Friday, October 17, 2014

Implementasi Tri Hita Karana



TRI HITA KARANA
( WUJUD KESEIMBANGAN ALAM)




Oleh : Wayan Tarna
Dosen Pembimbing : Untung Suhardi
NIM:1309.00.1043

SEKOLAH TINGGI AGAMA HINDU DHARMA 
NUSANTARA JAKARTA 
2014/2015


KATA PENGANTAR

    Om swastyastu
     Puji dan syukur kita panjatkan kehadiran Hyang Widi atas Asung Waranugraha yang telah diberikan kepada kita semua. Penyusun sangat bersyukur kepada-Nya karena dalam penulisan makalah ini dapat berjalan lancar dan selesai tepat pada waktunya. Dalam makalah ini sengaja saya mengangkat judul “WUJUD KESEIMBANGAN ALAM”  karena banyak orang mulai mengabaikan hal tersebut.
      Pada dasarnya ajaran tri hita karana menekankan tiga hubungan manusia dalam kehidupan di dunia ini. Ketiga hubungan itu meliputi: hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan Manusia dan hubungan manusia dengan Alam yang saling berkaitan satu dengan yang lain.
      Dengan kerendahan hati saya mengucapkan terima kasih terhadap semua pihak yang telah membantu. Jika dalam penulisan makalah ini ada kesalahan, saya mohon maaf yang setulus-tulusnya, karena kesalahan ini bukan disengaja, tetapi karena ketidak tahuan dan kekurangan dari saya.
       Om Santih, Santih, Santih Om

                                                                               Jakarta,9 mei 2014
                                                                                           Penyusun








                                                    BAB I

                                 PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang
Seiring berkembangnya jaman diera globalisasi seperti saat ini , bayak orang mengabaikan konsep Tri Hita Karana .banyak penyimpangan tingkah laku dalam kehidupan sehari-harinya, Apalagi yang berada di kota-kota besar seperti di Jakarta saat ini. Manusia berbuat semaunya terhadap alam semesta dengan cara merusak tanpa memikirkan akibatnya.semua itu hanya demi kepuasan yang bersifat duniawi semata saja .dalam agama hindu mengenal kosep tri kerangka agama yaitu, tatwa, susila dan upacara. Ketiga hal tersebut harus beriringan berjalan demi terciptanya keharmonisan. Maka dari itu saya mengangkat kembali makalah ini dengan judul Tri Hita Karana”wujud keseimbangan alam semesta”.
Manusia sebagai mahluk hidup yang harus beriteraksi dengan tuhan, sesama manusia dan alam sekitarnya. Manusia mempengaruhi lingkungan hidupnya sebab mengusahakan dan memanfaatkan sumber daya alam untuk  keperluan hidupnya[1]. Sebaliknya , manusia juga tergantung pada lingkungannya. Maka dari itu kita harus menjaga alam ini dengan sebagai mana mestinya (melestarikannya). Hampir setiap hari manusia merusak lingkungan yang tanpa disadari sebab akibatnya nanti. Contohnya:manusia slalu membuang sampah disembarangan tempat, penebangan pohon secara liar dan pengerukan isi bumi.
Hubungan manusia dengan alam lingkungan perlu terjalin secara harmonis, jika keharmonisan tersebut dirusak oleh tangan-tangan jahil, bukan mustahil alam akan murka dan marah. Jangan salahkan bilamana terjadi musibah kalau ulah manusia suka merusak lingkungan. Tanpa disadari alam lingkungan telah memeberikan kebebasan kepada manusia untuk dimanfaatkan demi kesejahteraan hidupnya. Untuk itu kita patut bersyukur kepada Tuhan atas segala ciptaanya dan kita patut menjaga alam ini dengan sebaik-baiknya.
Maka dari itu saya mencoba untuk memberikan penjelasan kembali tentang Tri Hita Karana. Karena menusia sudah mulai tidak menjalankan ajaran tersebut didalam kehidupannya. Semoga kedepannya manusia bisa menjalankan ajaran Tri Hita Karana demi terciptanya keharmonisan didunia ini.


1.2  Rumusan Masalah
   Pada jaman modern sekarang ini hubungan manusia dengan manusia sudah berubah amat jauh. Dari hubungan yang berdasarkan kasih sayang berubah menjadi hubungan yang berdasarkan kepentingan. Keramah tamahan akan diwujudkan kepeda seorang atau sekelompok orang karena adanya kepentingan-kepentingan tertentu. Maka dari itu saya ada beberapa rumusan masalah yang akan saya bahas yaitu:
1.      Apakah yang dimaksud dengan Tri Hita Karana?
2.      Apa saja bagian-bagian dari Tri Hita Karana dan penjelasanya?
3.      Bagaimanakah Implementasi Tri Hita Karana?
4.      Bagaimana cara menjaga kelestarian alam?


1.3  Tujuan Penulisan
    Dalam pembahasan makalah ini ada beberapa tujuan dari penulis antara lain adalah sebagai berikut :
1.      Dapat mengetahui arti Tri Hita Karana
2.       Untuk menambah wawasan tentang Tri Hita Karana
3.      Kita tahu cara manjaga Alam
4.      Kita bisa tahu sebab akibat ajaran Tri Hita Karana

1.4  Manfaat Penulisan

  1. Untuk menambah wawasan tentang Tri hita karana.
  2. Sebagai bahan wacana dan refrensi di Perpustakaan STAH  Dharma Nusantara Jakarta



BAB II
                                        PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Tri Hita Karana

Istilah Tri Hita Karana berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu dari kata Tri Hita Karana. Tri berarti tiga; Hita berarti baik, senang, gembira, lestari; Karana berarti penyebab atau sumbernya sebab. Tri Hita Karana berarti tiga buah unsur  yang merupakan sumbernya sebab yang memungkinkan timbulnya kebaikan. Ketiga unsur yang dimaksudkan dalam Tri Hita Karana itu, yaitu unsur Unsur jiwa(Atman); unsur tenaga; kekuatan, Prana; unsur badan wadah (sarira).
Kalau kita  dilihat dari Veda yang berkaitan dengan Tri Hita Karana ini, Nampak jelas tertuang dalam Kekawin Ramayana Sargah 1.3, yaitu bagaimana sang Dasaratha berbuat kasih kepada sesama mahluk ciptaan Tuhan, berbuat pemujaan kepada leluhur, dan pemujaan kepada Deva-deva.
Perilaku hubungan yang selaras serasi dan seimbang manusia terhadap sesamanya, terhadap Tuhannya, terhadap Alam semesta beserta isinya akan menjadikan manusia utama seperti halnya sang Dasaratha. Jadi Tri Hita Karana sebagai perwujudan kesejahteraan dan kebahagiaan dimana ketiga unsur Ida Sanghyang Widhi/Tuhan (super natural power), Manusia (mikrokosmos), dan Alam semesta/Bhuwana (Macrocosmos) harus saling menjaga.[2]

2.2 Bagian-bagian Tri Hita Karana

       Bagin-bagian Tri Hita Karana yaitu;
  1. Parahyangan
           Parahyangan adalah hubungan antara manusia dengan Tuhan (Sang Hyang Widhi Wasa). Atman[3] yang ada dalam diri manusia merupakan percikan sinar suci kebesaran tuhan yang menyebabkan manusia dapat hidup. Smua yang ada didunia ini adalah ciptaan Tuhan, olah karena itu kita patut berterimakasih dengan-Nya, atas segala pemberian dari-Nya. Rasa berterimakasih dan sujud bhakti itu, dapat dinyatakan dalam bentuk puja dan puji terhadap kebesarannya yaitu: dengan beribadah dan melakukan perintahnya, dengan melaksanakan tirta yatra[4] atau Dharma Yatra[5] yaitu kunjungan ketempat-tempat suci,dan melaksanakan Yadnya.

2.                  Pawongan

         Pawongan adalah hubungan manusia dengan  manusia. Manusia bersifat individu maupun social sehingga memerlukan hubungan antara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya. Karena itu hubungan antra sesamanya harus selalu baik dan harmoni. Hubungan manusia antara manusia harus diatur dengan dasar saling asah, saling asih dan saling asuh. Hubungan antara keluarga harus harmoni, hubungan dengan masyarakat lainnya harus harmoni. Hubungan baik ini akan menciptakan kedamaian lahir bhatin didalam masyarakat. Kalau masyarakatnya aman, nyaman, tentram dan damai akan menciptakan suatu Negara yang tentram dan sejahtera.

3.                  Palemahan

  Palemahan adalah hubungan antara manusia dengan alam/lingkungan. Manusia memperoleh bahan keperluan hidup  dari lingkungan sekitar. dengan demikian manusia sangat tergantung  kepada lingkungannya. Oleh karena itu manusia harus memperhatikan situasi dan kondisi lingkungannya harus slalu dijaga dan dipelihara serta tidak merusaknya. Dengan terjadinya hubungan yang harmonis antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia dan manusia dengan alam, maka sebagai sebab terjadinya atau tercapainya kebahagiaan dan kesejahteraan bersama.

 Dengan terjadinya hubungan yang harmonis antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia dan manusia dengan alam, maka sebagai sebab terjadinya atau tercapainya kebahagiaan dan kesejahteraan bersama. Dari uraian konsep Tri Hita Karana dapat disimak dua pengertian yang saling berkaitan yaitu;
a.                  Pengertiaan Bhuana Agung
     Bhuana Agung berarti alam yang besar, jagat raya dan sering juga disebut makrokosmos. Semua gugusan matahari, bintang, planet, bumi,bulan yang menjadi isi alam semesta ini disebut  Bhuana Agung.
Tuhan adalah jiwa dari jagat raya ini sehingga Tuhan sering diberikan gelar seru sekalian alam. Akibat Tuhan memberikan jiwa pada ciptaannya maka Tuhan juga yang mengatur gerak atau peredaran alam semesta ini.
b.                  Bhuana Alit.
[6]Bhuana Alit terdiri dari dua kata yaitu Bhuana dan alit. Kata Bhuana artinya dunia dan Alit artinya kecil. Jadi Bhuana Alit adalah dunia alam yang kecil. Bhuana Alit diantaranya adalah manusia, binatang, dan tumbuh-tumbuhan. Manusia mempunyai tiga kekuatan yang hidup yang disebut Tri Pramanan, yaitu Idep(pikiran), Sabda(suara), dan Bayu(energy/gerak).
Unsur-unsur  Bhuana Agung atau benda nyata ini disebut dengan Panca Maha Bhuta (lima unsur zat alam) yang terdiri dari :
1.      PARTHIWI  yaitu zat padat yang terdiri dari benda padatv misalny, batu,tanah dll.
2.      APAH yaitu zat cair yang terdiri  dari benda cair misalnya, air.
3.      TEJA yaitu sinar atau cahaya yang memberi penerangan kepada alam ini, sehinggah terjadi sinar terjadi sinar yang terang menderang seperti sinar matahari yang merupakan sinar panas.
4.      BAYU yaitu gas atau udara yang ada disekitar manusia, sehinggah manusia bisa hidup dan bernafas.
5.      AKASA yaitu Ether.

2.3 Implementasi Tri Hita Karana


          Tri Hita Karana merupakan  konsep atau ajaran dalam agama hindu selalu ,menitikberatkan bagaimana antara sesama bisa hidup secara rukun dan damai. Tri hita karana bisa diartikan secarai tiga penyebab leksikal yang berarti tiga penyebab kebahagiaan. Tri yang artinya tiga Hita artinya sejahtera dan Karana artinya penyebab. Ada pun tiga hal tersebut adalah parahyangan, pawongan dan palemahan. Pembagian ajaran Tri hita karana meliputi
1.                  Parahyangan
   Parahyangan berasal dari kata hyang yang artinya Tuhan. Dalam arti yang sempit parahyangan berarti tempat suci untuk memuja Tuhan. Menurut tinjauan dharma  susilanya, manusia menyembah dan berbakti kepada tuhan disebabkan oleh sifat-sifat prana(mulia) yang dimilikinya. Kita sebagai umat yang beragama yang bernaunga dibawah perlindunganya sangat berhutang budi lahir bhatin kepada beliau. Dan hutang budhi tersebut tak akan terbalas oleh apapun. Karena hal tersebut diatas, maka satu-satunya Dharma/susila yang dapat kita sajikan kepada beliau hanyalah dengan jalan mengaturkan parama sukmaning idep atau rasa terima kasih kita yang setinggi-tingginya kepada beliau. Adapun contoh implemenasi rasa syukur kita dengan tuhan adalah dengan jalan:
a.   Dengan khidmat dan sujud bhakti  mengaturkan yadnya dan persembahan kepada tuhan yang maha esa.
b.  Berziarah/berkunjung ketempat suci atau tirta yatra untuk memohon kesucian lahir dan bhatin.
c.   Mempelajari dengan sungguh-sungguh ajarannya mengenai ketuhanan, mengamalkan serta  menuruti dengan teliti ajaran-ajaran kerohanian atau pendidikan mental spiritual. Dalam Bhagawadgita IX-14 dikatakan bahwa:
sataṁ kīrtayanto māṁ[7]
yatantaś ca dṛḍha-vratāh,
namastantaś ca maṁ bhaktyā
nitya-yuktā upāsate.

Terjemahan:
                            Berbuatlah selalu dengan hanya memuji-Ku
                            Dan lakukanlah tugas pengabdian itu dengan
                            Tiada putus-putusnya. Engkau yang memuja
                            -Ku Dan tiada henti-hentinya itu serta
                            kebhaktian yang kekal adalah dekat dengan-
                            Ku
Kita sebagai umat  manusia yang beragama dan bersusila harus menjunjung dan memenuhi kewajiban antara lain, cinta pada kebenaran, kejujuran, keiklasan dan keadilan. Dengan demikian jelaslah hubungan manusia dengan tuhan. Hubungan ini harus dipupuk dan ditingkatkan terus kearah yang lebih suci lahir dan bhatin. Sesuai dengan swardharmaning  umat yang religious, yakni untuk dapat mencapai” moksartham jagadhita ya caitri dharma” yakni untuk  mencapai kebahagiaan hidup duniawi dan kesempurnaan kebahagiaan rohani yang langgeng(moksa).


2.                  Pawongan
   Pawongan berasal dari kata wong(dalam bahasa jawa) yang artinya orang. Pawongan adalah perihal yang berkaitan dengan orang dalam suatu kehidupan masyarakat. Dalam arti yang sempit artinya kelompok manusia yang bermasyarakat  yang tinggal dalam satu wilayah.
     Selain menyelaraskan hubungan dengan tuhan, kita sebagai mahluk social kita harus membina hubungan dengan sesame manusia dan mahluk lainnya. Yang dimaksud hubungan antar  manusia  dengan mahluk lainnya adalah hubungan antar anggota keluarga, masyarakat, anatra anak, suami istri dan lainnya.hubungan manusia dengan mahluk lainnya hendaknya dapat menciptakan suasana yang rukun, harmonis dan damai serta saling membantu sesama lain dengan hati yang penuh cinta kasih. Dalam manu smerti II,138 disebut :
                                          “satyam bruyat priyam bruyam[8]
                                          Nabruyam satyam, priyam canartam,
                                         Bruyat esa dharmah sanatanag”

Terjemahannya :
 berkatalah yang sewajarnya jangan mengucapkan kata-kata yang kasar, walaupun itu benar. Jangan pula mengucapkan kata-kata leah lembut tetapi dusta, inilah hukum susila yang(Sanatana Dharma). 
                                     

          Perilaku yang baik adalah  dasar mutlak dalam kehidupan sebagai manusia, karena dengan berbuat susila manusia dapat meningkatkan taraf kehidupannya baik didalam sekala maupn niskala.


3.                  Palemahan
      Palemahan berasal dari kata lemah yang artinya tanah. Palemahan  juga berate bhuana atau alam. Dalam artinya yang sempit palemahan berarti wilayah suatu pemukiaman atau tempat tinggal.
Manusia hidup dimuka buma ini memerlukan ketentraman, kesejukan, kedamaian dan kesenangan lahir dan bhatin. Manusia hidup di alam dan dari hasil alam. Hal inilah yang melandasi terejadinya hubungan harmonis antara manusia dengan alam semesta ini. Untuk menjaga keseimbang dan keharmonisan alam, umat hindu melaksanakan tumpek uye(tumpek kandang), yang bertujuan untuk menjaga kelestarian hidup binatang dan melaksanakan tumpek warige(tumpek bubuh)untuk melestarikan tumbuh-tumbuhan .
Demikin penjelasan mengenai pembagian  dari tri hita karana tersebut. arti penting ajaran tri hita karana  ini merupakan ajaran agama hindu yang universal. Ajaran tri hita karana mengarahkan manusia untuk slalu mengharmoniskan hubungan manusia dengan sang pencipta, manusia dengan manusia dan manusia dengan lingkungan.[9]

2.4 Cara menjaga kelestarian Alam

       Alam memiliki kemampuan untuk memberikan kehidupan semua mahluk hidup seluruh dunia. Kemampuan ( potensi) yang ada pada alam untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia alam atau  natural bumi dengan segala isinya yang terkandung  didalam disebut pula dengan alam dunia. Hal ini kita lakukan  demi menjaga keseimbangan antara kita dengan lingkungan sekitar kita. Bencana alam yang menimpa kita saat ini merupakan salah satunya diakibatkan oleh ketidak seimbangan alam yang terjadi di Indonesia yang bisa kita lakukan dengan car-cara sebagai berikut:


  1. Penanaman pohon (Reboisasi)
Tanah yang gundul bisa menyebabkan berbagai macam bencana alam seperti banjir dan tanah longsor. Untuk mengatasi hal tersebut, kita harus melakukan upuya reboisasi(penanaman pohon kembali).
  1. Terasiring atau sangkedan
Terasiring atau yang umumnya yang disebut sangkedan merupakan salah satu upaya untuk lingkungan alam sekitar dengan menanam berbagai macam pohon di daerah yang memiliki lahan yang  miring. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir terjadinya bencana alam tanah longsor yang bisa saja terjadi sewaktu-waktu.
  1. Menggunakan energy secara bijak
Kita semua  mengetahui sebagian besar sumber listrik di Indonesia berasal dari energy yang tak ramah lingkungan seperti minyak bumi dan batu bara. Dengan kata lain menggunakan energy listrik dengan bijak berarti kita turut membantu melestarikan lingkungan alam Indonesia dengan menimalisir pencemaran udara.
  1. Melarang penebangan hutan secara liar
Semakin hari hutan Indonesia semakin gundul, hal itu adalah imbas dari penebangan hutan secara liar. Hutan yang gundul dapat menyebabkan terjadinya bencana alam seperti banjir, tanah longsor. Untuk mencegah hal tersebut  tentu ada larangan penebangan hutan secara liar yang dibelakangi dengan tindakan hukum yang tegas.
  1. Mencegah Perburuan liar
Perburuan liar terhadap hewan dan tumbuhan yang dilindungi di Indonesia semakit meningkat setiap tahunnya. Berbagai motif yang mendasarinya motif ekonomi, hobi atau kesenangan dan lain-lainnya. Untuk itu  diperlukan larangan keras terhadap pemburuan liar supaya manusia jerah.
  1. Jangan  mambuang sampah sembarangan
Permasalah sampah sekarang ini memang gencar dilakukan untuk mancegah terjadinya bencana banjir dan juga mencegah timbulnya bibit-bibit penyakit. Saat ini pemerintah telah menyediakan tempat sampah organic maupun non-organik. Hal tersebut dilakukan agar sampah organic bisa dimanfaatkan manjadi pupuk. Maka dari itu jaga lingkungan sekitar kita dengan sebaik-baiknya.



                                           BAB III
                                         PENUTUP



 Jadi dapat disimpulkan Tri Hita Karana berarti tiga penyebab kebahagiaan/kesejahteraan. “Tri artinya tiga, Hita sejahtera, Karana penyebab”. Pada hakikatnya Tri Hita Karana merupakan tiga penyebabkan kebahagiaan itu merupakan  bersumber pada hubungan manusia dengan Tuhan, menusia dengan sesama dan manusia dengan lingkungan sekitar. Jika manusia tidak memperdulikan lingkungan maka lingkungan pun tidak menghiraukan manusia yang akan menyebabkan kesengsaraan bagi menusia tersebut. begitupun hubungan manusia dengan manusia tidak harmonis maka akan timbul pemasalahan-permasalahan yang tidak kita inginkan. Apalagi hubungan manusia dengan tuhan tidak terlaksana dengan baik, maka akan berdampak buruk hasilnya.



Daftar Pustaka
                        I Gede Jaman, S.Ag. M. Si. Tri hita karana
Intenet dalam hal ini yang berkaitan dengan  Tri hita karana
Drs.Supartono W., M.M dkk. Ilmu Alamia Dasar
G Pudja MA. SH. Bhagawad Gītā

1.5  Biografi Singkat

       Nama lengkap penulis yaitu Wayan Tarna, lahir  di Balinuraga Lampung Selatan pada tanggal 3 mei 1992 dari pasangan Nyoman Resi dan Ketut Ledang. Penulis berkebangsaan Indonesia dan beragama Hindu. Kini alamat penulis beralamat: Jalan Baret Biru IV, Blok I( 1 ) RT 03/RW O7 Kel. Kalisari, pasar Rabo Jakarta Timur.
       Adapun riwayat Pendidikan penulis yaitu dari pendidikan SD-SMA nya di Bandar Lampung. Sebelum melanjutkan keperguruan tinggi STAH DNJ penulis sempat bekerja di Restouran sebagai waiters dikawasan Tanggerang selama dua tahun.  Saat ini penulis melanjutkan pendidikan di SEKOLAH TINGGI AGAM HINDU DHARMA NUSANTARA JAKARTA (STAH DNJ) .


[1] Supartono.Ilmu Alamia Dasar (Ciawi-Bogor.Ghalia Indonesia 1991)Hlm 132
[2] I Gede Jaman.TRI HITA KARANA.(Denpasar:Pustaka Bali Post).Hlm.18-20
[3] Atman adalah percikan kecil dari Sang Hyang Widi Wasa
4 Tirta Yatra adalah silahturahim
[5] Dharma Yatra adalah
[6] I Made Sujana,Buku Pelajaran Agama Hindu kelas 5. Hal101
[7] G.pudja
[8] .
[9] Wiranwu.blogspot.com/2011/03/Tri-hita-karana_503html?m=1

No comments:

Post a Comment