manusia dan umat hindu di
dunia.
Makna
Hari Raya Nyepi
Nyepi
asal dari kata sepi (sunyi, senyap). yang merupakan perayaan Tahun Baru Hindu
berdasarkan kalender Saka, kira kira dimulai sejak tahun 78 Masehi. Pada Hari
Raya Nyepi ini, seluruh umat Hindu di Bali melakukan perenungan diri untuk
kembali menjadi manusia manusia yang bersih , suci lahir batin. Oleh karena itu
semua aktifitas di Bali ditiadakan, fasilitas umum hanya rumah sakit saja yang
buka.
Upacara
sebelum hari Nyepi
Ada
beberapa upacara yang diadakan sebelum dan sesudah Hari Raya Nyepi , yaitu:
Upacara
Melasti
Selang
waktu dua tiga hari sebelum Hari Raya Nyepi, diadakan upacara Melasti atau
disebut juga Melis/Mekiyis, dihari ini, seluruh perlengkapan persembahyang yang
ada di Pura di arak ke tempat tempat yang mengalirkan dan mengandung air seperti
laut, danau dan sungai, karena laut, danau dan sungai adalah sumber air suci
(tirta amerta) dan bisa membersihkan dan menyucikan dari segala kotoran yang
ada di dalam diri manusia dan alam.
Upacara
Bhuta Yajna
Sebelum
hari Raya Nyepi diadakan upacara Bhuta Yajna yaitu upacara yang mempunyai makna
pengusiran terhadap roh roh jahat dengan membuat hiasan atau patung yang
berbentuk atau menggambarkan buta kala ( Raksasa Jahat ) dalam bahasa bali nya
sebut ogoh ogoh, Upacara ini dilakukan di setiap rumah, Banjar, Desa,
Kecamatan, Kabupaten dan Provinsi. Upacara ini dilakukan di depan pekarangan ,
perempatan jalan, alun-alun maupun lapangan,lalu ogoh ogoh yang menggambarakan
buta kala ini yang diusung dan di arak secara beramai ramai oleh masyarakat
dengan membawa obor di iringi tetabuhan dari kampung kekampung, upacara ini
kira kira mulai di laksanakan dari petang hari jam enam sore sampai paling
lambat jam dua belas malam, setelah upacara ini selesai ogoh ogoh tersebut di
bakar, ini semua bermakna bahwa seluruh roh roh jahat yang ada sudah diusir dan
dimusnahkan Saat hari raya Nyepi, seluruh umat Hindu yang ada di bali wajibkan
melakukan catur brata penyepian.
Ada
empat catur brata yang menjadi larangan dan harus di jalankan :
Amati
Geni: Tidak menyalakan api serta tidak mengobarkan hawa nafsu.
Amati
Karya: Tidak melakukan kegiatan kerja jasmani, melainkan meningkatkan kegiatan
menyucikan rohani.
Amati
Lelungan: Tidak berpergian melainkan mawas diri,sejenak merenung diri tentang
segala sesuatu yang kita lakukan saat kemarin , hari ini dan akan datang.
Amati
Lelanguan: Tidak mengobarkan kesenangan melainkan melakukan pemusat.
Pikiran
terhadap Sang Hyang Widhi Brata ini mulai dilakukan pada saat matahari
“Prabata” saat fajar menyingsing sampai fajar menyingsing kembali keesokan
harinya, selama (24) jam.
Upacara
setelah Nyepi
Upacara
Hari Ngembak Geni berlangsung setelah Hari Raya Nyepi berakhirnya ( brata Nyepi
). Pada esok harinya dipergunakan melaksanakan Dharma Shanty, saling berkunjung
dan maaf memaafkan sehingga umat hindu khususnya bisa memulai tahun baru Caka
dengan hal hal baru yang fositif,baik di lingkungan keluarga maupun di
masyarakat, sehingga terbinanya kerukunan dan perdamaian yang abadi Menurut
tradisi, pada hari Nyepi ini semua orang tinggal dirumah untuk melakukan puasa,
meditasi dan bersembahyang, serta menyimpulkan menilai kualitas pribadi diri
sendiri.
Di
hari ini pula umat Hindu khususnya mengevaluasi dirinya, seberapa jauhkah
tingkat pendekatan rohani yang telah dicapai, dan sudahkah lebih mengerti pada
hakekat tujuan kehidupan di dunia ini. Seluruh kegiatan upacara upacara
tersebut di atas masih terus dilaksanakan, diadakan dan dilestarikan secara
turun menurun di seluruh kabupaten kota Bali hingga saat ini dan menjadi salah
satu daya tarik adat budaya yang tidak ternilai harganya baik di mata wisatawan
domestik maupun manca negara.
Dari
pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa makna Nyepi itu sendiri adalah
manusia diajarkan untuk mawas diri, merenung sejenak dengan apa yang telah kita
perbuat. Dimasa lalu, saat ini dan merencanakan yang lebih baik dimasa yang
akan datang dengan tidak lupa selalu bersykur dengan apa yang telah diberikan
oleh sang Pencipta Bagi anda yang sibuk dengan pekerjaan dan rutinitas yang
begitu padat ada baik nya anda meluangkan waktu sejenak keluar dari hiruk pikuk
tersebut dan datang ke Bali sekedar introspeksi diri bahwa dalam kehidupan ini
mempunyai terkaitan antara satu dan lain nya dan tidak lupa menyaksikan keadaan
di Bali saat hari raya Nyepi akan terasa bedanya.
Sumber: http://alfredoeblog.wordpress.com/2013/03/12/sejarah-makna-dan-rangkaian-pelaksanaan-dari-hari-raya-nyepi/
Sumber: http://alfredoeblog.wordpress.com/2013/03/12/sejarah-makna-dan-rangkaian-pelaksanaan-dari-hari-raya-nyepi/
No comments:
Post a Comment