Makna Banten Saiban Dalam Agama Hindu
makna banten saiban
Tradisi mebanten atau memberikan sesaji merupakan
aktivitas orang Bali hampir setiap harinya. Setiap setelah memasak, pasti orang
Bali yang beragama Hindu memberikan hasil tanakan paling atas untuk
dipersembahkan yang lebih dikenal sebagai banten saiban atau 'jotan'. tetapi
makna di balik itu tentunya hanya
beberapa orang, terlebih hanya segelintir orang tahu.
Banten saiban, merupakan sesajen kecil setiap habis
memasakyang dipersembahkan oleh masyarakat Hindu Bali setiap hari. Biasanya
banten saiban dihaturkan di atas daun pisang berbentuk persegi sebesar kurang
lebih 5 cm. Lauknya biasanya disajikan sesuai dengan apa yang dimasak hari itu,
tidak ada keharusan untuk menghaturkan lauk tertentu. Biasanya dihaturkan di
tempat memasak, batu pengasah, talenan, sapu, lesung dengan alunya, tempayan
atau tempat air.
Sesuai kepercayaan orang Hindu Bali, alat-alat
tersebut di atas memiliki jasa yang besar dalam kehidupan sehari-hari orang
Hindu Bali. Selain itu juga banten saiban dihaturkan pada pelinggih atau tugu
yang terletak di pekarangan rumah, ini dihaturkan kepada dewa-dewa atau
manifestasi dari Tuhan dan bhuta kala.
Biasanya dihaturkan di tempat beras, pelangkiran,
halaman rumah atau natah, merajan, dan di lebuh atau jalan.
Menghaturkan banten saiban (mesaiban) berarti
menerapkan salah satu nilai estetika Hindu yakni mengajarkan umatnya untuk
tidak mementingkan diri sendiri namun senantiasa mendahulukan kepentingan luar
diri. Proses inilah yang merupakan suatu kerjasama atau hubungan yang harmonis
baik secara sekala (alam nyata) dan niskala (tak kasat mata) sehingga semuanya
bisa menikmati makanan.
Tetapi yang menjadi perhatian sekarang, adalah
terkadang Banten Saiban yang dihaturkan tidak layak makan, seperti sahur
(parutan kelapa yang digoreng) yang
tidak laik konsumsi, bukan hasil masakan yang dihasilkan pagi harinya. Bukankah
prinsip makan dari orang Bali adalah 'for the God, from the God' atau dihaturkan terlebih dahulu kepada Tuhan,
baru setelah itu dinikmati secara bersama-sama. Berarti apabila kita
menghaturkan yang tidak layak makan atau
yang jelek kepada Tuhan, berarti kita mendapatkan atau menikmati yang tidak
baik pula.
Tentunya ini merupakan sesuatu yang tidak boleh
dipandang sebelah mata, karena nantinya ini akan diwariskan secara terus
menerus, dan secara tidak sadar orang
Bali mewariskan hal yang salah kepada penerusnya. Hubungan yang harmonis
terhadap Tuhan, dalam hal ini menghaturkan banten saiban tentunya secara terus menerus harus ditanamkan dalam diri
masyarakat Bali dan penerusnya. Tentunya dengan pendidikan nilai budi pekerti
dan nilai-nilai luhur orang Bali, harus terus digaungkan sehingga tidak terjadi
degradasi penurunan budaya di masyarakat Bali nantinya. ****Krisna****
sumber: http://beritadewata.com/Pariwisata/Budaya/Makna-Banten-Saiban-dalam-Masyarakat-Hindu-Bali.html
0 comments:
Post a Comment