Thursday, March 5, 2015

Perjuangan Seorang Anak Perantauan Mengejar Cita- Citanya

Om Swastyastu.


Disini saya akan mencoba menulis berbagai pengalaman yang pernah saya lakukan sebelum saya memulai di dunia perkuliahan seperti yang sekarang saya jalani. Sebelum saya memulai mengisahkan kehidupan yang pahit ini, saya berharap pembaca memaklumi tulisan yang saya buat ini karena kekurangan dalam ejaan dalam pembacaannya.

Awal kisah saya adalah anak kelima dari tujuh bersaudara, nama saya wayan tarna, nama panggilan saya bisa wayan, tar, ataupun tarna. Tapi kebanyakan orang memanggil saya wayan. Saya lahir pada tanggal 3 mei 1992 di balinuraga, kecamatan way panji, kalianda lampung selatan. Nama ibu saya nyoman resi dan bapak saya ketut ledang. Kedua orang tua saya berprofesi petani. Dari keluarga yang serba kurang inilah saya dididik dan dibesarkan sampai sekarang ini. Walaupun kehidupan keluarga saya serba kekurangan, namun saya tetap bersyukur dan berterimakasih kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas Segala yang diberikan kepada saya dan keluarga saya. Selain itu saya sangat bangga kepada kedua orang tua saya kerana selalu memberikan kebahagian dan perhatiannya secara tulus iklas kepada anak-anaknya. Sejak saya kecil orang tua saya selalu berkata, “kelak kamu dewasa nanti semoga kamu menjadi anak yang berguna bagi keluarga dan lingkungan dimana kamu tinggal nanti”. Kata-kata ini yang membuat saya selalu berusaha agar saya bisa membahagiankan kedua orang tua saya bagaimanapun caranya. saya selalu bermimpi apakah saya bisa menjadi orang yang diinginkan kedua orang tua saya? Pertanyaan itu selalu muncul ketika saya menjelang tidur dan melihat foto kedua orang tua saya. Kerena tekat yang bulat, saya muali bekerja keras setelah saya selesai sekolah di tigkat pertama (SMP). Setelah saya selesai sekolah, saya baru mengerti betapa susahnya mencari uang untuk memenuhi kehidupan ini. Dulu saya pernah bermimpi apakah saya bisa masuk SMA bahkan saya Berkhayal apakah saya bisa KULIAH? Mimpi itu saya kubur dalam-dalam karena semua itu mustahil. Bagaimana tidak, sayakan terlahir dari orang yang tak punya, bagaiman mimpi itu bisa jadi kenyataan!. Semenjak itu saya langsung merantau ke kota Bandar lampung untuk bekerja jadi pembantu rumah tangga. Hidup saya pun semakin menyedihkan karena harus meninggalkan angota keluarga yang saya sangat cintai. Meski saya tidak meninggalkan mereka untuk slama-lamanya. Tidak terasa setahun sudah saya di perantauan. Diri inipun tidak kuasa menahan kerinduan yang selama bertahun tahun di kota  sehingga ingin rasanya untuk bertemu keluarga di rumah. Hal itu pun jadi kenyataan setelah saya mengajukan permohonan saya untuk pulang kampung. Seminggu sudah saya berada dikampung, tiba saatnya saya untuk kembali kerja lagi. Saat saya sudah bekerja 6 bulan jadi pembantu, tiba-tiba saya diajak kakak saya kerja di Karawaci Kota Tanggerang sebagai pelayan sebuah rumah makan. Pekerjaan itu sangat saya sukai karena lebih asyik dan lebih santai meskipun tidurnya selalu jam 12 malam.  Saya menjadi pelayan kira-kira 8 bulan. Setelah itu saya mencoba melamar kerja di Jakarta, sehingga saya pun mendapatkan pekerjaan sebagai pembantu di sebuah komplek perumahan di Bilangan Jakarta Selatan. Saya beruntung banget dapat majikan orang Jepang, dan yang pasti Baik hati dan tidak sombong dan satu lagi, dia suka menabung. Hehehehehehe………………………………………….. …………………………
Setelah saya satu tahun di Jakarta, tiba-tiba saya dikagetkan dengan kabar dari orang tua saya bahwa kakak saya mau pergi ke negeri sakura. Tentu hal itu sangat membuat hati ini bertanya-tanya apakah dia tidak tahu kalau biaya ke Jepang itu sangat mahal, dan dari mana biayanya? Sedangkan kebutuhan keluarga saya sehari-haripun kadang tidak tercukupi. Namun saya yakin bahwa keputusan kakak saya untuk ke Jepang merubah keadaan ekonomi keluarga Saya. Sayapun menghargai keputusan kakak saya, karena dia yang bakal menjalani kehidupan yang dipilihnya. Saya dan semua keluarga hanya bisa berdoa saja, semoga tuhan selalu memberikan jalan yang terbaik bagi keluarga saya. Oktober 2012, saya pulang ke kampong halaman saya. Setiba saya di kampong hati ini sangat senang gak karuan, gimana tidak girang, setelah sekian lama tak bertemu dengan keluarga besar. Saat saya di kampong, tiba-tiba kakak saya menyarankan agar aku ikut Sekolah Paket C (SMA). Langsung saya bertanya, “untuk apa aku ikut hal macam itu? Berapa biayanya?. Setalah itu kakak saya menjelaskan kegunaannya sampai saya bisa memahami arti pentingnya sebuah pendidikan. Setelah saya mendapatkan ijasah tersebut saya langsung melamar kerja PT  di kawasan Serang. Namun hal tersebut tidak kesampaian karena saya mendapatkan informasi kalau di Jakarta ada Perkuliahan yang Gratis. Saya langsung tergiur dengan iming-iming kuliah Gratis tersebut hingga saya mendaftarkan diri ke Parisada Hindu Daerah dimana saya tinggal. Sampai akhirnya saya menjadi Mahasiswa di sebuah kampus Hindu di Jakarta Timur. Hal ini sangat tak ku duga, karena mimpi saya bisa jadi kenyataan. Selang beberapa Tahun di Jakarta, saya pun merasakan bahwa kehidupan di perantauan sangatlah berat. Apalagi saya di Jakarta tidak mempunyai satupun anggota keluarga. Tidak terasa Saat ini saya sudah semester 4. Tinggal dua tahun lagi untuk menyelasaikan perkuliahan ini. Semoga tuhan selalu memberikan pencerahannya untuk mengarungi kehidupan di zaman kaliyuga ini.
Teman-teman tetap semangatlah menjalani kehidupan ini dalam keadaan apapun anda alami. Dan selalu bersyukur kepada Tuhan atas apa yang diberikannya terhadap kita. Mungkin sampai disini cerita saya, lain kali saya sambung lagi yaa.

Bersambung……………………………………………………


1 comment: