Headlines News :
Home » » Dharma Wacana Hari Raya Galungan Dan Kuningan

Dharma Wacana Hari Raya Galungan Dan Kuningan

Written By balinuse on Monday, December 15, 2014 | 12:19 AM



GALUNGAN
‘MAKNA PERJUANGAN DALAM KEHIDUPAN’
“Satyam Eva Jayate Nanritam”
Om Swastyastu
Galungan adalah hari raya yang dijadikan momentum untuk merayakan kemenangan dharma melawan adharma, oleh seluruh umat hindu khususnya di Indonesia. Sehingga dengan melakukan persembahyangan Galungan, kita semua mampu mengalahkan dan mengendalikan diri kita dengan memohon bantuan para dewa dan leluhur, supaya kita bisa melaksanakan kewajiban – kewajiban berdasarkan dharmanya masing-masing.
Bapak-bapak dan ibu-ibu serta seluruh umat sedharma yang kami hormati.
Apakah semua sudah memahami apa arti Galungan? Galunagn berasal dari kata Galung yang artinya perjuangan, maknanya adalah hidup di dunia ini adalah perjuangan untuk mengalahkan dharma. Kita membahas dharma, dharma yang bagaimana yang harus kita perjuangkan? Dan didalam kehidupan kita, siapa yang disebut musuh? Bagaimana menimalisirnya? Kalau kita melihat di zaman treta yoga musuh berada diseberang lautan, seperti didalam kisah Ramayana. Sedangkan di zaman Dvapara yoga musuh berada didalam lingkungan keluarga,atau sepupunya seperti didalam kisah Mahabharata.
Bapak-bapak dan ibu-ibu seluruh umat sedharma yang berbahagia.
Dimanakah yang disebut musuh pada zaman kali yuga atau modernisasi dan globalisasi? Dalam kitab Sarasamuccaya menyebutkan:
Manuse sarva bhutesu
Vartate vai  subha subbe
Asubhesu samawistam
Subhesvevava karayet
Yang terjemahannya:
Diantara semua mahluk hidup, yang hanya dilahirkan sebagai manusia sajalah yang dapat melaksanakan perbuatan baik atau buruk.
Dari sloka ini, jelas bahwa musuh yang dimaksud adalah dalam diri kita sendiri.
            Bapak-bapak dan ibu-ibu serta seluruh umat sedharma yang penuh kasih.
Pernakah kita melihat orang menyatakan merdeka tangannya tidak mengepal? Tentu jawabannya adalah tidak ada. Didalam konsep agama hindu, ada enam musuh yang ada pada diri manusia yang disebut Sadripu yang terdiri dari:
1.      (Rajas)Keinginan. Keinginan yang berlebihan yang tidak mementingkan orang lain, atau merampas hak milik orang lain, membuat orang lain rugi itu akan merugikan diri kita sendiri.
2.      (tamas) Rakus. Orang yang ingin memiliki segalanya demi kepentingan diri sendiri tanpa memikirkan akibat yang akan ditimbulkannya.
3.      (krodha) Marah, marah yang berlebihan tanpa melihat situasi dan kondisi serta perasaan orang lain yang belum tentu dilakukannya. Kurang mengerti dari Vasudaiva kutumbhakam(kita semua bersaudara)
4.      (mada) Mabuk. Terutama karena minuman keras pasti tidak akan bisa mengontrol diri sendiri sehingga akan menimbulkan kerugian untuk diri sendiri dan orang lain apalagi karena mabuk karena kegelapan.
5.      (moha) Bingung/kurang tenang. Orang yang bingung akan kesulitan memilih mana yang baik dan buruk, karena menurutnya itu tiada bedanya, karena ketenangan merupakan kunci kebahagiaan.
6.      (Matsarya)Iri hati, adalah hal yang paling sering terjadi dan kita jumpai atau cemburu terhadap barang milik orang lain yang ujung-ujungnya menyebabkan penderitaan.
Karena itulah kita diingatkan tentang adanya putih dan hitam sadar yang kita perbuat didalam dunia yang sebenarnya hanyalah maya. Yang tidak nyata adalah nyata untuk itu kita harus menaklukan sifat-sifat raksasa dan binatang yang didominasi sifat manusia. Maka dari itu, sebelum perang melakukan perjuangan diperlukan persiapan yang matang. Persiapan seperti apa yang kita butuhkan?
Melalui sugihan jawa penyucian dalam lontar Sadarigma disebutkan sugihan jawa untuk bhuana agung, dan sugihan bali untuk menyucikan manusia (bhuana alit). Setelah itu ada juga penampahan galungan yang menggambarkan manusia terkontaminasi limbah-limbah adharma akan kenikmatan duniawi. Penampahan adalah pertarungan sifat raksasa dan hewan untuk mengganti dengan sifat kedewaan dalam wujudnya dilaksanakan pemotongan babi dan ayam (rajasika dan tamasika).
            Bapak-bapak dan ibu-ibu serta seluruh umat sedharma.
Kalau kita cermati dengan baik, umat hindu tidak memuja Sang Hyang Widhi saja, kita juga memuja leluhur karena dalam jangka waktu 10 hari leluhur mendampingi keturunannya karena pada waktu itu, pintu pitra loka terbuka. Untuk membantu ketururnannya memperjuangkan kebajikannya didalam dirinya. Dari berbagai penjelasan dan symbol tadi sudah jelas untuk mendapatkan kedamaian, kemenagan diri perlu adanya perjuangan. Perbedaan bukan menjadi sebuah masalah tetapi seni didalam kehidupan.  “ bhineka tunggal ika tan hana dharma mangriwa” berbeda-beda tetapi hanya satu kebenaran yang abadi.
Kesimpulan:
Demikian tadi tentang hari raya galungan, sedikit yang dapat kami sampaikan. Mudah-mudahan apa yang kami sampaikan bisa bermanfaat  bagi kita semua sehingga pada hari raya galungan yang dating setiap 210 hari berdasarkan panca wara  dan sapta wara serta pawukon umat hindu merayakan kemenangan dharma atasadharma sehingga kedamaian itu bisa kita raih baik jasmani maupun rohani. Dan akhir kata dengan puja parama shanty
Om Santih, Santih, Santih Om
Share this article :

0 comments:

KALENDER BALI

Translate

 
Support : OM Santi-Santi-Santi OM by Blogger
Terbit Tahun © 2014. BALINUSE
TERIMA KASIH by All Right ON SUARA BALAM