Tuesday, November 4, 2014

Sarasamuscaya dan Wanawa Dharmasastra


Sarasamuscaya dan Manawa Dharmasastra

 

Kitab Sarasamuscaya adalah tuntunan bagi mereka yang sudah meliwati Grhasta Asrama, atau tepatnya sudah meningkat ke Wanaprasta Asrama, apalagi sudah menjadi Sanyasin/ Bhiksuka.
Khusus mengenai wanita, demikian dianggap ‘berbahaya’ bagi kedua Asrama itu, misalnya seperti apa yang diuraikan dalam pasal 80, 81,82, 83, 84, 85, 86, 87, dst.
Sedangkan untuk mereka yang akan menuju ke Grhasta Asrama, atau yang sudah berada di Grhasta Asrama, dalam memandang/ menilai seorang wanita, pedomannya adalah Manawa Dharmasastra Buku ke-3 (Tritiyo dhayah) mulai pasal 4 dst. Terutama pasal 56, 57, 58, 59, 60, 61, 62, di mana dinyatakan betapa mulia dan pentingnya peranan seorang wanita sebagai Ibu Rumah Tangga.
Oleh karena itu dalam proses belajar Agama, sebaiknya meminta tuntunan seorang Nabe (guru) yang mampu memberikan bahan-bahan pelajaran apa yang patut ditekuni, sesuai dengan tahapan kehidupan Catur Asrama.
Selain itu juga Nabe bisa memberikan tuntunan sedemikian rupa sehingga ‘sang sisya’ (murid) mencapai tingkat kesucian spiritual setahap demi setahap, dalam artian ada keteraturan proses, misalnya tidak melompat ke hal yang dalam sebelum mengetahui dasar-dasarnya (basic ground).
Misalnya untuk belajar Yoga, seorang sisya harus berdisiplin terlebih dahulu antara lain dalam hal-hal yang disebut ‘Yama-brata’ dan ‘Niyama-brata’. Tentu saja dalam hal ini faktor usia dan ‘kematangan’ serta kedewasaan perilaku merupakan unsur utama.
Pada pengamatan saya selama ini, banyak sekali anak-anak muda yang ‘terlanjur’ tidak memperhatikan prosedur/ proses ini, dan lebih mengagetkan lagi ketika saya tahu bahwa mereka belajar sesuatu dengan tujuan utama mencapai hal-hal yang supranatural, misalnya bisa nerang hujan, bisa mempengaruhi orang, bisa menolak ‘leak’, bahkan ada yang meminta supaya bisa kebal senjata.
Padahal hal-hal seperti itu tidak perlu dikejar-kejar/ dicari-cari, hal-hal itu akan datang dengan sendirinya apabila bathin kita benar-benar suci, karena di saat itulah ‘astha aiswarya’ dari Atman = Brahman akan muncul secara otomatis.
Misalnya kalau kita berjalan dari Singaraja ke Denpasar, pasti akan meliwati Bedugul. Jadi tidak perlu secara khusus datang ke Bedugul, apalagi berhenti di sana, alias lupa ke Denpasar.
Kesimpulan: tujuan hidup kita adalah mencapai Moksah. Untuk itu perlu pensucian atma dan stula sarira. Dalam tahapan mencapai moksah, kekuatan-kekuatan supra natural akan muncul, tetapi jangan berhenti di sana, teruskan menuju ke tujuan utama yaitu Moksah.
Semoga dapat dipahami.



Sumber : http://stitidharma.org/sarasamuscaya-dan-manawa-dharmasastra/

No comments:

Post a Comment