Makna Kajeng Kliwon
Dalam setiap
penanggalan pertemuan Pancawara (Umanis Pahing Pon Wage Kliwon) dengan Triwara
(Pasah Beteng Kajeng) diperingati sebagai hari turunnya para bhuta untuk
mencari orang yang tidak melaksanakan dharma agama dan pada hari ini pula para
bhuta muncul menilai manusia yang melaksanakan dharma. Rerainan Kajeng kliwon
diperingati setiap 15 hari sekali pada saat itu kita menghaturkan segehan
Macawarna. Maksud dan tujuan menghaturkan segehan ini merupakan perwujudan
bhakti dan sradha kita kepada Hyang Siwa ( Ida Sang Hyang Widhi Wasa) telah
mengembalikan (Somya) Sang Tigabhucari. Berarti kita telah mengembalikan
keseimbangan alam niskala dari alam bhuta menjadi alam dewa (penuh sinar),
sedangkan sekalanya kita selalu berbuat trikaya parisudha dan niskalanya
menyomyakan bhuta menjadi dewa dengan harapan dunia seimbang.
Dyah Maya Kresna
rupanya putih kekuning-kuningan menjadi Sang Batur Kalika. Sang Bajradhaksa
menjadi bhuta ijo (berwarna hijau/Sang Bhuta Wilis), Sang Bajrangkara menjadi
bhuta abang (berwarna merah/Sang Kala Ranta). Itulah yang disebut Durgga
Bhucari, Bhuta Bhucari dan Kala Bhucari. Selain Sang Tigabhucari masih ada
jenis bhuta yang sering menganggu manusia dalam melaksanakan dharma agamanya.
Para bhuta tersebut ada;
I. Berwujud manusia
1. Bake : bertubuh
hitam seperti manusia, selalu muncul tengah malam tingal disemak-semak.
2. Bakis-botong :
berwujud manusia kate, berkepala gundul, berkulit putih pucat, dia muncul siang
hari, tinggal dirumah manusia yang kosong tanpa penghuni.
3. Memedi : seperti
manusia berambut merah seperti api, kulit menyala merah, muncul pada waktu
tengah hari bertempat tinggal ditegalan kosong.
4. Papengkah :
berwujud manusia dengan perut gendut, besar dan buncit. Muncul pada waktu siang
dan malam hari tinggal disembarang tempat.
5. Raregek-tunggek :
berwujud gadis cantik tetapi punggungnya terbuka tanpa tulang belakang dan
tulang iga (di Jawa disebut Sundel Bolong) sehingga isi rongga dadanya dan isi
perutnya kelihatan dari belakang. Dia tinggal di semak belukar, di air terjun,
dekat danau, sumur, payau, kuburan sering muncul malam hari.
6. Samar : berbentuk
manusia tetapi tanpa lekukan pada bibir atas, berdiam di semak-semak, dan
muncul sore hari. Biasanya berkumpul menjadi satu keluarga seperti manusia,
sehingga sering disebut wong samar dan hidup seperti manusia tetapi tidak dapat
dilihat oleh manusia awam. Sewaktu-waktu jika dia berkehendak dilihat oleh
manusia dia akan memperlihatkan dirinya dan bergaul dengan manusia. Di Bali
mayoritas wong samar ini bertempat tinggal di daerah Pulaki Buleleng. Pada
umumnya wong samar ini bersifat baik.
7. Tonya : berwujud
manusia tinggi besar, berdiam di pohon yang rindang dan besar. Paling senang
diam dipohon beringin, bunut, kepuh, rangdu dan sejenisnya. Tonya ini jarang
berkeliaran tidak pernah pergi jauh dari pohon tempat tinggalnya. Sering muncul
pada malam hari, jarang siang hari.
II. Berwujud bagian tubuh manusia
1. Kumangmang : hanya
terdiri atas kepala saja dengan rambut seperti menyala. Bertempat tinggal
dilapangan terbuka, di tegalan, juga di semak-semak. Jalannya mengelinding
seperti kelapa terbakar, muncul siang hari juga malam hari.
2. Lawean : berwujud
badan manusia tanpa lengan tungkai dan kepala. Bertempat tinggal di semak
belukar tetapi sering juga di rumah-rumah penduduk, muncul pada malam hari,
kerap juga muncul siang hari.
3. Tangan-tangan :
hanya terdiri atas tangan saja. Jalannya terbang melayang diudara. Bertempat
tinggal dirumah penduduk, tempat yang kosong atau semak-semak. Muncul pada
waktu malam hari kadang siang hari.
4. Enjek-pupu :
terdiri atas paha sampai kaki, hanya sebelah tungkai saja tanpa badan. Kalau
berjalan injakan tapak kakinya menimbulkan suara atau bunyi yang halus dan
berirama, merindingkan bulu roma. Biasanya muncul malam hari, mengitari
pekarangan rumah menyusuri tembok, bertempat inggal dirumah yang kosong.
5. Katugtug : terdiri
hanya dari lutut ke bawah. Karena suara atau bunyi injakan kakinya yang khas,
yakni tug-tug-tug, maka bhuta ini disebut katugtug. Biasanya muncul pada malam
hari, tinggal dirumah yang kosong.
III. Berwujud kerangka manusia
Bhuta jenis ini
disebut jerangkong yang terdiri dari rangka yang dapat bergerak, terutama malam
hari tinggal ditempat rumah yang kosong.
IV. Berwujud binatang
1. Anja-anja :
berwujud binatang berkaki empat berkepala seperti raksasa, mata melotot besar
dengan mulut lebar bertaring panjang dan berambut terurai.
2. Banaspati-raja :
berwujud macan. Sering dari badannya keluar api, sehingga seperti harimau
terbakar.
Hanya manusia yang
telah melaksanakan dharma dan selalu ingat lan eling ngastiti bhakti ring Dewa
Siwa (Ida Sang Hyang Widhi Wasa) badannya tidak bisa dilekati oleh para
bhuta-bhuti dan Panca Mahabhuta (Sri Durga Dewi / akasa / timur, Dadari Durga /
teja / selatan, Sukri Dewi / bayu / barat, Raji Durga / apah / utara, Dewi
Durga / pertiwi / dalam tanah). Kalau manusia kuat dan mampu mengendalikan lima
bhuta ini maka mereka akan menjadi sahabat manusia, dan sehatlah manusia.
Tetapi kalau manusia mencemari unsur Panca Mahabhuta ini maka dimusuhilah dan
krodalah dia menjadi durga menyebabkan manusia menjadi sakit.
sumber :http://subudiartha.blogspot.com
2 comments:
Om Swastiastu, Rahajeng Nyanggra Hari Raya Nyepi Tahun Baru Caka 1937, 21 Maret 2015 .. Om Svaha
Rare Angon Nak Bali Belog
suksme, mewali nah
Post a Comment