Kajian Nilai dan Makna Filosofis
Kisah Mahabharata
MAHABHARATA merupakan sastra klasik India yang
besar sekali pengaruhnya terhadap khasanah sastra Jawa Kuna, disamping
Ramayana. Mahabharata disebut juga Astadasaparwa karena ceritanya dibagi
kedalam 18 parwa. kisah Mahabharata, adalah yang terbesar, terpanjang dan salah
satu dari dua epos Sansekerta utama dari India kuno, yang lainnya adalah
Ramayana. Dengan lebih dari 74.000 ayat, ditambah ayat-ayat prosa yang panjang,
atau 1,8 juta kata dalam jumlah, adalah salah satu puisi epik terpanjang di
dunia.
Ini
berisi delapan belas Parwa (astadasaparwa) atau bagian, yaitu.,
- Adi-Parwa =Pendahuluan, kisah Raja Manu dan lahir serta dibesarkan Keturunan Manu (Pandawa-Korawa).
- Sabha-Parwa =Pandawa membangun istana indraprasta, permainan judi, dan hidup di pengasingan. Diceritakan pula Saat yudistrira menyelamatkan para saudaranya dari kematian diuji dengan pertanyaan tentang Dharma kehidupan oleh Dewata.
- Wana-Parwa Dua belas tahun di pengasingan di hutan
- Wirata-Parwa Tahun dalam pengasingan dihabiskan di kerajaan Wirata.
- Udyoga-Parwa negosiasi serta Persiapan perang
- Bhishma-Parwa Bagian pertama dari pertempuran besar, dengan Bisma sebagai komandan untuk Kaurawa. Dan juga bagian dimana Bhagawad-gita di turunkan oleh Sri Khrisna kepada sang arjuna, yang disaksikan oleh kusir kereta prabu Dhritarastra yang diangkat menjadi mentri raja, beliau bernama Sanjaya.
- Drona-Parwa Pertempuran berlanjut, denga n Drona sebagai panglima.
- Karna-Parwa Pertempuran lagi, dengan Karna sebagai panglima.
- Shalya-Parwa Bagian terakhir dari pertempuran dengan Salya sebagai panglima.
- Sauptika-Parwa Bagaimana Ashwattama dan sisanya Kaurawa membunuh tentara Pandawa dalam tidur mereka sehingga meninggalnya Panca kumara putra dari panca Pandawa.
- Stri-Parwa Gandari dan para istri ksatria meratapi suami mereka yang meninggal / Orang Mati.
- Shanti-Parwa Yudistira menjadi Raja Hastina
- Anusasana-Parwa Final instruksi dari Bisma kakek dari Pandawa dan Kowara
- Ashwamedhika-Parwa Upacara kerajaan ashwamedha yang dilakukan Oleh Yudistira.
- Ashramawasika-Parwa Dretarastra, Gandari dan Kunti pergi ke ashram, dan akhirnya meninggal Di Hutan.
- Mausala-Parwa pertikaian antara bangsa Yadawa karena senjata mausala
- Mahaprasthanika-Parwa Bagian pertama perjalanan "besar" menuju kematian dari Yudistira dan saudara-saudaranya.
- Swargarohana-Parwa Pandawa kembali ke dunia spiritual (swarga).
Buku
indah ini disusun oleh Sri Byasa (Krishna Dwaipayana) yang merupakan
kakek dari pahlawan epos. Dia mengajarkan epik ini kepada anaknya Suka dan
murid Wesampayana beserta murid lainnya. Raja Janamejaya, anak
Parikesit, cucu dari para pahlawan kisah, melakukan pengorbanan (yadnya) besar.
epik itu dibacakan oleh Wesampayana untuk Janamejaya atas perintah
Byasa. Kemudian, Suta membacakan Mahabharata sebagai dilakukan oleh
Wesampayana pada Janamejaya, untuk Saunaka dan lain-lain, selama Yadnya yang
dilakukan oleh Saunaka di Naimisaranya, yang dekat Sitapur di Uttar
Pradesh.
Sangat
menarik untuk mengingat pembukaan dan penutupan baris epik ini. ." Ini
dimulai dengan: "Byasa menyanyikan tentang kebesaran dan kemegahan tak
terlukiskan Tuhan Wasudewa, yang adalah sumber dan dukungan bagi semuanya, yang
abadi, tidak berubah, diri bercahaya, yang merupakan yang menjiwai semua
makhluk, serta kejujuran dan kebenaran Pandawa. "
Berakhir
dengan: "Dengan tangan terangkat, aku berteriak dengan suara keras, tetapi
sayangnya, tidak ada yang mendengar kata-kata saya yang dapat memberi mereka
kedamaian, kegembiraan dan kebahagian Abadi. orang dapat mencapai
kekayaan/kemakmuran dan semua objek keinginan yaitu melalui Dharma (kebenaran).
Mengapa orang tidak melakukan Dharma? Seseorang tidak harus meninggalkan Dharma
tanpa pengecualian, bahkan dengan risiko hidupnya.. Orang yang tidak melepaskan
Dharma keluar dari gairah atau rasa takut atau iri hati atau demi menjaga satu
kehidupan. dengan cara ini Bharata Gayatri… Renungkanlah (meditasi) setiap
hari, ketika Anda hendak tidur dan ketika Anda bangkit dari tempat tidur setiap
pagi. Anda akan mencapai segala sesuatu. Anda akan mencapai ketenaran,
kemakmuran, umur panjang, kebahagiaan abadi, perdamaian abadi dan keabadian.
"
Nilai
yang terkandung dalam Astadasaparwa (Mahabharata)
Adapun
nilai-nilai yang terkandung di dalam teks Astadasaparwa diantaranya adalah:
Nilai ajaran dharma, nilai kesetiaan, nilai pendidikan dan nilai yajna (korban
suci). Nilai-nilai ini kiranya ada manfaatnya untuk direnungkan dalam kehidupan
dewasa ini.
Pertama,
Nilai Dharma (kebenaran hakiki) ,
inti
pokok cerita Mahabharata adalah konflik (perang) antara saudara sepupu (Pandawa
melawan seratus Korawa) keturunan Bharata. Oleh karena itu Mahabharata disebut
juga Maha-bharatayuddha. Konflik antara Dharma (kebenaran/kebajikan) yang
diperankan oeh Panca Pandawa) dengan Adharma (kejahatan/kebatilan ) yang
diperankan oleh Seratus Korawa. Dharma merupakan kebajikan tertinggi yang
senantiasa diketengahkan dalam cerita Mahabharata. Dalam setiap gerak tokoh
Pandawa lima, dharma senantiasa menemaninya. Setiap hal yang ditimbulkan oleh
pikiran, perkataan dan perbuatan, menyenangkan hati diri sendiri, sesama
manusia maupun mahluk lain, inilah yang pertama dan utama Kebenaran itu sama
dengan sebatang pohon subur yang menghasilkan buah yang semakin lama semakin
banyak jika kita terus memupuknya. Panca Pandawa dalam menegakkan dharma, pada
setiap langkahnya selalu mendapat ujian berat, memuncak pada perang
Bharatayuddha. Bagi siapa saja yang berlindung pada Dharma, Tuhan akan
melindunginya dan memberikan kemenangan serta kebahagiaan. Sebagaimana yang
dilakukan oleh pandawa lima, berlindung di bawah kaki Krsna sebagai awatara
Tuhan. " Satyam ewa jayate " (hanya kebenaran yang menang).
Kedua,
nilai kesetiaan (satya) ,
cerita
Mahabharata mengandung lima nilai kesetiaan (satya) yang diwakili oleh
Yudhistira sulung pandawa. Kelima nilai kesetiaan itu adalah: Pertama, satya
wacana artinya setia atau jujur dalam berkata-kata, tidak berdusta, tidak
mengucapkan kata-kata yang tidak sopan. Kedua, satya hredaya, artinya setia
akan kata hati, berpendirian teguh dan tak terombang-ambing, dalam menegakkan
kebenaran. Ketiga, satya laksana, artinya setia dan jujur mengakui dan
bertanggung jawab terhadap apa yang pernah diperbuat. Keempat, satya mitra,
artinya setia kepada teman/sahabat. Kelima, satya semaya, artinya setia kepada
janji. Nilai kesetiaan/satya sesungguhnya merupakan media penyucian pikiran.
Orang yang sering tidak jujur kecerdasannya diracuni oleh virus ketidakjujuran.
Ketidakjujuran menyebabkan pikiran lemah dan dapat diombang-ambing oleh gerakan
panca indria. Orang yang tidak jujur sulit mendapat kepercayaan dari
lingkungannya dan Tuhan pun tidak merestui.
Ketiga,
nilai pendidikan,
sistem
Pendidikan yang di terapkan dalam cerita Mahabharata lebih menekankan pada
penguasaan satu bidang keilmuan yang disesuaikan dengan minat dan bakat siswa.
Artinya seorang guru dituntut memiliki kepekaan untuk mengetahui bakat dan
kemampuan masing-masing siswanya. Sistem ini diterapkan oleh Guru Drona, Bima
yang memiliki tubuh kekar dan kuat bidang keahliannya memainkan senjata gada,
Arjuna mempunyai bakat di bidang senjata panah, dididik menjadi ahli
panah.Untuk menjadi seorang ahli dan mumpuni di bidangnya masing-masing, maka
faktor disiplin dan kerja keras menjadi kata kunci dalam proses belajar
mengajar.
Keempat,
nilai yajna (koban suci dan keiklasan) ,
bermacam-macam
yajna dijelaskan dalam cerita Mahaharata, ada yajna berbentuk benda, yajna
dengan tapa, yoga, yajna mempelajari kitab suci ,yajna ilmu pengetahuan, yajna
untuk kebahagiaan orang tua. Korban suci dan keiklasan yang dilakukan oleh
seseorang dengan maksud tidak mementingkan diri sendiri dan menggalang
kebahagiaan bersama adalah pelaksanaan ajaran dharma yang tertinggi (yajnam
sanatanam).
Kegiatan
upacara agama dan dharma sadhana lainnya sesungguhnya adalah usaha peningkatan
kesucian diri. Kitab Manawa Dharmasastra V.109 menyebutkan.:
"Tubuh
dibersihkan dengan air, pikiran disucikan dengan kejujuran (satya), atma
disucikan dengan tapa brata, budhi disucikan dengan ilmu pengetahuan
(spiritual)"
Nilai-nilai
ajaran dalam cerita Mahabharata kiranya masih relevan digunakan sebagai pedoman
untuk menuntun hidup menuju ke jalan yang sesuai dengan Veda. Oleh karena itu
mempelajari kita suci Veda, terlebih dahulu harus memahami dan menguasai
Itihasa dan Purana (Mahabharata dan Ramayana), seperti yang disebutkan dalam kitab
Sarasamuscaya sloka 49 sebagai berikut :
"Weda
itu hendaknya dipelajari dengan sempurna, dengan jalan mempelajari itihasa dan
purana, sebab Weda itu merasa takut akan orang-orang yang sedikit
pengetahuannya"
Makna
Filosofis Astadasaparwa (Mahabharata)
Tubuh
manusia memiliki 10 organ (indriya), yaitu lima organ sensorik (
jinanendriyas) dan lima organ motorik ( karmendriyas), dan sebuah
"antahkarana" atau organ/indera internal. Sedangkan organ sensorik
dan motorikadalah organ eksternal (bahihkarana). Antahkarana berhubungan
langsung dengan tubuh fisik. Antahkarana merupakan bagian intrinsik dari
pikiran itu sendiri. Berkat kerja dari bagian inilah pikiran kita bisa
merasakan perut yang kosong,dan kemudian merasa lapar. Begitu perut kosong,
pikiran mulai mencari makanan, dan hal ini diekspresikan melalui aksi fisik.
Jadi terdapat dua bagian, yang satu merupakan bagian intrinsik pikiran, dan
satu bagian lagi adalah kesepuluh organ.
Yang
mendorong terjadinya aktivitas adalah antahkarana. Antahkarana tersusun atas
pikiran sadar (conscious) dan bawah sadar (subconscoius). Maka jika antahkarana
menginginkan sesuatu, maka tubuh fisiklah yang bekerja menurut keinginan
tersebut.
Dalam
Sanskrit dikenal enam arah utama yang dinamakan "disha" atau
"pradisha": Utara, Selatan, Timur, Barat, Atas, dan Bawah. Juga
terdapat empat sudut yang dinamakan "anudisha": Barat Laut (iishana),
Barat Daya (agni), Tenggara (vayu) dan Timur Laut (naerta). Jadi seluruhnya ada
sepuluh.
Pikiran
sesungguhnya buta. Dengan pertolongan "wiweka" (conscience/hati
nurani) maka pikiran bisa melihat dan memvisualisasikan sesuatu. Jadi pikiran
dapat dilambangkan dengan Dhritarastra (Seorang raja yg buta dalam kisah
Mahabharata), dan daya fisik, yaitu kesepuluh organ dapat bekerja dalam sepuluh
arah secara simultan. Jadi pikiran memiliki 10 organ X 10 arah = 100 ekpresi
eksternal. Dengan kata lain, ke-100 putra Dhritasastra melambangkan seratus
ekspresi eksternal ini.
Bagaimana
dengan Pandawa?
Mereka
melambangkan lima faktor fundamental dalam struktur manusia.
- Sadewa/Sahadeva melambangkan faktor padat, mereprestasikan cakra muladhara (kemampuan untuk menjawab segala sesuatu).
- Nakula pada cakra svadhisthana. Nakula berarti "air yang mengalir tanpa memiliki batas". "Na" berarti "Tidak", dan "kula" bararti "batas", melambangkan faktor cair.
- Arjuna, melambangkan energi atau daya, faktor cahaya pada cakra manipura, selalu berjuang untuk mempertahankan keseimbangan.
- Bhima, putra Pandu, adalah faktor udara "vayu", terdapat pada cakra anahata.
- Terakhir adalah Yudhisthira, pada cakra vishuddha, dimana terjadi peralihan dari sifat materi ke sifat eterik.
Jadi
pada pertempuran antara materialis dan spiritualis, antara materi kasar dan
materi halus, Yudhisthira tetap tak terpengaruh."Yudhi sthirah Yudhisthirah"
artinya "Orang yang tetap tenang/diam saat pertempuran dinamakan
Yudhisthira".
Krsna
terdapat pada cakra sahasrara. Jadi ketika kundalinii (Keagungan yang tertidur)
terbangkitkan, naik dan menuju perlindungan Krsna dengan bantuan Pandawa, maka
Jiiva (unit diri) bersatu dengan Kesadaran Agung. Pandawa menyelamatkan jiiva
dan membawanya ke perlindungan Krsna.
Sanjaya
adalah menteri-nya Dhritarastra. Sanjaya adalah wiweka(Nalar/pertimbangan).
Dhritarastra bertanya kepada Sanjaya, karena ia sendiri tidak bisa melihatnya,
"Oh Sanjaya, katakan padaku, dalam perang Kuruksetra dan Dharmaksetra,
bagaimana keadaan pihak kita?"
Keseratus
putra Dhritarastra, pikiran yang buta, mencoba menguasai jiiva, yang
diselamatkan oleh Pandawa melalui pertempuran. Akhirnya kemenangan ada di pihak
Pandawa, mereka membawa jiiva ke perlindungan Krsna. Inilah arti filosofis dari
Mahabharata.
Kuruksetra
adalah dunia tempat melakukan aksi, dunia eksternal, yang menuntut kita terus
bekerja. Bekerja adalah perintah. "Kuru" artinya "bekerja",
dan ksetra artinya "medan", Dharmaksetra adalah dunia psikis
internal. Disini Pandawa mendominasi.
0 comments:
Post a Comment